Review Napoleon: Kisah Kaisar Petit Prancis Versi Ridley Scott 

Alih-alih fokus pada pertempuran, film lebih menyoroti pendalaman karakter Napoleon.

Dok. Sony Pictures Releasing
Salah satu adegan di film Napoleon.
Rep: Meiliza Laveda Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum menutup tahun 2023, deretan film tak tanggung-tanggung menghiasi bioskop tanah air. Salah satu film yang menarik perhatian sejak awal tahun adalah Napoleon karya Ridley Scott. Scott bukan sosok asing di dunia perfilman.

Baca Juga

Di usianya yang terbilang tidak muda lagi (85 tahun), Scott merilis film historical drama yang mengangkat kisah Kaisar Prancis Napoleon Bonaparte. Dalam proyek ini, Scott bertemu lagi dengan Joaquin Phoenix yang sebelumnya pernah tergabung dalam film Gladiator.

Seperti judulnya, Napoleon mengangkat kisah Jenderal Napoleon Bonaparte yang ambisius, cerdas, dan ahli strategi. Berlatar tahun 1793 di era Revolusi Prancis, Napoleon diceritakan sebagai sosok yang berani melawan koalisi negara-negara Eropa untuk memperluas kekuasannya. Perjalanan kejayaannya juga diiringi dengan kehidupan romansa bersama Josephine (Vanessa Kirby).

Scott tidak menceritakan kehidupan Napoleon sejak lahir. Film langsung diawali dengan adegan eksekusi Ratu Prancis Marie Antoinette. Kala itu, Napoleon terlihat berbaur bersama massa menyaksikan pemenggalan Antoinette.

Kejeniusan Napoleon sebagai ahli strategi mulai ditunjukkan saat Pengepungan Toulon. Untuk mengusir tentara Inggris, Napoleon mengarahkan pasukannya melakukan penyerangan benteng terlebih dulu. Adegan pertempuran pertama terlihat tegang dan penuh darah.

Alih-alih fokus pada pertempuran yang pernah dilalui Napoleon, Scott lebih menyoroti pendalaman karakter Napoleon. Meskipun terlihat bijaksana dan berani, Phoenix menggambarkannya sebagai karakter yang menjengkelkan. Namun, di balik itu, dia juga pria melankolis yang selalu merindukan Josephine.

Ketika bertempur misalnya, Napoleon selalu menantikan surat-surat dari Josephine. Dia selalu berharap Josephine tidak berhenti menulis surat untuknya. Josephine memang bukan satu-satunya wanita yang menghiasi kehidupan Napoleon, tapi dia menempati posisi istimewa di hati Kaisar Prancis ini. Bahkan, Josephine disebutkan di kata-kata terakhir Kaisar sebelum ajal menjemput.

Sementara itu, pesona Kirby sangat terlihat saat memerankan Josephine. Chemistry antara Phoniex dan Kirby berhasil menunjukkan hubungan romansa yang bergairah dan intens.

Karena fokus pada sosok Napoleon....

 

 

 

Karena fokus pada sosok Napoleon, adegan pertarungan yang dihadirkan di film terasa hambar, seperti Pertempuran Waterloo. Sebagai pertempuran terakhir Napoleon, Scott tidak menghadirkannya secara brutal dan penuh tegang. Ditambah Phoeniex yang tidak cukup menggali emosi karakter Napoleon, membuat adegan puncak tersebut tidak membekas. Sepanjang film, hanya ada satu pertempuran yang epik, yaitu Pertempuran Austerlitz.

Sebagai pemenang Oscar, akting Phoenix sudah tidak diragukan lagi. Namun, memerankan karakter eksentrik seperti Napoleon memiliki tantangan tersendiri. Dalam hal ini, Phoenix tak cukup cocok untuk berperan sebagai Napoloen. Aksen Amerika yang dia tunjukkan menyebabkan karakter Napoleon menjadi luntur.

Dengan durasi 158 menit, Napoleon karya Scott terasa hampa dan bosan. Scott tidak sepenuhnya menggali karakter Napoleon sebagai Kaisar Prancis yang besar pada masanya.

 

Beberapa bagian yang tidak selaras dengan fakta sejarah menjadikan Napoleon sebagai film yang melukiskan Napoleon Bonaparte versi Ridley Scott. Bagi penggemar karya-karya Scott, Napoleon mungkin mengecewakan tapi tidak sepenuhnya layak dilewatkan. Napoleon sudah tayang di bioskop mulai Rabu (29/11/2023).

 
Berita Terpopuler