Ribuan Warga Gaza Pulang ke Rumah

Warga Gaza tetap pulang meski mendapat ancaman dari Israel

AP Photo/Hatem Ali
Ribuan penduduk Palestina di Jalur Gaza yang sebelumnya mengungsi ke wilayah selatan, memutuskan pulang ke rumah mereka di wilayah utara
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ribuan penduduk Palestina di Jalur Gaza yang sebelumnya mengungsi ke wilayah selatan, memutuskan pulang ke rumah mereka di wilayah utara saat gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai pada Jumat (24/11/2023). Daerah utara merupakan medan pertempuran utama Israel dengan Hamas. 

Pasukan Israel telah mengancam akan menyerang siapa pun warga Gaza yang kembali ke utara selama gencatan senjata berlangsung. Namun ancaman itu tak dipedulikan oleh penduduk Gaza. "Saya akan pulang," ujar Hayat al-Muammar (50 tahun), salah satu warga Gaza yang memutuskan untuk pulang ke rumahnya di utara, dikutip laman Al Arabiya. 

Al-Muammar mengaku belum bisa memahami mengapa dia dan penduduk Gaza lainnya tak diizinkan pulang ke rumah mereka. "Kami melarikan diri dari kematian, kehancuran, dan segalanya. Saya masih tidak mengerti apa yang terjadi pada kami. Mengapa mereka melakukan ini pada kami?" ucapnya. 

Sambil mengendarai keledai yang menarik gerobaknya, Ahmed Fayad (30 tahun) berangkat kembali ke desanya bersama 70 anggota keluarganya. Sebelumnya mereka mengungsi ke sebuah sekolah. Bersama Fayad dan keluarganya, terdapat ratusan warga Gaza lainnya yang memutuskan kembali ke rumahnya. Selain barang-barang penting, mereka turut membawa hewan ternaknya. 

Baca Juga

#Palestinian families waited for the temporary ceasefire to come in order to return to their homes from which they were displaced during the days of the aggression on #Gaza Strip. Photo by Nader Jarghoun. pic.twitter.com/S81Bx4eCO9

— Quds News Network (@QudsNen) November 24, 2023


Khaled al-Halabi meninggalkan rumahnya di Gaza utara kemudian mengungsi ke Rafah untuk menghindari serangan Israel. Namun dia enggan mengambil risiko dan kembali ke rumahnya. Kendati demikian, al-Halabi sangat mensyukuri adanya gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari yang dicapai Israel dan Hamas. "Kita akhirnya bisa bernapas lega setelah 48 hari," ujarnya. 

Sementara itu Raed Saqer, warga Gaza yang juga mengungsi ke Rafah, berharap janji peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza selama gencatan senjata akan terwujud. "Kami membutuhkan gencatan senjata ini untuk merawat mereka yang terluka, sehingga masyarakat bisa sedikit pulih. Karena para pengungsi dari utara sedang mengalami tragedi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," ucap Saqer. 

Sekitar 1,7 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi...

 

Menurut PBB, sekitar 1,7 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi selama hampir 50 hari agresi Israel ke wilayah tersebut. Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan, sekitar 2,2 juta penduduk Gaza saat ini sangat membutuhkan bantuan pangan. 

"Sekitar 2,2 juta orang di Gaza membutuhkan bantuan pangan mendesak.  Sistem pangan yang ada saat ini sedang runtuh, dan untuk menjangkau mereka yang membutuhkan, WFP dan para mitra kami memerlukan peningkatan akses dan sumber daya seperti bahan bakar, gas, dan konektivitas. Untuk memberikan dampak nyata, kita perlu menghentikan permusuhan," kata WFP, dikutip laman Middle East Monitor. 

WFP mengungkapkan, mereka bekerja sama dengan 23 toko roti di Gaza pada awal tanggap daruratnya. Mereka menyediakan roti untuk 200 ribu orang di tempat penampungan. "Namun sistem pangan sedang runtuh. Toko roti terakhir yang bekerja sama dengan WFP ditutup karena tidak ada bahan bakar atau gas,” ucapnya.

Israel telah menyatakan bahwa gencatan senjata selama empat hari dengan Hamas hanya bersifat sementara. Hal itu mengisyaratkan bahwa Israel akan melanjutkan perangnya di Gaza. 

Selama masa gencatan senjata, Hamas akan membebaskan 50 warga Israel yang mereka sandera sejak 7 Oktober 2023. Sebagai balasannya, Israel juga akan membebaskan 39 warga Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel.

Sejak melancarkan agresinya pada 7 Oktober 2023, serangan Israel telah membunuh lebih dari 14.500 warga Gaza. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara korban luka telah melampaui 39 ribu orang.

 
Berita Terpopuler