Kemunafikan Barat Saat Tanggapi Perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina

Para pemimpin Barat tidak mengecam Israel tetapi mengutuk Rusia

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Smoke rises following an Israeli airstrike on the northern Gaza Strip, 09 November 2023. More than 10,500 Palestinians and at least 1,400 Israelis have been killed, according to the Israel Defense Forces (IDF) and the Palestinian health authority, since Hamas militants launched an attack against Israel from the Gaza Strip on 07 October, and the Israeli operations in Gaza and the West Bank which followed it.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunafikan para pemimpin Barat satu per satu terkuak ketika mereka menanggapi invasi Rusia di Ukraina dan pengeboman Israel di Gaza. Ketika invasi Rusia meletus pada Februari 2022, para pemimpin Barat kompak mengutuk dan menyebut Moskow telah melakukan kejahatan perang dengan menargetkan warga sipil yang tidak berdosa.

Namun ketika Israel membombardir Gaza secara membabi buta selama satu bulan penuh, tidak ada pemimpin Barat yang mengecam negara zionis itu. Para pemimpin Barat justru kompak memberikan dukungan bagi Israel atas dalih membela diri. Mereka seolah menutup mata atas ribuan nyawa warga sipil Palestina yang hilang, termasuk anak-anak akibat pengeboman Israel. 

Ketika perang Rusia-Ukraina meletus, pemimpin oposisi Inggris, Keir Starmer dengan tegas mengatakan bahwa Rusia bersalah atas kejahatan perang. Dia mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah melakukan kejahatan mengerikan dengan menyerang warga sipil Ukraina.

"Apa yang telah saya lihat merupakan kejahatan perang, khususnya kejahatan yang mengerikan, serangan terhadap warga sipil dan saya pikir sangat penting agar dia (Putin) dimintai pertanggungjawaban dan bertanggung jawab, dan semua orang yang terlibat saat ini tahu apa konsekuensinya," ujar Starmer, dilansir Aljazirah. 

Sementara ketika ditanya mengenai tindakan Israel di Gaza, Starmer memberikan pernyataan yang berkelit. Dia tidak mau menuduh secara langsung bahwa Israel telah melakukan kejahatan perang. 

"Menurut saya, tidak bijaksana bagi politisi untuk berdiri di panggung seperti ini atau duduk di studio televisi dan menyatakan tindakan mana yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan sesuai dengan hukum internasional," ujar Starmer.  

Baca Juga


Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga memberikan pernyataan yang munafik ketika menanggapi perang Rusia-Ukraina dan serangan Israel di Gaza. Pada 6 April 2022, Biden mengatakan, Rusia membantai warga sipil dengan keji dan harus dimintai pertanggung jawaban. 

"Warga sipil dieksekusi dengan darah dingin, mayatnya dibuang ke kuburan massal, tidak ada yang lebih buruk dari kejahatan perang besar. Negara-negara yang bertanggung jawab harus  bersatu untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku ini," ujar Biden.

Kemudian pada 25 Oktober 2023 ketika pengeboman Israel di Gaza semakin intensif, Biden tidak melontarkan kecaman. Dia justru mengatakan bahwa warga sipil yang menjadi korban perang di Gaza adalah harga yang harus dibayar dalam perang. Bahkan Biden tidak percaya dengan angka kematian warga sipil Palestina yang mencapai ribuan orang, termasuk anak-anak.

"Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh dan itu adalah harga yang harus dibayar untuk berperang," kata Biden.

Uni Eropa juga sama-sama munafik....


 

Presiden Komisi Eropa, Ursula von Der Leyen juga bersikap serupa. Pada 25 Oktober 2022, dia mengatakan bahwa Rusia dengan sengaja memimpin serangan yang ditargetkan terhadap infrastruktur sipil dengan tujuan untuk memutus aliran air, listrik, dan pemanas. Termasuk menargetkan perempuan, dan anak-anak. Dia menyebut langkah Rusia itu adalah tindakan teror. 

Kemudian pada 18 Oktober 2023, Von Der Leyen secara terbuka mengatakan bahwa Eropa mendukung Israel. Bahkan, politisi itu mengatakan bahwa Israel berhak untuk membela diri. 

"Kita akan mempunyai kredibilitas untuk mengatakan bahwa Israel harus bereaksi sebagai negara demokrasi yang sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional," ujar Von Der Leyen.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz pada 23 November 2022 mengatakan, Rusia telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia karena dengan sengaja menargetkan infrastruktur sipil di Ukraina. Namun setelah 10 hari pengeboman Israel yang menewaskan lebih dari 3000 warga Palestina di Gaza, Scholz dengan tegas menyatakan dukungannya kepada negara apartheid itu. 

"Kami tetap berada di pihak Israel, seperti yang saya katakan kepada parlemen Jerman, dan itu adalah pesan baik yang didukung oleh seluruh anggota parlemen," kata Scholz.

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak pada 16 November 2022 mengatakan bahwa Putin melancarkan serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil di Ukraina. Namun ketika Israel menargetkan warga sipil di Gaza, Sunak justru dengan bangga mengatakan bahwa dia mendukung Israel. 

"Saya bangga berdiri di sini bersama Anda di saat-saat tergelap di Israel. Kami akan mendukung Anda dalam solidaritas. Kami mendukung rakyat Anda dan kami juga ingin Anda menang," kata Sunak.

 
Berita Terpopuler