Israel Biarkan Bayi-Bayi Meninggal di RS Gaza, Muslim AS Tuntut Biden Intervensi

CAIR mengatakan mengepung rumah sakit adalah hal yang tidak masuk akal.

AP Photo/Dr. Marawan Abu Saada
Foto yang dirilis Dr Marawan Abu Saada ini memperlihatkan bayi Palestina yang lahir prematur di Rumah Sakit Shifa Kota Gaza pada Minggu, 12 November 2023.
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Organisasi hak asasi manusia mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk turun tangan dan menuntut agar Israel menghentikan serangannya. Hal ini terjadi saat bayi baru lahir meninggal di rumah sakit terbesar di Gaza yang terkepung, Al-Shifa.

Ketika pertempuran terus berlanjut, kelompok-kelompok advokasi mengatakan hal itu menghambat warga sipil untuk dapat melarikan diri dengan aman. Serangan Israel menempatkan mereka yang tidak dapat melarikan diri dalam bahaya besar. Banyak orang dan organisasi menggunakan media sosial untuk menuntut gencatan senjata.

Sebuah organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), menuntut pemerintahan Biden segera turun tangan untuk menghentikan pengepungan Rumah Sakit Al Shifa yang sedang dilakukan pemerintah Israel.

Baca Juga

BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan

CAIR mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (11/11/2023) bahwa jika Gedung Putih mengizinkan pemerintah Israel membunuh bayi yang baru lahir maka tidak akan ada jalan kembali.

“Pemerintahan Biden harus melakukan intervensi sekarang, saat ini juga, untuk menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di rumah sakit terbesar di Gaza,” kata pernyataan itu dilansir dari Newsweek pada Senin (13/11/2023).

“Mengepung sebuah rumah sakit, menggunakan penembak jitu untuk membunuh keluarga-keluarga yang melarikan diri, dan memotong sumber daya yang diperlukan untuk menjaga bayi-bayi yang baru lahir tetap hidup adalah hal yang tidak masuk akal, bahkan bagi pemerintahan Israel yang terang-terangan rasis dan melakukan genosida. Jika Gedung Putih mengizinkan pemerintah Israel untuk membunuh bayi-bayi yang baru lahir tersebut, pasien lain dan dokter mereka, tidak akan ada jalan kembali bagi pemerintahan ini di negara kita dan di seluruh dunia," lanjut pernyataan tersebut.

Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan...

Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan Israel telah mengepung Shifa, menjadikan rumah sakit tersebut sebagai jebakan maut bagi ribuan petugas kesehatan, pasien, dan pengungsi di dalamnya. Meskipun Israel telah melancarkan serangan udara di wilayah tersebut semenjak serangan Hamas pada 7 Oktober yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pejabat Israel membantah menyerang rumah sakit tersebut, yang tidak memiliki listrik dan pasokan penting.

Generator terakhir rumah sakit kehabisan bahan bakar pada Sabtu. Mengutip Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, hal ini menyebabkan kematian tiga bayi prematur dan empat pasien lainnya.

Kementerian Kesehatan mengatakan 36 bayi baru lahir lainnya berisiko meninggal dan terdapat 1.500 pasien di Shifa, 1.500 tenaga medis, dan lebih dari 15 ribu orang mencari perlindungan di rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Al-Shifa Muhammad Abu Salmiya mengatakan bahwa peralatan medis berhenti dan pasien, terutama mereka yang berada dalam perawatan intensif, mulai meninggal. Abu Salmiya mengatakan pasukan Israel menembak siapa pun di luar atau di dalam rumah sakit.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Al-Shifa tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit. Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (12/11/2023) bahwa IDF menempatkan 300 liter (79 galon) bahan bakar di dekat Rumah Sakit Shifa semalaman untuk generator darurat yang menggerakkan inkubator untuk bayi prematur serta penggunaan medis mendesak lainnya.

Namun, militer menyalahkan Hamas dan mengatakan kelompok militan tersebut mencegah rumah sakit tersebut menerima bahan bakar. Para pejabat Israel mengklaim bahwa Hamas mengoperasikan markas komandonya di bawah kompleks Rumah Sakit Shifa.

Militer Israel merilis peta bergambar rumah sakit tersebut dengan dugaan lokasi instalasi militan bawah tanah, tanpa memberikan bukti tambahan untuk mendukung klaim tersebut. Sementara Hamas dan staf rumah sakit membantah klaim tersebut.

 
Berita Terpopuler