Kata Bintang Liverpool Mohamed Salah Soal Penderitaan Gaza dan Serangan Israel

Mohamed Salah mengimbau hentikan serangan ke Gaza Palestina.

AP Photo/Alberto Pezzali
Pemain Liverpool Mohamed Salah.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bintang Liverpool dan timnas Mesir Mohamed Salah memohon agar bantuan kemanusiaan diizinkan memasuki Gaza, serta meminta dihentikannya pembantaian dalam konflik antara Israel dan militan Palestina Hamas.

Baca Juga

Warga Gaza menghadapi situasi serba kekurangan ketika wilayah itu ditutup oleh Israel, sebagai dampak dari serangan Hamas kepada komunitas Israel dan pos-pos militer pada 7 Oktober silam.

Pada Selasa (17/10) silam, sebuah serangan roket yang diduga berasal dari kubu Israel menghantam sebuah rumah sakit di Gaza.

Meski demikian, Israel menolak bertanggung jawab, dan mengklaim bahwa roket itu ditembakkan oleh kubu Palestina.

"Tidak mudah untuk berbicara pada masa seperti ini. Terdapat banyak kekerasan dan terlalu banyak kesedihan dan brutalitas," kata Salah dalam video yang diunggah di akun Instagramnya.

"Eskalasi dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak tertahankan untuk disaksikan. Semua kehidupan penting dan harus dilindungi. Pembantaian-pembantaian ini harus dihentikan, banyak keluarga telah terpecah-belah," tambahnya.

Setelah kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Tel Aviv pada Rabu (18/10), Israel mengatakan pihaknya setuju terhadap permintaan Biden untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza melalui Mesir.

"Apa yang sudah jelas sekarang adalah bantuan kemanusiaan ke Gaza secepatnya harus diizinkan. Banyak orang berada dalam kondisi-kondisi yang sangat buruk," tutur Salah.

"Situasi di rumah sakit semalam sangat menyeramkan. Orang-orang di Gaza memerlukan makanan, air, dan obat-obatan secepatnya."

"Saya meminta para pemimpin dunia untuk datang bersama-sama, agar dapat mengakhiri pembantaian jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Kemanusiaan harus diutamakan," pungkasnya.

 

Doakan Palestina

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Aktivis dan jurnalis asal Inggris, Lauren Booth, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Ia menyampaikan tentang kondisi terkini masyarakat Gaza, melalui informasi beberapa kerabatnya.

"Apa yang terjadi sekarang adalah sebuah permainan yang sudah lama dirasakan orang-orang Palestina, khususnya di Gaza. Ini bukan kejadian 50 bulan, 50 minggu, 50 tahun. Ini bukan konflik yang berumur 10 hari atau dua minggu. Ini bukan sesuatu yang dimulai seminggu yang lalu," kata dia dikutip dalam wawancaranya bersama Toward Eternity, Kamis (19/10/2023).

Apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Palestina. Sumber daya dan tanah mereka telah dicuri dengan sengaja dan jahat oleh Zionis dan Zionisme, dengan cara yang tidak etis dan upaya mendominasi suatu populasi.

Israel disebut telah melakukan kejahatan perang dengan memutus aliran listrik dan membatasi akses internet. Banyak keluarga yang tidak tahu apakah saudaranya masih hidup atau sudah meninggal.

Tidak berhenti di situ, zionis juga menyuruh warga Gaza keluar dari rumah mereka. Booth mengaku mengetahui beberapa nama yang harus tidur di jalan, sementara  bahkan ketika pengeboman masih terus terjadi.

"Aku menghubungi beberapa teman di Gaza, salah satunya adalah Mohammed Ajour. Ia adalah pemain basket profesional, tapi harus duduk di kursi roda karena kakinya diamputasi setelah terkena rudal Israel 10 tahun lalu. Ia berpesan agar aku mendoakannya, karena mungkin ini adalah hari terakhirnya," ujar Booth.

Ia mengaku merasa sedih saat bertukar kabar dengan saudara dan saudari Muslim di Gaza. Tidak sedikit dari mereka yang sedang mengalami kesusahan dan diambang kematian, tetapi masih menanyakan kabar dan bersimpati padanya.

"Itu menghancurkan hatiku. Saya duduk di sini di Istanbul dalam kondisi mewah. Tapi iman mereka membuat mereka peduli pada Umat Muslim. Apakah kita sebagai umat Muslim lainnya juga peduli terhadap mereka?" ucap dia.

 
Berita Terpopuler