Cegah Meluasnya Perang, Iran Berharap Gencatan Senjata Hamas-Israel Diperpanjang

Jika gencatan senjata tidak diperpanjang, perang berpotensi meluas ke kawasan

EPA-EFE/YURI KOCHETKOV
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian berharap kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel dapat diperpanjang
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID,  TEHERAN – Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian berharap kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel dapat diperpanjang. Sebab jika tidak, perang di Jalur Gaza tetap berpotensi meluas ke kawasan.

“Jika gencatan senjata ini dimulai besok, jika tidak dilanjutkan, kondisi di kawasan tidak akan sama seperti sebelum gencatan senjata, dan cakupan perang akan meluas,” kata Amirabdollahian ketika diwawancara stasiun televisi Al-Mayadeen di Beirut, Lebanon, Rabu (22/11/2023).

“Kami tidak berupaya memperluas cakupan perang. Jika intensitas perang meningkat, setiap kemungkinan akan memperluas cakupan perang,” tambah Amirabdollahian.

Dalam lawatannya ke Beirut, Amirabdollahian sempat melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Jihad Islam Ziyad Nakhaleh dan Wakil Ketua Hamas Khalil Al-Hayya. Mereka bertemu beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan antara Hamas dan Israel diumumkan.

Dalam pertemuan tersebut, Amirabdollahian, Nakhaleh, dan Al-Hayya, membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, termasuk perihal kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan yang baru saja dicapai dengan Israel. “Waktu tidak berpihak pada Israel,” ujar Amirabdollahian ketika menyinggung tentang kemampuan Hamas dan Jihad Islam dalam meladeni pertempuran dengan Israel selama lebih dari enam pekan terhitung sejak 7 Oktober 2023, dilaporkan Anadolu Agency.

Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang diperkirakan mulai berlaku pada Kamis (23/11/2023), ditunda implementasinya. Hal itu karena Israel belum memperoleh kejelasan tentang nama-nama para sandera yang akan dibebaskan Hamas.  

“(Kesepakatan ditunda) karena nama para sandera Israel dan cara pembebasan mereka,” kata seorang pejabat Palestina yang mengetahui proses negosiasi dengan Israel, Kamis, dikutip laman Al Arabiya.

Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi mengonfirmasi bahwa Pemerintah Israel belum mencapai kesepakatan dengan Hamas soal pembebasan sandera-sandera. “Negosiasi mengenai pembebasan sandera kami terus berjalan dan berlanjut,” ujar Hanegbi dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kantor Perdana Menteri Israel.

“Permulaan pembebasan akan dilakukan sesuai dengan kesepakatan awal antara kedua belah pihak, dan tidak sebelum hari Jumat,” tambah Hanegbi.

Israel belum menerima nama-nama sandera yang akan dibebaskan...

Baca Juga

Situs berita Israel, Ynet, melaporkan bahwa Israel belum menerima nama-nama sandera yang dijadwalkan akan dibebaskan oleh Hamas. Pada Rabu (22/11/2023) lalu, Israel dan Hamas telah mengumumkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dengan bantuan mediasi Qatar.

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar, lewat akun X resminya mengungkapkan, jeda kemanusiaan Israel-Hamas akan berlangsung selama empat hari. “Waktu mulai jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” katanya.

Kemenlu Qatar mengatakan, dalam kesepakatan gencatan senjata diatur tentang pembebasan 50 warga Israel, terdiri dari perempuan dan anak-anak, yang saat ini ditahan Hamas Gaza. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang mendekam di penjara-penjara Israel. Menurut Hamas, jumlah warga Palestina yang dibebaskan mencapai 150 orang. 

Seorang juru bicara pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan setidaknya 50 sandera. Dia menyebut, untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari.

Kantor Perdana Menteri Israel telah menyampaikan bahwa gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang di Gaza. “Pemerintah Israel, tentara Israel dan pasukan keamanan akan melanjutkan perang untuk mengembalikan semua orang yang diculik, melenyapkan Hamas, dan memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman terhadap Negara Israel dari Gaza,” katanya, dikutip laman Al Arabiya.

Pertempuran terbaru antara Hamas dan Israel pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Perang diawali dengan serangan roket dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas pun menculik setidaknya 240 orang, yang terdiri dari warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel memulai agresinya ke Gaza. Sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, Israel tidak pernah mengendurkan atau memberikan jeda kemanusiaan dalam serangannya ke Gaza. Sejauh ini jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat serangan Israel telah melampaui 14.500 jiwa. Mereka termasuk 6.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33 ribu orang

 
Berita Terpopuler