Ucapan Dzikir yang Mengawali Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Dzikir menjadi awal permulaan ikhtiyar Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Tangkapan Layar/MER-C
Rumah Sakit Indonesia di Gaza rusak akibat terkena bom di wilayah Gaza dan sekitarnya.
Rep: Andrian Saputra Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi pusat layanan kesehatan kebanggaan warga di sana. Melalui rumah sakit tersebut, mereka dapat mengobati berbagai macam penyakit.

Baca Juga

Sejak Israel menyerang Gaza, rumah sakit tersebut menjadi rujukan warga yang mengalami luka dan mengidap penyakit berobat. Meski menjadi sentra pelayanan kesehatan, Israel tetap saja menyerang area sekitar rumah sakit. 

Hal tersebut mengakibatkan fasilitas kesehatan itu mengalami gangguan. Pasien di sana yang seharusnya merasakan ketenangan, mendadak ketakutan, karena mendengar ledakan bom.

Kini rumah sakit tersebut berjalan tidak normal. Sarana listrik mengalami hambatan, sehingga pelayanan kesehatan tidak berjalan maksimal.

Ada kisah menarik di balik pembangunannya. Bermula dari kunjungan Menteri Kesehatan RI pada tahun 2004-2009 Siti Fadilah Supari, perwakilan pemerintah Palestina, yaitu menteri kesehatan di sana waktu itu menyampaikan permintaan.

“Ibu Menteri, jika saya sediakan lahan di Gaza, apakah bisa Anda membangun rumah sakit di sana,” kata si menteri kesehatan Palestina.

Tanpa berpikir panjang, Fadilah Supari langsung mengiyakan. Namun kemudian, dia sempat memikirkan, bagaimana ya cara membangun rumah sakit di sana. "Apakah menggunakan uang negara, ah bukan dengan cara itu?"

Dia kemudian memanggil teman dekatnya, (alm) Jose Rizal Jurnalis. Dia merupakan dokter yang kerap memberikan layanan kesehatan kepada korban bencana. Boleh dibilang dokter yang berani untuk hadir dalam situasi krisis.

Pengalaman Jose Rizal Jurnalis sungguh luar biasa. Dia merupakan dokter yang jiwanya terpanggil untuk membantu masyarakat korban bencana Tsunami Aceh pada 2004.

Bukan hanya itu, dia merupakan dokter yang juga terpanggil untuk membantu rakyat Palestina pada saat agresi Israel ke Gaza pada 2009.

Dia pernah menceritakan bagaimana korban bom fosfor di Palestina mengalami luka parah dan bagaimana cara menanganinya. Jose Rizal sangat mengerti, bagaimana kondisi di Palestina. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Kepada Jose Rizal, Fadilah menyampaikan ‘proposal’ menteri kesehatan Palestina. Mendengar hal tersebut, Jose Rizal langsung berucap “Alhamdulillah.” Dzikir dan ungkapan yang menguatkan rasa syukur itu terucap begitu saja dari Jose. Dia sama sekali tidak merasakan itu sebagai tantangan atau kesulitan. Baginya, tawaran membangun rumah sakit tersebut merupakan berkah dari Allah.

Jose pun membuat rencana dan menggerakkan timnya untuk membangun impian dan cita-cita masyarakat Palestina dan Indonesia tersebut.

Namun, saat itu Jose berkomitmen bahwa dana yang digunakan untuk membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza harus murni dari rakyat Indonesia. Oleh karena itu penggalang dana pun dilakukan. Banyak masyarakat Indonesia antusias berdonasi untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.  

Seiring waktu, Farid Thalib ditunjuk sebagai perancang desain pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Ia pun merancang bangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza dengan begitu indah. Tetapi tim pembangunan menemukan persoalan ketika akan mencari pekerja bangunan yang siap tidak dibayar untuk mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina.

Singkat cerita, Jose Rizal bertemu dengan pimpinan Pondok Pesantren Al Fatah, Yaksaullah. Jose pun mengutarakan bahwa ia memerlukan banyak pekerja bangunan yang siapa tidak dibayar dan berangkat ke Palestina untuk mendirikan Rumah Sakit di Gaza. Tak disangka, banyak orang yang mengajukan diri untuk menjadi pekerja bangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Tetapi orang-orang yang mendaftar itu tidak memiliki keahlian sebagai pekerja bangunan. Bahkan, di antara mereka adalah berprofesi sebagai pengajar. Alhasil, mereka pun mendapat pelatihan terlebih dulu sebelum diberangkatkan. 

Ternyata mujahid itu banyak, yang berani jihad fisabilillah membantu membangun rumah sakit di Gaza. Ada guru, ada dosen, ada sarjana-sarjana semua, dan daftar. Mereka bukan tukang batu, maka mereka dilatih jadi tukang batu dulu di sini, baru diberangkatkan ke sana membangun rumah sakit Indonesia di Gaza. 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

"Itu yang membuat bukan tukang batu biasa lho, yang membuat bapak-bapak yang ikhlas, bapak-bapak yang memang ingin beribadah pada Allah. Mereka sangat semangat. Dan alhamdulillah, rumah sakit itu sudah jadi dua tingkat dan ketika akan dibuat tiga tingkat terjadilah perang Hamas dengan Israel ini,” kata Siti Fadilah.  

Menurut Siti Fadilah, para pekerja bangunan yang telah dilatih itu memiliki mental dan semangat yang kuat. Mereka sama sekali tidak takut meski harus bekerja dengan risiko tinggi di Gaza di mana pertempuran dapat meletus sewaktu-waktu. Bahkan mereka telah siap meninggal syahid dalam misi membangun Rumah Sakit di Gaza.  

“Itu suatu keajaiban Tuhan antara yang menerima tanah,  kemudian yang berkehendak pengen bikin rumah sakit, dan kemudian tenaga kerjanya. Itu sama masing-masing tidak ada hubungan tadinya, jadi yang menghubungkan Tuhan, maka Tuhan kalau berkehendak apapun bisa terjadi, ini seperti puzzle yang disatukan,” tambah Siti. 

Kini rumah sakit tersebut masih berdiri, tapi pelayanannya sangat memprihatinkan akibat agresi militer Israel. Relawan dan tenaga medis di sana hanya mendapatkan sekali makan dalam sehari. Obat-obatan dan segala yang berkaitan dengan keperluan rumah sakit sudah sangat terbatas.

 

Relawan dan tim medis di sana sangat mengharapkan bantuan untuk dapat melayani keperluan kesehatan para pasien di sana. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada mereka semua.

 
Berita Terpopuler