Biden Tegaskan Rumah Sakit Gaza Harus Dilindungi Tapi Israel Tetap tak Peduli

Tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit Al Shifa

AP Photo/Dr. Marawan Abu Saada
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan rumah sakit di Jalur Gaza harus dilindungi
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan rumah sakit di Jalur Gaza harus dilindungi dan dia berharap Israel tidak mengganggu dengan tank-tanknya maju ke gerbang rumah sakit utama di daerah yang terkepung itu. Sayangnya imbauan Presiden AS Biden tersebut tidak dipedulikan oleh Israel.

Tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit Al Shifa, pusat medis utama Kota Gaza, yang menurut Israel berada di atas terowongan para pejuang Hamas. Tuduhan itu pun sudah dibantah Hamas

Israel melancarkan perang melawan Hamas setelah kelompok Islamis Palestina itu menyerang Israel selatan pada 7 Oktober. Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan tersebut dan 240 orang diseret ke Gaza sebagai sandera, menurut perhitungan Israel.

Sayap bersenjata Hamas mengatakan bahwa mereka siap untuk membebaskan hingga 70 wanita dan anak-anak yang ditahan di Gaza dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari. Otoritas medis Gaza mengatakan lebih dari 11.000 orang telah dikonfirmasi tewas dalam pengeboman Israel, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

Wilayah Gaza, yang padat penduduknya itu telah kehilangan tempat tinggal akibat operasi militer Israel, yang memerintahkan pengosongan separuh wilayah utara Gaza. Juru bicara kementerian kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qidra, yang berada di dalam rumah sakit Al Shifa, mengatakan pada hari Senin 32 pasien telah meninggal dalam tiga hari sebelumnya, termasuk tiga bayi yang baru lahir, karena pengepungan rumah sakit di Gaza utara dan kurangnya listrik.

Militer Israel mengatakan pada hari Selasa (14/11/2023) pagi bahwa mereka telah "memulai upaya kemanusiaan untuk mengoordinasikan transfer inkubator" dari Israel ke Al Shifa. Namun tidak ada satu pun perangkat, yang sering digunakan untuk menjaga kehangatan bayi yang belum cukup bulan, yang telah diterima oleh fasilitas tersebut.

Tidak ada komentar langsung dari Al Shifa maupun Hamas. Sedikitnya 650 pasien masih berada di dalam rumah sakit Al Shifa, sangat ingin dievakuasi ke fasilitas medis lain. Dalam komentar pertamanya sejak kejadian akhir pekan lalu, termasuk kematian pasien yang dilaporkan di Al Shifa, Biden mengatakan bahwa rumah sakit harus dilindungi.

"Harapan dan ekspektasi saya adalah bahwa tidak akan ada tindakan yang terlalu mengganggu terhadap rumah sakit dan kami tetap menjalin kontak dengan pihak Israel," kata Biden kepada para wartawan di Gedung Putih pada hari Senin.

"Juga ada upaya untuk mendapatkan jeda waktu untuk menangani pembebasan para tahanan dan itu sedang dinegosiasikan, juga, dengan pihak Qatar... yang terlibat," tambahnya. "Jadi saya tetap berharap, tetapi rumah sakit harus dilindungi."

Israel mengatakan Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan militer Israel pada hari Senin merilis video dan foto-foto yang disebutnya sebagai senjata yang disimpan kelompok itu di ruang bawah tanah rumah sakit Rantissi, sebuah rumah sakit anak yang mengkhususkan diri pada perawatan kanker.

Sandera ditukar gencatan senjata...

Baca Juga

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, memposting rekaman audio di saluran Telegram-nya yang mengatakan bahwa kelompok itu siap untuk membebaskan sebanyak 70 sandera perempuan dan anak-anak sebagai imbalan atas gencatan senjata selama lima hari, sebuah tawaran yang sepertinya tidak akan diterima oleh Israel.

"Kami mengatakan kepada mediator (Qatar) bahwa dalam gencatan senjata selama lima hari, kami dapat membebaskan 50 orang dan jumlahnya bisa mencapai 70 orang karena sulitnya tawanan ditahan oleh faksi-faksi yang berbeda," ujar juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, yang mengatakan bahwa Israel telah meminta 100 orang untuk dibebaskan.

Israel, yang secara efektif memblokade Gaza, telah menolak gencatan senjata, dengan alasan bahwa Hamas hanya akan menggunakannya untuk berkumpul kembali, tetapi telah mengizinkan "jeda" kemanusiaan singkat untuk memungkinkan makanan dan pasokan lainnya mengalir masuk dan orang asing melarikan diri.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan kepada para wartawan bahwa Washington "ingin melihat jeda yang lebih lama - berhari-hari, bukan berjam-jam - dalam konteks pembebasan sandera."

Seorang penulis opini di Washington Post pada hari Selasa mengutip seorang pejabat tinggi Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Israel dan Hamas hampir mencapai kesepakatan untuk membebaskan sebagian besar perempuan dan anak-anak Israel yang diculik, dan secara bersamaan Israel juga akan membebaskan para perempuan dan pemuda Palestina yang ditahan di penjara-penjaranya. Sebuah kesepakatan dapat diumumkan dalam beberapa hari ke depan jika rinciannya sudah selesai.

Pada hari Senin juga terjadi pertempuran di rumah sakit utama kedua di Gaza utara, al-Quds, yang tidak lagi berfungsi. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bahwa ada tembakan berat di sekitar rumah sakit dan konvoi untuk mengevakuasi pasien dan staf tidak dapat melewatinya.

Israel mengatakan telah menewaskan "sekitar 21 teroris" di al-Quds sebagai balasan atas tembakan yang dilancarkan oleh para pejuang dari pintu masuk rumah sakit. Pihaknya merilis rekaman yang dikatakannya menunjukkan beberapa orang di gerbang rumah sakit, salah satunya terlihat membawa peluncur granat berpeluncur roket.

Dinas militer dan keamanan Israel juga mengatakan bahwa mereka telah membunuh sejumlah komandan dan pejabat Hamas pada hari terakhir, termasuk Mohammed Khamis Dababash, yang mereka gambarkan sebagai mantan kepala intelijen militer kelompok tersebut.

Media Hamas mengatakan lebih dari 30 orang tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa tentara sedang memeriksa laporan tentang Jabalia.

 
Berita Terpopuler