5 Kebohongan yang Dijadikan Alasan Zionis Israel Jajah Bangsa Palestina 

Israel berupaya untuk menjajah Palestina sepenuhnya

REUTERS/Jamal Awad
Sholat di Masjid Al-Aqsa Palestina. Israel berupaya untuk menjajah Palestina sepenuhnya
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tentara Israel secara membabi buta terus menembaki rakyat Palestina. Sudah tak terhitung jumlahnya berapa banyak umat Islam dan warga Palestina yang menjadi korban akibat kekejaman tentara Israel.

Baca Juga

Bahkan, kendati mendapat kecaman dunia Internasional, Israel terus saja menggempur bumi Palestina. Mengapa Israel melakukan hal itu? Apa yang mendorongnya? Benarkah bumi Palestina merupakan tanah yang dijanjikan (the Promised Land) itu? Setidaknya ada beberapa hal yang membuat Israel terus berulah yaitu sebagai berikut: 

1. Mereka kecewa dengan kabar gembira yang pernah disampaikan Nabi Musa AS akan datangnya utusan (Nabi) yang berasal dari golongan mereka yang tingkah lakunya sama dengan Musa AS. 

Ternyata, utusan itu bukan dari bani Israel (Ishak) melainkan dari keturunan Ismail AS, keduanya putra Nabi Ibrahim AS, yakni Muhammad SAW. 

Dalam buku The Testament of Moses disebutkan, Musa memberikan satu kitab pada pengikutnya yang bernama Yosua (Yusya) bin Nun, sebelum ia wafat. 

Dalam buku tersebut disebutkan akan muncul seorang Nabi yang ditunggu-tunggu bersama kekuasaan yang diberikan Tuhan padanya setelah 250 pekan wafatnya Nabi Musa AS. 

Dalam kepercayaan Yahudi, satu pekan dimaknai dengan tujuh tahun. Musa mengatakan, Nabi itu tidak akan muncul sebelum lewat 250 pekan dari waktu wafatnya Musa. 

Atau setelah 251 pekan. Jadi, bila dikalikan dengan tujuh tahun, masa itu adalah selama 1750 hingga 1757 tahun kemudian. 

Buku yang terkuak pada 1861 M di Kota Milan (Italia) di perpustakaan Ambrosian itu, disebutkan Nabi Musa AS meninggal dunia pada 1183 sebelum masehi (SM). Bila angka ini ditambahkan dengan tahun Masehi (awal kelahiran Nabi Isa AS), maka tahun kelahiran nabi akhir zaman itu antara 567-574 M. Siapakah dia? Itulah Nabi Muhammad SAW yang lahir pada 21 April 571 M. Dalam Taurat dan Injil disebutkan, Nabi akhir zaman itu namanya adalah Ahmad. 

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُووا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

''Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata: ''Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).'' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata; ''Ini adalah sihir yang nyata.'' (QS Al-Shaff [61]: 6). 

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Orang Nasrani menafsirkan, kedatangan Nabi akhir zaman itu adalah kemunculan Isa untuk kedua kalinya. Orang Yahudi (Bani Israil) lantas menimpakan kekesalannya kepada umat Islam, sebab Nabi akhir zaman itu milik orang Islam demi kepentingan umat manusia di seluruh dunia. 

Satu-satunya yang bisa mereka (Israel) lakukan hanya pada bangsa Palestina. Karena, menurut mereka, Yerusalem di Palestina adalah tanah yang dijanjikan tuhan untuk mereka.

2. Yang menyebabkan orang Israel terus-menerus menggempur Palestina dan berupaya menghancurkan Masjid Al-Aqsa, karena mereka percaya, bahwa Haikal Sulaiman (Solomon Temple) adalah Masjid Al-Aqsa yang ada sekarang ini. Sebab, di situlah dahulunya Kuil Sulaiman berada.

Mereka percaya, di bawah Masjid Al-Aqsa terdapat Tabut (sebuah kotak yang berisi Kitab Taurat dan sejumlah barang milik Musa dan Harun serta barang milik Sulaiman AS) yang membawa ketenangan. Lihat QS Surah Al-Baqarah [2]: 248. Dalam kepercayaan Yahudi, siapa yang menemukan dan mendapatkan Tabut itu, maka dia akan menguasai seluruh dunia.

Karena itulah, Israel tak henti-hentinya melakukan penggalian dan membuat terowongan ke bawah Masjid Al-Aqsa untuk mencari Tabut tersebut.

Menurut Mustafa Lutfi, dalam artikelnya yang berjudul Ramadan dan Jeritan Al-Aqsa, hingga saat ini telah 10 kali kaum Zionis Israel melakukan penggalian di Kota Suci Al-Quds itu, menyusul kekalahan negara-negara Arab dalam perang kilat selama enam hari pada Juni 1967.

Israel Gusur Warga Palestina - (ap/reuters/berbagai sumber)

Penggalian ini, tak hanya untuk mencari Tabut, tetapi juga untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa dan meratakannya dengan tanah.

Selain itu, Israel menganggap, sebelum didirikan Masjid Al-Aqsa, di situlah dahulunya berdiri kuil Sulaiman. Menurut versi yahudi, kuil Sulaiman merupakan lambang kekuatan sehingga sangat berguna dalam situasi terkini di dunia internasional. Mereka meyakini fondasi kuil Sulaiman berada di Masjid Al-Aqsa. Bukan Al-Aqsa yang menjadi persoalan, melainkan simbol dari kuil Sulaiman itu.

3. Sebagaimana diungkapkan Paul Findley ada juga klaim teologis. Berdasarkan klaim teologis pendirian negara Israel didasarkan pada teks-teks Perjanjian Lama dalam Kitab Kejadian 12:7, 15:18-21, dan Kitab Yosua. Tokoh Zionisme Theodore Herzl menggariskan, wilayah Israel membentang dari Hulu Mesir sampai Efrat. 

Baca juga: Gaza Masih Memanas, Baca Doa Qunut Nazilah ini Agar Allah SWT Lindungi Palestina

Ben Gurion menyatakan, wilayah Israel meliputi lima wilayah, yaitu Lebanon Selatan, Suriah Selatan, Transyordania, Palestina, dan Sinai (mesir). Rabbi Yehuda Fischman, pada Komite Penyelidikan Khusus PBB tanggal 9 Juli 1947 menyatakan, wilayah Israel membentang dari Hulu Mesir sampai Efrat meliputi Lebanon dan Suriah. 

Klaim Israel ini ditentang keras oleh Paul Findley dan Roger Garaudy. Menurut keduanya, bangsa Yahudi (Israel) bukanlah penduduk pertama di Palestina. Mereka juga tidak memerintah di sana selama masa pemerintahan bangsa-bangsa lain. 

Para ahli arkeologi modern secara umum sepakat bahwa bangsa Mesir dan bangsa Kanaan (Palsetina) telah mendiami wilayah Palestina) sejak masa paling kuno sekitar 3000 SM hingga 1700 SM.  

4. Deklarasi Balfour. Ketika Palestina dikuasai oleh Dinasti Turki Utsmani (1876-1909 M), kaum Yahudi terus berusaha untuk mengambil wilayah Palestina dari kekuasaan ini.

Tokoh Zionis Israel, Theodore Herzl, berusaha membujuk Sultan Abdul Hamid II untuk mengembalikan Palestina ke tangan Israel. Permintaan itu ditolak mentah-mentah Sultan Abdul Hamid II.

Gagal mendapat konsesi dari Pemerintahan Turki Ustmani, bangsa Yahudi menggalang dukungan international untuk mensukseskan misi Zionis: membentuk negara Yahudi di Palestina. 

Dukungan utama datang dari Inggris hingga akhirnya keluarnya Deklarasi Balfour (diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour), pada 2 November 1917 kepada Presiden Federasi Zionis Inggris, Lord Rothchild.

5. Pemisahan wilayah Palestina oleh PBB. 

Pada 14 Mei 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi pembagian wilayah Israel dan Palestina. Menurut Paul Findley, resolusi ini dikeluarkan atas tekanan Pemerintahan Trutman (Amerika Serikat) terhadap sejumlah negara anggota PBB.

Pemungutan suara di MU PBB menghasilkan 33 suara setuju pembagian wilayah tersebut, sementara 13 suara menolak dan satu suara abstain.

Baca juga: Doa Lengkap Ini untuk Mohon Ampunan dari Segala Jenis Dosa

Deklarasi itu menyebabkan wilayah Palestina terbagi tiga. Pertama, negara Yahudi mencakup 57 persen dari total wilayah Palestina dan meliputi hampir seluruh wilayah yang subur, dengan perimbangan penduduk 498 ribu Yahudi dan 497 ribu Arab. 

Kedua, Negara Arab Palestina mencakup 42 persen dari total wilayah Palestina dan hampir seluruh wilayahnya tandus dan berbukit-bukit. 

Perimbangannya, 10 ribu Yahudi dan 725 ribu Arab. Ketiga, zona internasional (Yerusalem) dengan perimbangan penduduk 100 ribu Yahudi dan 105 ribu Arab.

Pada 1922, sekitar 26 tahun sebelum resolusi PBB, ketika Mandat Inggris dari Liga Bangsa-Bangsa, penduduk Arab Palestina berjumlah 668 ribu orang dan menguasai 98 persen wilayah Palestina. Sedangkan penduduk Yahudi yang berjumlah 84.000 orang hanya menguasai dua persen tanah Palestina. Wa Allahu A'lam.  

 
Berita Terpopuler