KFC, Pizza Hut, Unilever Tambah Nggak Cuan Gegara Boikot, Saatnya Lepas Lisensi?

Saham-saham emiten yang terkena boikot kompak turun di pasar saham.

Republika/Thoudy Badai
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Rep: Retno Wulandhari, Dian Fath Risalah Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajakan boikot disebut cukup berdampak kepada pergerakan sejumlah saham emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Merk dagang ini masuk ke Indonesia melalui pembelian lisensi oleh pengusaha lokal. Sahamnya pun mayoritas dimiliki oleh penduduk domestik.

Baca Juga

Semakin tingginya gelombang boikot telah berpengaruh pada nilai saham dan penjualan. Ditengah penjualan yang terus menurun, lisensi brand yang mengharuskan pengusaha lokal membayar royalti pada induk brand apa perlu dilepas?

Berikut Republika rangkum sejumlah emiten yang diboikot oleh masyarakat lokal dan dunia:

  1. KFC

Restoran cepat saji Kentucky Fried Chiken (KFC) dinaungi oleh PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST). Dalam sebulan terakhir, saham FAST terpantau merosot 1,32 persen dalam sebulan terakhir. Akhir pekan ini, saham PZZA berada di level 745. 

FAST mengakui, imbauan boikot berpengaruh terhadap penjualan  KFC. "Efek boikot terhadap produk kami mencakup penurunan penjualan dan transaksi bisnis kami," tulis manajemen FAST dalam laporan Hasil Public Expose Tahunan yang dirilis 28 November lalu. 

Untuk mengatasi dampak ini, perseroan merespons dengan merilis sejumlah produk baru dan promosi yang dirancang untuk menggantikan transaksi yang hilang. Untuk meminimalkan dampak boikot, perseroan fokus pada promosi intensif terhadap produk-produk yang dijual. 

Dengan menurunnya penjualan produk KFC, manajemen FAST merevisi proyeksi pertumbuhan pada 2024 dari yang sebelumnya 15 persen menjadi 10 persen. Perseroan meyakini dapat mencapai target tersebut melalui strategi yang dimulai akhir 2023. 

Selain membuka gerai baru di daerah, perseroan juga merelokasi gerai yang ada di mal ke gerai tipe free standing. Strategi ini bertujuan untuk memperluas pangsa pasar. 

Manajemen melihat pertumbuhan rata-rata gerai yang sudah berjalan mencapai 6 persen sampai 7 persen. Berdasarkan hal itu, perseroan menjadi lebih yakin untuk memasuki pasar yang lebih potensial dengan ukuran yang lebih besar. 

Sebagai informasi tambahan, sepanjang kuartal III 2023 FAST mencatatkan rugi bersih Rp 152,41 miliar. Dalam materi paparan publik, manajemen FAST menyampaikan sejumlah faktor yang menekan kinerjanya tersebut.

2. Pizza Hut

Restoran Pizza Hut yang dikelola oleh PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) juga mengalami nasib yang sama. Dalam sebulan terakhir, saham PZZA  terpantau merosot 9,76 persen dalam sebulan terakhir. Akhir pekan ini, saham PZZA berada di level 370. 

Sebelumnya, Direktur Utama Pizza Hut Indonesia Hadian Iswara mengaku Pizza Hut sangat terdampak dengan adanya aksi boikot. Hadian tidak menjelaskan secara detail seberapa besar dampak atau kerugian yang diakibatkan oleh aksi boikot ini terhadap kinerja penjualan perseroan. Namun, sebelum mencuatnya imbauan boikot, kinerja perseroan memang dalam tren penurunan. 

Berdasarkan laporan keuangan hingga kuartal III 2003, Pizza Hut Indonesia mencatatkan kerugian Rp 38,95 miliar. Kerugian tersebut meningkat 9,74 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 35,49 miliar.

Kinerja perseroan semakin terpuruk dengan adanya aksi boikot dan unjuk rasa di beberapa wilayah. Perseroan menghadapi unjuk rasa di Aceh, Sumatra, Bulukumba, Sulawesi, Pamekasan, Madura.

"Kami sampaikan Pizza Hut Indonesia menghormati aspirasi demokrasi rakyat Indonesia dan kami memahami bahwa situasi yang terjadi berdasarkan pada rasa simpati kepada rakyat Palestina," ujar Sekretaris Perusahaan Kurniadi Sulistyomo.

3. Unilever

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih mengalami tekanan. Sejak awal tahun, harga saham UNVR telah terpangkas lebih dari 25 persen. 

Kinerja penjualan yang terus menurun disebut menjadi penyebab anjloknya harga saham. Hal ini juga ditambah dengan adanya imbauan boikot yang menyasar produk-produk Unilever.

Meski demikian, perubahan struktur kepengurusan diyakini akan menjadi angin segar bagi Unilever. Seperti diketahui, sejumlah direktur Unilever ramai-ramai mengundurkan diri, termasuk Presiden Ditektur Ira Noviati.

Setelah ditinggal Ira, Unilever akan kedatangan Presiden Direktur baru dari Filipina. Perubahan struktur direksi kabarnya juga akan diikuti oleh penyesuaian bisnis model.  

"Kami melihat perampingan bisnis model dan masuknya CEO baru bisa membawa dampak yang cukup positif terhadap kinerja unilever," kata Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy, Selasa (5/12/2023). 

Ishfan melihat 2024 akan menjadi tahun yang cerah untuk Unilever. Sebab dari sisi kinerja, Unilever sudah mulai menunjukkan perbaikan di kuartal III 2023 dengan net profit tumbuh 21 persen.

Selain itu, gross profit margin Unilever sepanjang kuartal III 2023 juga meningkat menjadi sekitar 50,5 persen, naik dari periode yang sama tahun lalu 45,7 persen. Meski belum tumbuh signifikan, Ishfan melihat kinerja Unilever terus membaik.

Ishfan berharap kinerja Unilever akan terjadi peningkatan di tahun depan. Ishfan memperkirakan hingga akhir 2023, Unilever dapat mencetak net profit Rp 5,5 triliun, sedangkan pada 2024 net profit Unilever ditargetkan mencapai Rp 6 triliun.

"Untuk penjualan, kami menargetkan di angka Rp 43 triliun pada tahun depan, dan penjualan sampai akhir tahun ini di angka Rp 41 triliun, jadi ada peningkatan recovery," ujar Ishfan.

Menurut Ishfan, kinerja Unilever juga akan ditopang daya beli yang diperkirakan meningkat di tahun depan. Ishfan memproyeksi harga saham UNVR bisa mencapai level 4.200 pada tahun depan dari saat ini di kisaran 3.600, artinya terdapat potensi kenaikan sekitar 10 persen-15 persen.

 
Berita Terpopuler