Kalang Kabut Perdana Menteri Hingga Intelijen Israel Saat Diserbu Mesir dan Suriah

Israel salah memprediksi serangan dari Mesir dan Suriah

[ist]
Golda Meir, Perdana Menteri ke-4 Israel
Rep: Umar Mukhtar Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Catatan dokumen rahasia Israel, yang kini dipublikasikan The Times of Israel, mengungkap Israel yang kalang kabut saat diserang Mesir dan Suriah pada Perang Oktober 1973 (Perang Yom Kippur).

Israel percaya bahwa Mesir--setelah kekalahannya enam tahun lalu dalam perang Juni 1967--tidak akan menyerang kecuali negara tersebut terlebih dahulu memperoleh kemampuan untuk melumpuhkan angkatan udara Israel.

Sehari sebelum perang pecah pada 6 Oktober 1973, Kepala Intelijen Militer Israel, Eli Zeira, mengatakan kepada Perdana Menteri Israel saat itu, Golda Meir, ihwal indikasi penyerangan dari Mesir.

"Persiapan mereka (Mesir) sebagian besar berasal dari rasa takut terhadap kita. Jadi mereka tidak akan menyerang, (meskipun) kita tidak memiliki bukti. Secara teknis, mereka mampu bergerak, (tapi) saya berasumsi jika mereka ingin menyerang, maka kita memiliki indikasi yang lebih jelas," kata Zeira kepada Meir.

Namun, beberapa jam kemudian penilaian soal potensi serangan sedikit berubah. Zeira dan Kepala Staf IDF David Eliezer mengatakan Suriah dan Mesir kemungkinan besar merencanakan serangan terbatas atau bahkan hanya mengerahkan pasukan pertahanan.

"Saya akui bahwa kami tidak memiliki cukup bukti bahwa mereka tidak berniat menyerang. Kami juga tidak memiliki indikasi konklusif bahwa mereka ingin menyerang, namun saya tidak dapat menentukan berdasarkan informasi bahwa mereka tidak melakukan persiapan," tutur Eliezer.

Keesokan paginya, 6 Oktober 1973, pada pukul 07.30, enam setengah jam sebelum pecahnya perang, sekretaris militer Meir membaca telegram tadi malam dari kepala Mossad Zvi Zamir, yang menunjukkan bahwa perang akan terjadi hanya dalam hitungan jam.

Diskusi kemudian terfokus pada apakah tepat jika melancarkan serangan pendahuluan, seperti yang dilakukan Israel pada perang tahun 1967 sebelum tentara Arab dapat melaksanakan rencana serangan mereka.

Namun Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan menyatakan adanya kekhawatiran atas langkah-langkah yang hendak diambilnya, yakni jika melancarkan serangan lebih dahulu. "Dari sudut pandang diplomatik, kami tidak bisa membiarkan diri kami melancarkan serangan pendahuluan kali ini. Dalam situasi saat ini, bahkan melakukan serangan lima menit lebih awal adalah hal yang mustahil," ujarnya.

PM Israel Golda Meir menyetujui hal tersebut dan berkata, "Serangan pendahuluan sangat menggoda, namun kita belum mencapainya pada tahun 1968. Kali ini, dunia memperlihatkan wajah buruknya, dan tidak seorang pun akan mempercayai kita."

Pertanyaan lainnya adalah, apakah tepat jika Israel membocorkan ke publik tentang apa yang diketahuinya tentang serangan yang akan terjadi, demi mencegah terjadinya pertempuran dengan Mesir.

Menteri Israel, Yisrael Galili, saat itu mengungkapkan, sumber dari Kepala Mossad Zvi Zamir menyatakan bahwa perang dapat digagalkan dengan membocorkan informasi. Dengan kata lain, berdasarkan sumber Kepala Mossad itu, membeberkan ke publik adalah langkah yang tepat. Namun, dampak dari langkah tersebut tidak disampaikan.

Menteri Yigal Allon mendukung gagasan membocorkan informasi rencana penyerangan tersebut kepada media menjelang sidang kabinet yang rencananya digelar sore itu. Namun PM Israel Golda Meir hanya mendukung kebocoran informasi kepada diplomat asing.

Hingga akhirnya, Israel memberi tahu Duta Besar AS Kenneth Keating setelah Menhan Israel, Dayan, meminta untuk berhati-hati tetapi tidak boleh panik. "Kita harus bergerak hati-hati, tidak perlu panik," kata Dayan saat itu.

Dalam pertemuan mereka, PM Israel Meir meminta Dubes AS Keating untuk menyampaikan pesan ke Mesir, sebagai berikut: "Kami tidak ragu bahwa kami akan menang, tapi kami ingin mengumumkan... bahwa kami tidak merencanakan serangan, tapi tentu saja kami siap untuk menghalau serangan mereka."

Ketika Keating bertanya apakah Israel akan melakukan serangan pendahuluan, PM Israel Golda Meir menjawab bahwa itu tidak akan dilakukan. "Walaupun hal itu akan membuat segalanya lebih mudah bagi kami," kata Meir kepada Keating.

Israel salah prediksi...

Baca Juga

Sehari setelah penyerangan yang kembali mengejutkan Israel karena terjadi lebih awal dari perkiraannya, Menhan Israel Dayan mengaku kepada Meir dan Alon bahwa dia telah melakukan kesalahan dalam perkiraannya.

"Penilaian kami didasarkan pada perang sebelumnya, dan itu salah. Penilaian kami oleh saya dan orang lain tentang apa yang akan terjadi selama penyeberangan adalah salah," kata Dayan mengakui.

Meir juga menyinggung soal rencana AS mengirimkan pesawat tempur Phantom. "Ada keputusan awal yang diambil oleh Presiden AS Richard Nixon mengenai pesawat tempur Phantom. Masalahnya sekarang adalah implementasinya. Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger sedang mencari cara untuk mengirimnya," ujarnya.

Dokumen yang berisi percakapan di antara petinggi intelijen, militer, hingga Perdana Menteri Israel itu didokumentasikan dalam memoar pribadi tulisan tangan Eli Mizrahi, Direktur Kantor Perdana Menteri Israel pada saat itu. Dokumen termasuk dalam arsip rahasia yang dirilis oleh Israel terkait Perang 6 Oktober 1973 dengan Mesir dan Suriah, 50 tahun setelah pecahnya perang tersebut.

Saat itu, pada tahun 1973, Israel menduduki Semenanjung Sinai di Mesir, sama seperti yang pernah dan terus menduduki sektor terbesar Dataran Tinggi Golan Suriah sejak tahun 1967. Mesir dan Suriah menyebut perang ini sebagai Perang Oktober, sedangkan Tel Aviv menyebutnya sebagai Perang Yom Kippur.

Arsip Nasional Israel menyebutkan, arsip rahasia itu meliputi ribuan file yang disimpan dalam arsip, yang berisi ratusan ribu halaman yang mendokumentasikan peristiwa real-time di segala bidang: politik, militer, internasional, publik, dan sipil.

Dokumen-dokumen ini mencakup banyak hal. Misalnya, risalah pembahasan pemerintah, konsultasi politik-militer (kabinet perang), pembahasan komite Knesset (parlemen), korespondensi Kementerian Luar Negeri, dokumen militer, politik dan sipil, kesaksian, laporan, diskusi dan penilaian terhadap situasi mengenai pelaksanaan perang, pertahanan sipil dan persiapan barisan depan selama perang.

Kumpulan arsip ini memberikan gambaran tentang Israel yang kalang kabut dalam proses pengambilan keputusan, mengingat kondisi ketidakpastian di antara para pemimpin dan pertempuran di garis depan. Juga kontak politik yang terjadi saat perang dengan Mesir dan Suriah melalui mediasi Amerika, dan jalan yang mengarah pada pengaturan pemisahan kekuatan. Konflik antara Israel, Mesir dan Suriah, berakhir pada akhir Mei 1974.

 
Berita Terpopuler