Rusia Minta Sekjen PBB Gelar Konferensi Internasional Selesaikan Genosida Israel

Konferensi tersebut harus melibatkan perwakilan negara-negara Liga Arab dan OKI.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Jenazah seorang pria tergeletak di antara puing-puing rumah keluarga Al Madfaa dan Shabit yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Al Maghazi, Jalur Gaza selatan, 11 Desember 2023.
Rep: Kamran Dikarma Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov meminta Sekretaris Jenderal PBB menyelenggarakan konferensi internasional guna menemukan solusi jangka panjang untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Moskow merupakan pendukung berdirinya negara merdeka Palestina.

“Satu-satunya cara agar masalah (perang Israel-Palestina) ini dapat diselesaikan selamanya, dan diselesaikan dengan cara yang adil, adalah dengan mengadakan konferensi internasional dengan kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB,” ujar Lavrov kepada para senator Rusia, Rabu (13/12/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Dia mengatakan konferensi tersebut harus melibatkan perwakilan negara-negara Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Dewan Kerja Sama Teluk. “PBB harus memainkan peran utama dalam menyelenggarakan acara semacam itu. Saya percaya Sekretaris Jenderal PBB cukup mampu melakukan inisiatif semacam itu,” ujarnya.

“Ketidakadilan yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina, yang dijanjikan pembentukan negara Palestina, memicu sentimen teroris dan ekstremis yang sangat serius,” kata Guterres.

Saat berbicara di Doha Forum, Ahad (10/12/2023), Guterres mengatakan, resolusi Dewan Keamanan PBB terkait situasi di Jalur Gaza tidak dilaksanakan. Menurutnya, Dewan Keamanan telah diremehkan.

Baca Juga

Guterres mengatakan pascaserangan...

Guterres mengatakan pascaserangan dan operasi infiltrasi Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, Gaza telah dibombardir tanpa henti. Namun agresi Israel ke Gaza ditanggapi dengan sikap diam Dewan Keamanan PBB. “Setelah lebih dari satu bulan, Dewan (Keamanan) akhirnya mengeluarkan resolusi, dan saya menyambut baik,” ujarnya merujuk pada resolusi 2712 Dewan Keamanan PBB, dikutip Anadolu Agency.

“Penundaan ini menimbulkan dampak buruk, otoritas dan kredibilitas Dewan (Keamanan) sangat diremehkan dan resolusi tidak dilaksanakan,” tambah Guterres.

Guterres menekankan, tidak ada perlindungan efektif terhadap warga sipil di Gaza. “Jumlah korban sipil di Gaza dalam waktu sesingkat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.

Pada 8 Desember 2023, Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi rancangan resolusi yang menuntut penerapan gencatan senjata segera di Gaza. Hal itu karena adanya veto dari AS. Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan, sebanyak 13 negara mendukung resolusi yang diajukan Uni Emirat Arab (UEA) tersebut. Sementara AS memilih menentang dan Inggris abstain.

Pada 15 November 2023, Dewan Keamanan PBB sebenarnya telah mengadopsi resolusi 2712 rancangan Malta. Resolusi itu didukung 12 dari 15 negara anggota Dewan Keamanan. Tiga negara, yakni AS, Inggris, dan Rusia memilih abstain.

Resolusi 2712 menyerukan...

Resolusi 2712 menyerukan pentingnya memperpanjang jeda dan koridor kemanusiaan di Gaza selama “jumlah hari yang cukup”. Hal itu guna memungkinkan akses penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan bagi badan-badan serta para mitra PBB dalam menyalurkan bantuan. Resolusi turut menekankan perlunya memastikan bahan bakar diizinkan memasuki Gaza.

Resolusi juga meminta semua pihak tidak merampas layanan dasar dan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi penduduk sipil di Gaza. Selain itu, resolusi turut menyerukan evakuasi orang-orang yang sakit dan terluka di Gaza, khususnya anak-anak.

Meski resolusi Dewan Keamanan bersifat mengikat, namun Israel menolaknya. Tel Aviv enggan mematuhi resolusi jeda kemanusiaan di Gaza yang sudah disahkan Dewan Keamanan. “Tidak ada tempat untuk jeda kemanusiaan yang berkepanjangan (di Gaza),” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip surat kabar Israel, Haaretz, 15 November 2023.

Israel enggan menerima jeda kemanusiaan panjang di Gaza selama Hamas belum membebaskan para sandera. Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas diduga menculik lebih dari 240 orang yang terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah melampaui 18.400 jiwa. Sementara korban luka menembus 50 ribu orang. Jumlah itu dihitung sejak Israel memulainya agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023.

 
Berita Terpopuler