Antrean Panjang Bantuan Mengular di Rafah, Butuh Sepekan Lebih untuk Capai Gaza

Banyak truk yang tertahan dalam pemeriksaan Israel.

AP Photo/Amr Nabil
Seorang petugas kesehatan Mesir meninggalkan ambulansnya, di mana ia mengangkut jenazah warga Palestina yang meninggal di rumah sakit Mesir setelah terluka akibat perang di Gaza, saat ia menunggu untu
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ratusan truk yang membawa bantuan untuk Gaza berbaris dalam antrean panjang di perbatasan Rafah sisi Mesir. Para pengemudi dan relawan banyak yang menunggu lebih dari seminggu di perbatasan. Mereka mengisi waktunya dengan makan siang di atas karpet samping truk di bawah sinar matahari sore.

Baca Juga

Sebuah mobil lewat untuk menjual roti dan rokok. Gerbang perbatasan sesekali dibuka untuk membiarkan truk-truk kosong lewat, kembali dari Jalur Gaza.

Sopir truk Ahmed Naim Ibrahim menjadi salah satu yang pertama mengantre. Pada Kamis (30/11/2023), tidak ada truk yang diizinkan masuk, karena kemacetan di sisi lain perbatasan.

Setelah memasuki penyeberangan Rafah, menurut Ibrahim, truk terlebih dahulu harus berkendara sejauh 40 km ke selatan sepanjang perbatasan menuju penyeberangan Al-Owga antara Mesir dan Israel. Di sana, tentara Israel memeriksa truk-truk tersebut, setelah itu mereka kembali ke Rafah. Baru setelah pemeriksaan itu, truk-truk tersebut dapat menurunkan bantuan yang disalurkan ke Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).

Sebuah truk Mesir yang mengirimkan bahan bakar ke Jalur Gaza melintasi dari Gaza ke Mesir di Rafah, Mesir, saat gencatan senjata sementara diberlakukan, Senin, 27 November 2023. - (AP Photo/Amr Nabil)
 

Dari saat sebuah truk bergerak ke perbatasan Rafah, dibutuhkan dua atau tiga hari lagi agar bantuan dapat didistribusikan di Jalur Gaza. “Ada garis sepanjang 20 km sebelum inspeksi Israel,” kata Ibrahim dikutip dari AlJazirah.

Sopir truk lain Saleh Ebada mengamini pernyataan Ibrahim. “Pemeriksaannya butuh waktu, ini yang menyebabkan keterlambatan," ujarnya.

Truk yang dikemudikan Ebada dan Ibrahim membawa obat-obatan, makanan, air, selimut, dan kain kafan untuk menutupi jenazah. “Kami di sini karena kami ingin mendukung saudara-saudara kami di Gaza,” kata Hazem Mohamed, seorang sukarelawan di organisasi amal Mesir Resala, yang memiliki 21 truk yang mengantre di perbatasan.

Mohamed frustrasi karena penantian yang lama. “Setiap hari seharusnya kami masuk, tapi setiap kali mereka menundanya ke hari berikutnya,” ujarnya.

“Tapi itu bukan di tangan kami. Adalah tugas kita untuk membantu, dan hal sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Menunggu selama delapan hari tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami warga Gaza," kata Mohamed.

Ia dan pengemudi lain berharap....

 

Ibrahim dan pengemudi lainnya berharap mereka bisa menyeberang pada Jumat (1/12/2023), tetapi setelah gencatan senjata berakhir, tidak ada truk yang diizinkan masuk. Selama gencatan senjata, jumlah truk yang memasuki perbatasan Rafah meningkat dari kurang dari 100 menjadi sekitar 200 per hari.

Tapi banyak truk yang masih tertahan dalam pemeriksaan Israel. Para pejabat PBB mengatakan bahwa, rata-rata, 500 truk memasuki Jalur Gaza setiap hari sebelum 7 Oktober, ketika Israel memulai pembomannya.

Truk dapat dikembalikan ke Mesir jika pemeriksa Israel menemukan hal-hal yang “dilarang”. Salah satu pengemudi lain bernama Taha mengatakan, pisau dapur kecil, gunting, dan tabung gas tidak diperbolehkan. Para pejabat Israel mengklaim pemeriksaan mereka diperlukan untuk memastikan tidak ada senjata yang diselundupkan untuk Hamas.

Ada juga alat rontgen di sisi perbatasan Mesir, untuk memeriksa truk sebelum memasuki penyeberangan Rafah. Seorang sukarelawan menjelaskan bahwa Mesir ingin memastikan truk-truk tersebut tidak membawa barang-barang yang akan diblokir oleh Israel, untuk mencegah terjadinya masalah.

Truk yang membawa bantuan medis dari Bulan Sabit Merah Emirat memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah di selatan Jalur Gaza, 26 November 2023. - (EPA-EFE/HAITHAM IMAD)
 

Selain bantuan, perbatasan Rafah telah menjadi jalur bagi lebih dari 9.000 orang untuk meninggalkan Gaza dalam beberapa pekan terakhir. Menurut angka resmi di Mesir, 8.691 warga asing atau warga negara ganda memasuki negara itu antara 1 November dan 29 November, termasuk periode gencatan senjata.

Pada periode yang sama, 389 warga Palestina yang terluka dan 328 orang lainnya yang menyertai mereka juga tiba di Mesir. Mereka dirawat di rumah sakit lapangan dekat perbatasan di Sheikh Zuweid dan di rumah sakit di El Arish dan kota-kota lain di Mesir.

Warga Palestina yang diizinkan meninggalkan Gaza adalah 28 bayi prematur yang dirawat di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza City sebelum diambil alih oleh pasukan Israel. Dari 28 bayi tersebut, 16 bayi pertama dibawa ke Rumah Sakit Umum El Arish yang berjarak 45 km dari Rafah, sedangkan 12 bayi lainnya dipindahkan ke Kairo. 

 

 
Berita Terpopuler