Film Horor yang Beda Rating Antara Kritikus dan Penonton

Beberapa film horor 'memecah belah' antara penonton dan kritkius.

Dok Universal Picture
Salah satu adegan di film Halloween Kills. Ada beberapa film horor yang memiliki perbedaan Pendapat antara kritikus dan penonton.
Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Horor menjadi salah satu genre film yang banyak disukai. Namun tak jarang, film horor "memecah belah" antara penonton dan kritikus secara dramatis di Rotten Tomatoes.

Baca Juga

Situs Rotten Tomatoes mengumpulkan ulasan dari khalayak umum dan kritikus, serta memberikan analisis dari masing-masing kritikus. Meskipun sering kali menghasilkan hasil yang serupa, beberapa film horor mendapat nilai berbeda antara kritikus dan penonton.

Film horor cenderung menumbuhkan pengikut sekte yang menolak tinjauan kritis, dan banyak film horor klasik ditolak mentah-mentah pada rilis awal mereka. Ini mengartikan bahwa beberapa penonton memiliki tujuan yang berbeda untuk menonton film horor dibandingkan yang lain. Hal ini terlihat jelas pada perbedaan ulasan kritikus dan penonton terhadap film-film tertentu. Misalnya yang terjadi pada film-film berikut ini:

1. Satan's Little Helper (2004)

Salah satu adegan di film Satans Little Helper. - (Dok. Screen Media Films)

 

Mengingat tahun 2004 Satan's Little Helper mengumpulkan banyak pengikut, ternyata skor penontonnya sangat rendah di Rotten Tomatoes. Salah satu kritik utama adalah menonjolnya humor di seluruh Satan's Little Helper.

Humor itu membuat banyak orang merasa teralihkan dari kengerian. Yang lain mengomentari rendahnya nilai produksi dan lubang pada narasinya. Namun, para kritikus memuji film ini, juga memuji efek darah kental dan desain karakternya. 

2. The Covenant (2006)

Salah satu adegan di film The Covenant. - (Dok. Screen Gems)

 

The Covenant menerima salah satu skor kritik terendah dari semua film di Rotten Tomatoes. Banyak yang berpendapat bahwa itu adalah reproduksi murahan The Craft, tetapi gagal mengulangi kesuksesan klasik kultus tersebut. 

Para kritikus mengecam keras The Covenant karena akting pemainnya yang buruk, penulisan yang malas, dan narasinya yang klise. Namun, penonton horor tampaknya tidak peduli dengan faktor-faktor tersebut.

Bahkan, kualitas-kualitas itu membantu menumbuhkan basis penggemar The Covenant, yang terkenal karena kekurangan dan kelebihannya. Memang, banyak ulasan penonton yang menyebutkan ketidaksempurnaan film tersebut sebagai sesuatu yang menyenangkan.

3. Halloween Kills (2021)

Film Halloween Kills. - (Dok Universal Picture)

 

Menariknya, penonton dan kritikus memiliki penilaian serupa terhadap Halloween Kills. Baik penonton dan kritikus mengamati bahwa film tersebut tidak banyak membantu memajukan kisah Michael Myers.

Film ini justru sebagai peluang untuk membahagiakan penggemar, kesenangan, dan pembunuhan kreatif. Namun, meski banyak kritikus menggunakan poin ini untuk mengutuk Halloween Kills, penonton mengakui bahwa inilah yang mereka inginkan dari film Halloween

4. Perpetrator (2023)

Salah satu adegan di film Perpetrator. - (Dok. Shudder)

 

Ulasan penonton untuk Perpetrator kurang disukai dibandingkan ulasan dari para kritikus. Meskipun para kritikus memuji ambisi, desain seni, dan perpaduan genre film tersebut, penonton tidak begitu terkesan.

Banyak ulasan penonton yang menyatakan bahwa Perpetrator lebih mendahulukan gaya daripada substansi, melengkapi narasi yang lemah dengan keeksentrikan dan visual yang mencolok.

Perpetrator adalah contoh sempurna dari film horor yang menurut para kritikus akan disukai penonton, karena komentarnya tentang isu-isu sosial dan eksplorasi genre yang canggih. Faktor-faktor itu justru terbukti kurang penting bagi penonton. 

5. Nefarious (2023)

Salah satu adegan di film Nefarious. - (Dok. Soli Deo Gloria Releasing)

 

Nefarious membanggakan salah satu kesenjangan terbesar antara kritikus dan penonton di Rotten Tomatoes. Narasi Nefarious (yang mengikuti seorang terpidana mati yang mengaku kerasukan setan) dianggap terlalu kasar oleh para kritikus, dengan tema keagamaan yang mendekati propaganda. 

Sebaliknya, penonton horor menyukai Nefarious. Banyak ulasan penonton yang memuji tulisan, penampilan, dan estetika (khususnya sinematografinya). Menariknya, dalam kasus Nefarious​​​​​​​, perbedaan pendapat tampaknya didasarkan pada maksud yang dirasakan di balik film tersebut, bukan pada hasil akhirnya itu sendiri.

 

 
Berita Terpopuler