Wisata Peninggalan Kolonial Belanda di Bouwplan V Malang

Kawasan Bouwplan V diyakini termasuk tertua di Indonesia.

Republika/ Wilda Fizriyani
Penampilan bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang yang beberapa di antaranya masih sama dengan wujud aslinya sedangkan lainnya sudah tidak dikenali lagi.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu liburan. Salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Komunitas History Fun Walk Malang baru-baru ini melaksanakan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di area Bouwplan V Kota Malang. Terutama di area dekat Mall Olympic Garden (MOG) dan Stadion Gajayana. Selain area Bouwplan V, kegiatan ini turut menghampiri beberapa peninggalan kolonial Belanda di Jalan Kelud, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen.

Pendiri History Fun Walk Malang, Yehezkiel Jefferson Halim, mengungkapkan kegiatan kali ini bertemakan "Sportpark Gebieb Bergenbuurt". Sesuai dengan tema, kegiatan lebih menelusuri kawasan Bouwplan V yang mana dikenal sebagai "taman olahraga" di zaman kolonial Belanda.

Menurut Yehezkiel, kawasan Bouwplan V dibangun oleh kolonial Belanda sekitar 1924 hingga 1926. Kompleks taman olahraga ini diyakini termasuk tertua di Indonesia. "Semula yang tertua itu di Menteng karena dibangun pada 1921. Namun sekarang sudah tidak ada. Oleh karena itu, yang di Kota Malang dianggap sebagai yang tertua di Indonesia," jelasnya di Kota Malang, Ahad (3/12/2023).

Wilayah tersebut tercatat memiliki fasilitas olahraga cukup lengkap. Beberapa di antaranya lapangan sepak bola, lapangan tenis, lapangan basket, lapangan voli, lapangan atletik, lapangan hoki dan kolam renang. Fasilitas ini semula dibangun di atas lahan seluas sembilan hektare (ha) dengan anggaran sekitar 85 ribu gulden.

Selain area tersebut, rumah di Jalan Tenes Nomor 24 dan Nomor 14 turut dibahas oleh komunitas History Fun Walk Malang. Rumah di Jalan Tenes Nomor 24 ini diketahui telah dibangun sejak zaman Belanda. Rumah ini pernah dimiliki oleh tokoh militer Indonesia bernama Imam Soedja'i.

Berdasarkan catatan sejarah, Imam Soedja'i termasuk salah satu dari tiga kandidat panglima TNI. Selain Imam, diketahui terdapat nama Jenderal Sudirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo yang masuk dalam kandidat tersebut. Namun saat itu, Imam lebih memilih ikut perang di peristiwa 10 November Surabaya sehingga Jenderal Sudirman pun terpilih sebagai Panglima TNI.

Sementara itu, bangunan di Jalan Tenes Nomor 14 (kini menjadi bistro My Kopi-O!) tercatat mulai dibangun pada 1929. Rumah ini pada awalnya dimiliki oleh administrator pabrik gula di Jombang, Sir Tom Thomas. Bangunan yang diyakini dijual kepada swasta pada 1950 ini masih mempertahankan struktur lama hingga sekarang.

Komunitas History Fun Walk Malang turut mengunjungi area bozem yang kini terdapat Gedung KNPI Kota Malang. Area tersebut pada masa kolonial Belanda merupakan saluran penampungan air saat hujan lebat. Keberadaan tempat tersebut semula ditunjukkan agar air hujan tidak meluber ke wilayah publik.

Baca Juga

Terdapat bangunan sekolah rakyat...

 

Di samping itu, juga terdapat bangunan sekolah rakyat yang kini menjadi SD Negeri Kauman 2 Malang. Saat ini bangunan yang masih mempertahankan sisi peninggalan sejarah tersebut digunakan sebagai perpustakaan dan ruang guru.

Ada pula rumah pribumi bernama Sukowono yang kini menjadi bangunan Kimia Farma di Jalan Kawi, Kota Malang. Bangunan yang dahulunya mewah ini dianggap unik karena jarang sekali pribumi mampu mendirikan rumah bagus di kawasan elit Belanda. "Tidak ada bukti sejarah Sukowono itu orang penting atau bukan tetapi diyakini dia termasuk orang yang berpengaruh karena mampu memiliki rumah di kawasan tersebut," jelasnya.

Berikutnya, terdapat bangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Bromo yang dahulunya merupakan rumah milik warga Eropa. Rumah mewah yang terdiri atas dua lantai itu selanjutnya dijual kepada saudagar gula bernama Han Tiauw An. Kemudian bangunan diserahkan kepada yayasan Tionghoa sehingga sempat menjadi sekolah kristen untuk berikutnya menjadi gereja mulai 1961.

Hal yang paling menarik berikutnya adalah gedung BRI yang berada di Jalan Kawi. Bangunan ini dahulunya merupakan Bank Perkreditan Rakyat atau Volkcredietbank. Berdasarkan pengamatan dari luar, saat ini struktur kolonial Belanda sudah tidak terlihat jelas dari bangunan tersebut.

Selain itu, rumah di kawasan Widodaren juga turut dibahas oleh komunitas. Pasalnya, area tersebut terdapat dua rumah yang memiliki satu atas bergaya Belanda. Bangunan ini diketahui pernah menjadi rumah dinas para pegawai Praja Malang yang biasa disewa sekitar tiga sampai enam bulan.

Tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat Ardjoenopark yang dahulunya berfungsi sebagai resapan air (saat ini menjadi beberapa bangunan di Jalan Arjuno Kota Malang). Kemudian terdapat bangunan Korem 083 Baladika Jaya yang dahulu pernah menjadi Hotel Astor, yang dimiliki oleh purnawirawan Belanda bernama Mr P M Dee pada 1929. Hotel yang juga pernah menjadi rumah petinggi dan markas Jepang ini pernah dikunjungi oleh Jenderal Sudirman ketika penyerahan tawanan Jepang.

Komunitas History Fun Walk Malang juga sempat mengunjungi bangunan Gabungan Perusahaan Rokok Malang (Gaperoma). Bangunan ini sempat menjadi markas Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki). Kemudian juga pernah menjadi sekolah tinggi kedokteran Malang pada 1960-an yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).

Komunitas juga menunjukkan monumen Tentara Genie Pelajar (TGP) di dekat Stadion Gajayana. Lalu berdekatan dengan area tersebut, ada pula markas TGP yang kini menjadi SMIP/SMK Bina Cendika YPK. Untuk diketahui, bangunan sekolah ini juga pernah menjadi sekolah MULO di masa Belanda.

Selanjutnya, terdapat Rumah Meneer di Jalan Semeru, Kota Malang yang diyakini pernah menjadi milik orang Belanda. Kemudian dibeli oleh pribumi yang merupakan notaris pribumi pertama di Kota Malang. "Rumahnya masih asli. Ada paviliun yang menjadi Semeru Hostel. Nuansa zaman Belanda masih sangat kental," ungkapnya.

Mengunjungi Menara Suling...

Penampilan bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang yang beberapa di antaranya masih sama dengan wujud aslinya sedangkan lainnya sudah tidak dikenali lagi. - (Republika/ Wilda Fizriyani)

Di samping itu, para peserta komunitas juga mengunjungi Menara Suling yang lokasinya berdekatan dengan gardu PLN area Jalan Tenes. Menara yang hanya tersisa struktur berkarat tanpa terompet ini merupakan penanda bahaya yang dibangun oleh Belanda. Setidaknya terdapat delapan menara yang dibangun oleh kolonial di Kota Malang.

Untuk diketahui, komunitas History Fun Walk Malang turut mengunjungi beberapa bangunan di area selain jalan bernuansa gunung-gunung di Kota Malang (sesuai tema "Sportpark Gebieb Bergenbuurt"). Bangunan-bangunan yang dimaksud antara lain bioskop Kelud, Pasar Bareng dan rumah pendeta di Jalan Kelud, Kota Malang.

Bioskop Kelud dalam catatan sejarah pernah manjadi Kartinischool pada masa kolonial Belanda. Kemudian pernah menjadi tempat interniran pada zaman Jepang. Artinya, bangunan pernah digunakan sebagai kamp konsentrasi masyarakat sipil Eropa dan Belanda.

Selanjutnya, gedung tersebut difungsikan sebagai bioskop pada era 1970 hingga 1980an. Pada era 1990an, kegiatan bioskop mulai meredup sehingga tidak difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Namun bioskop ini diyakini pernah beberapa kali digunakan untuk kegiatan pameran buku dan lainnya pada masa kini.

Selanjutnya, para anggota komunitas juga menunjukkan area Pasar Tua Bareng yang lokasinya tidak jauh dari bioskop. Bangunan tersebut masih mempertahankan nuansa lama tetapi aktivitas pasar sudah tidak terlihat lagi. Kemudian ada pula rumah minimalis modern masa Belanda yang pernah menjadi rumah pendeta (kini menjadi percetakan).

Penampilan bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang yang beberapa di antaranya masih sama dengan wujud aslinya sedangkan lainnya sudah tidak dikenali lagi. - (Republika/ Wilda Fizriyani)

 

 
Berita Terpopuler