Mengambil Pelajaran dari Film Buya Hamka

Dalam film Buya Hamka, kita dapat melihat dan mengambil pelajaran bagaimana seorang Buya Hamka melakukan dakwah-dakwah dengan cara yang sederhana.

retizen /Ahmad Marjaya
.
Rep: Ahmad Marjaya Red: Retizen

Sumber: Instagram: Filmbuyahamkamovie

Buya Hamka adalah seorang ulama terkemuka di Indonesia. Tak hanya itu, dirinya juga dikenal sebagai pejuang, politisi serta sastrawan. Sebutan Hamka sendiri merupakan akronim dari namanya yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah, sedangkan Buya merupakan panggilan khas untuk orang Minangkabau yang memilik arti abi atau ayah.
Semasa hidupnya, Buya Hamka banyak menulis buku-buku Islam seperti Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, Sejarah umat Islam. Selain itu, ia juga menulis novel-novel klasik seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Kabah.
Perjuangannya untuk bangsa dan negara pun begitu berat dilaluinya. Dirinya terlibat dalam pergerakan nasional untuk meraih kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Perjuangannya tak hanya sebatas berbenturan fisik, dirinya juga aktif menjadi aktivis dan menulis majalah, surat kabar yang berisi pemikiran-pemikiran nasionalisnya yang memantik semangat bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Hal itulah yang membuatnya diberi gelar seorang pejuang.

Pada April 2023, seorang sutradara, Fajar Bustomi, merilis film garapannya yang merekam jejak perjalanan Buya Hamka. Film yang diproduksi oleh Falcon Pictures dan Starvision ini berdurasi 7 jam penayangan yang dibagi menjadi tiga volume.
Pada tulisan kali ini penulis membahas volume satu dari film Buya Hamka yang bisa diambil pelajarannya. Film yang dibintangi Vino G. Bastian sebagai pemeran utama ini menceritakan tentang Buya Hamka yang menunjukan kecintaannya terhadap sastra serta perjuangannya untuk bangsa dan negara.

Dalam alur ceritanya, Buya Hamka yang menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar, hingga perjalanan kariernya untuk menjadi pemimpin redaksi. Selain menjadi ulama, jurnalis, dan penulis, Buya Hamka juga menjadi sosok yang dibanggakan oleh anak-anak dan istrinya.

Karya-karya sastra koran sampai cerita roman yang disukai banyak pembaca membuatnya harus pindah ke Medan karena diangkat menjadi pimpinan redaksi Pedoman Masyarakat. Di bawah pimpinannya redaksi Pedoman Masyrakat mengalami kemajuan cukup pesat, namun hal tersebut membuatnya berselisih dengan Jepang karena dianggap membahayakan samapai-sampai harus ditutup. Dirinya mencoba melakukan negoisasi dengan pihak Jepang namun usahanya dianggap sebagai pengkhianat hingga dirinya diminta untuk mundur dari kepengurusan Muhammadiyah.

Dalam film Buya Hamka, kita dapat melihat dan mengambil pelajaran bagaimana seorang Buya Hamka melakukan dakwah-dakwah dengan cara yang sederhana. Dirinya tak hanya berdakwah melalui mimbar, ia juga melakukannya dengan menulis cerita roman, sebagaimana yang ia ucapkan pada salah satu dialog bersama istrinya, Siti Raham, yang diperankan Laudya Chintya Bella, “Menulis cerita roman bisa menjadi media dakwah yang efektif, karena akan lebih mengena di hati pembaca.”

Pelajaran lain yang bisa diambil dari film ini bagaimana seorang istri yang selalu mendukung dan menemani suami saat sedang mengalami kesulitan, kebimbangan dan permasalahan yang sedang dialaminya. Hal ini membuktikan bahwa di balik kesuksesan seorang laki-laki ada peran perempuan yang senantiasa menemani dan memberikan dukungan.
Buya Hamka menjadi sosok inspiratif bagi generasi bangsa, melalui perjuangannya dalam berdakwah dan berperan penting meraih kemerdekaan Indonesia serta cinta dan kasihnya terhadap keluarga menjadikannya sangat dicintai masyarakat Indonesia.

“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada Langkah yang kedua.” Buya Hamka.

 
Berita Terpopuler