Angka Kematian Bayi AS Meningkat untuk Pertama Kalinya dalam 20 Tahun

Angka kematian bayi neonatal meningkat sebesar tiga persen.

AP Photo/Ghaith Alsayed
Khalil al-Sawadi melihat Afraa, bayi perempuan yang lahir di bawah reruntuhan akibat gempa bumi yang melanda Suriah dan Turki, di kota Jinderis, provinsi Aleppo, Suriah, Senin (20/2/2023). Afraa meninggalkan rumah sakit dan telah pergi ke rumah barunya bersama keluarga bibi dari pihak ayah.
Rep: Rahma Sulistya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade, Amerika Serikat mengalami peningkatan angka kematian bayi pada 2022. Menurut laporan yang dirilis pada Rabu (2/11/2023) oleh Pusat Statistik Kesehatan Nasional AS, angka kematian bayi secara keseluruhan meningkat sebesar tiga persen dari 2021 hingga 2022.

Baca Juga

Angka kematian bayi neonatal meningkat sebesar tiga persen, sedangkan angka kematian pascaneonatal untuk bayi yang baru lahir (bertahan selama 28 hari terakhir), naik sebesar empat persen. 

Kematian bayi akibat komplikasi ibu (seperti preeklampsia atau kelahiran prematur) dan sepsis bakteri, juga meningkat masing-masing sebesar 8 persen dan 14 persen.

“Kita hidup di negara dengan sumber daya yang besar, sehingga angka kematian bayi dan peningkatannya sangat tinggi,” kata presiden American Academy of Pediatrics, Dr Sandy Chung, melansir CNN, Ahad (5/11/2023).

“Sebagai dokter yang membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat, kematian anak mana pun adalah suatu hal yang terlalu banyak. Angka kematian bayi di negara ini tidak dapat diterima,” ucap dia lagi.

Bagi pakar kesehatan masyarakat, kematian bayi sering kali menjadi tolak ukur yang berguna bagi sistem kesehatan suatu negara secara keseluruhan. Meningkatnya angka kematian bayi pada tahun ini, bisa jadi merupakan ‘kesalahan yang aneh’ dalam satu tahun, atau merupakan pertanda adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

“Perlu dilihat data tahun depan untuk mengetahui secara pasti,” ujar ahli statistik kesehatan di NCHS dan salah satu penulis laporan tersebut, Danielle Ely.

“Peningkatan angka kematian bayi juga bisa disebabkan oleh pandemi Covid-19, yang membebani masyarakat dan sumber daya kesehatan,” kata profesor kesehatan dan kesetaraan ras di Universitas Minnesota, Rachel Hardeman.

Tahun sebelumnya, pada 2021, analisis dari CDC AS menemukan bahwa meskipun jumlah total kematian bayi meningkat dibandingkan 2020, angka kematiannya tetap sama yaitu 5,44 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Angka kematian bayi meningkat menjadi....

 

 

Laporan baru, yang mengutip data sementara, menemukan angka kematian bayi meningkat menjadi 5,60 kematian bayi per 1.000 kelahiran, setara dengan 20.538 kematian bayi pada 2022.

“Ini jelas merupakan arah yang salah. Secara keseluruhan, saya hanya berkecil hati,” kata Presiden dan CEO March of Dimes, sebuah organisasi nirlaba advokasi kesehatan ibu dan bayi, Dr Elizabeth Cherot.

Studi NCHS menemukan angka kematian bayi pada 2022 meningkat pada ibu berusia 25 hingga 29 tahun. Tingkat kematian juga meningkat pada bayi prematur, bayi laki-laki, dan bayi yang lahir di Georgia, Iowa, Missouri, dan Texas. Nevada, mengalami penurunan angka kematian bayi.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa kelompok ras yang berbeda mengalami tingkat kematian bayi yang berbeda pula. Untuk bayi dari perempuan Indian Amerika atau penduduk asli Alaska, angka kematian meningkat lebih dari 20 persen dari sekitar 7,4 kematian per 1.000 kelahiran menjadi lebih dari sembilan kematian per 1.000 kelahiran. Angka kematian bayi pada perempuan kulit putih juga meningkat sekitar tiga persen.

Laporan tersebut menemukan bahwa tingkat kematian bayi perempuan kulit hitam tidak meningkat banyak, namun bayi kulit hitam mengalami tingkat kematian bayi tertinggi secara keseluruhan yakni hampir 11 kematian per 1.000 kelahiran, atau lebih dari dua kali lipat angka kematian bayi kulit putih.

“Kami tahu bahwa bagi masyarakat yang hidup dalam atau dekat kemiskinan dan kelompok ras dan etnis tertentu, terdapat tantangan besar dalam mendapatkan akses ke dokter atau mendapatkan perawatan,” kata Dr Chung.

Cherot dan Hardeman menggambarkan daerah-daerah dengan tantangan aksesibilitas tersebut sebagai ‘gurun layanan bersalin’, di mana masyarakat (terutama perempuan kulit berwarna) harus berkendara jarak jauh untuk mendapatkan tenaga kerja atau unit persalinan yang langka.

Menurut Hardeman, rasisme dan marginalisasi, khususnya bagi masyarakat adat dan kulit hitam, juga dapat berdampak buruk secara fisiologis terhadap kesehatan. Melatih para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya tentang hubungan antara kesenjangan dan kesehatan, mungkin dapat menghilangkan beberapa kesenjangan ras dalam kesehatan bayi.

 
Berita Terpopuler