Erdogan Optimistis Netanyahu akan Diadili di ICC

Erdogan mengecam negara-negara Barat yang mendukung Israel.

AP Photo/Francisco Seco
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan optimistis Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang atas serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Erdogan sekaligus mengecam negara-negara Barat yang mendukung Israel.

Baca Juga

Dalam pidatonya di pertemuan komite Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan menyatakan, negara-negara Barat yang memberikan dukungan tanpa syarat kepada Israel untuk membunuh bayi dan anak-anak di Gaza, dapat terlibat dalam kejahatan perang. Erdogan mengatakan, nasib Netanyahu akan serupa seperti Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic yang diadili karena tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag.

“Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai penjagal Gaza, sama seperti Milosevic yang diadili,” kata Erdogan.

“Mereka yang mencoba mengabaikan kematian orang-orang tak berdosa dengan menggunakan alasan Hamas, tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan kepada umat manusia,” ujar Erdogan mengacu pada kekuatan Barat, yang menurutnya “buta dan tuli”.

Turki tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris. Turki justru menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota Hamas. Erdogan mengatakan,sekelompok negara Muslim, yang dibentuk oleh OKI dan Liga Arab bulan lalu untuk mengadakan pembicaraan mengenai Gaza dengan negara-negara Barat dan lainnya. Mereka akan melanjutkan diskusi sampai pertempuran di Gaza berhenti.

“Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dalam kerangka ini,” kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa persenjataan nuklir Israel tidak boleh dilupakan.

Erdogan  telah lama menyerukan agar Dewan Keamanan PBB direformasi menjadi lebih inklusif. Erdogan mengatakan, PBB telah gagal dalam menangani perang di Gaza sehingga perlu  reformasi yang mendesak.

“Upaya tulus Sekretaris Jenderal PBB (Antonio) Guterres disabotase oleh anggota Dewan Keamanan. Tidak seorang pun dari kita harus menerima sistem ini. Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia," ujar Erdogan.

Erdogan ingin Turki dan Iran....

 

Pada November, Erdogan mengatakan kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi bahwa ia ingin Turki dan Iran mengambil sikap bersatu melawan kebrutalan Israel terhadap warga Palestina. Dalam pembicaraan melalui telepon, kedua pemimpin membahas tentang upaya mengatasi serangan Israel yang melanggar hukum di Gaza, upaya bantuan kemanusiaan untuk Palestina, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai gencatan senjata permanen di wilayah tersebut.

“Dalam panggilan tersebut, Presiden Erdogan menyuarakan pentingnya dunia Islam, khususnya Turki dan Iran, mengambil sikap bersatu melawan kebrutalan Israel di tanah Palestina,” kata pernyataan Direktorat Komunikasi Turki, dilaporkan Alarabiya.

Erdogan menyatakan, Iran dan Turki akan menjaga kerja sama untuk menjadikan gencatan senjata sementara menjadi permanen dan mencapai perdamaian permanen. Sementara itu, dalam panggilan telepon Raisi mengatakan, Amerika Serikat tidak punya hak untuk campur tangan dan membuat keputusan apa pun bagi rakyat Gaza.

“Rakyat Gaza, melalui Hamas, sebagai pemerintahan yang sah, yang dihasilkan dari pemungutan suara publik harus memutuskan masa depan Gaza, dan Amerika tidak berhak ikut campur dan mengambil keputusan untuk rakyat Gaza. Tindakan apa pun yang mereka ambil dalam hal ini pasti akan gagal," kata Raisi.

Sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober, Erdogan mengambil sikap tegas terhadap Israel.  Dia menggambarkan Israel sebagai negara teror.

Erdogan mengatakan, Turki akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa para pemimpin politik dan militer Israel yang membantai orang-orang di Gaza diadili di pengadilan internasional.  “Jika Israel terus melakukan pembantaian, maka negara ini akan dianggap sebagai negara teroris yang dikutuk secara universal di seluruh dunia," ujarnya.

Sementara itu, Teheran lebih fokus pada peran AS dalam mendukung Israel.  Raisi sebelumnya mengatakan, mesin perang di Gaza berada di tangan Amerika, yang mencegah gencatan senjata dan memperluas perang. 

"Dunia harus melihat wajah Amerika yang sebenarnya," kata Raisi.

Raisi juga memperingatkan kemungkinan konflik antara Israel dan Hamas meluas ke bidang lain, yaitu mengacu pada poros perlawanan sebuah istilah yang digunakan Iran untuk merujuk pada aliansi aktor non-negara di Timur Tengah yang menentang pengaruh Barat.  Poros ini meliputi Iran, Suriah, milisi Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. 

 

 
Berita Terpopuler