Masjid Al Aqsa yang Diperebutkan

Masjid Al Aqsa akan selalu memberikan manfaat kepada banyak orang.

AP Photo/Mahmoud Illean
Israeli police secure worshippers during the weeklong Jewish holiday of Sukkot, at the Western Wall, from their perch beside the the Temple Mount, known to Muslims as the Noble Sanctuary, or the Al-Aqsa Mosque compound in the Old City of Jerusalem, Monday, Oct. 2, 2023. The holiday commemorates the Israelites 40 years of wandering in the desert and a decorated hut is erected outside religious households as a sign of temporary shelter.
Red: Erdy Nasrul

Oleh : Oleh: Shabah Syamsi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Al Aqsa adalah salah satu masjid suci umat Islam, selain Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid tersebut berada di Yerusalem Timur, wilayah Kota Tua yang kini berada dalam kekuasaan Israel. Tempat suci ini menjadi saksi dalam konflik berkepanjangan penganut tiga agama; Yahudi, Kristen, dan Islam.

Baca Juga

Masjid Al Aqsa adalah keseluruhan dari kompleks Al-Haram Asy-Syarif, Al-Quds, seluas 14 hektare. Di kompleks tersebut, terdapat Jami' Al Aqsa kubah berwarna perak, dan Dome of The Rock, Qubbah Shakhra', kubah berwarna emas, yang diyakini sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj. Masjid The Dome of The Rock inilah yang sering disangka sebagai Masjid Al-Aqsa.

Bangunan suci tersebut menjadi sumber konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Salah satu pemicu konflik adalah adanya pergerakan dari kaum Yahudi untuk beribadah di kompleks suci tersebut. Yahudi menyebut kompleks Al-Haram Asy-Syarif sebagai 'Temple Mount' atau Bukit Suci.

Bait Suci pertama dibangun oleh Sulaiman (Salomo) putra Dawud (Daud) pada tahun 957 SM dan dihancurkan Babilonia pada 586 SM. Bait Suci kedua dibangun pada tahun 516 SM dan dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 70 M. Umat Yahudi dan Kristen juga percaya bahwa peristiwa Ibrahim (Abraham) yang hendak menyembelih putranya, Ishak, juga dilakukan di tempat ini. Masjid Al Aqsa juga memiliki kaitan erat dengan para nabi dan tokoh Bani Israel yang juga disucikan dan dihormati dalam ketiga agama.

Pada tahun 637, umat Islam mengambil alih kepemimpinan atas Yerusalem dari tangan Romawi Timur pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab. Kompleks reruntuhan Bait Suci, dikenal sebagai Masjid Al Aqsa atau Baitul Maqdis oleh umat Islam, ditemukan Umar dalam keadaan tidak terawat, bahkan tempat itu dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.

Meski begitu, Umar kemudian menemukan Batu Fondasi atas bantuan Ka’b Al Ahbar, seorang Yahudi yang telah masuk Islam. Batu ini diyakini sebagai titik pijakan Nabi Muhammad naik ke langit dalam kepercayaan umat Islam dan tempat Nabi Ibrahim (Abraham) hendak menyembelih anaknya, Ishaq, dalam kepercayaan umat Yahudi. Al Ahbar mengusulkan untuk membangun masjid di sebelah utara batu tersebut agar umat Islam dapat menghadap ke arah Ka’bah dan batu tersebut dalam satu garis lurus saat shalat. Namun Umar menolak gagasan itu dan membangun masjid di selatan batu.

 

 

 

Lihat halaman berikutnya >>>

Pada masa Kekhalifahan Umayyah, mulai didirikan beberapa bangunan di tanah Masjid Al Aqsa. Pada tahun 691, didirikan sebuah bangunan segi delapan berkubah yang menaungi Batu Fondasi oleh Khalifah Abdul Malik. Bangunan itu yang kemudian dikenal dengan Qubah Shakhrah, secara harfiah bermakna kubah batu.

Pada masa kepemimpinan Dinasti Ummayyah, para khalifah memerintahkan berbagai pembangunan di kompleks Al Aqsa yang kemudian menghasilkan berbagai bangunan yang masih bertahan hingga saat ini, di antaranya adalah Jami' Al Aqsa dan Qubah Shakhrah. Qubah Shakhrah sendiri diselesaikan pada tahun 692 M, menjadikannya sebagai salah satu bangunan Islam tertua di dunia.

Saat kemenangan umat Kristen pada Perang Salib Pertama pada tahun 1099, pengelolaan Masjidil Al Aqsa lepas dari tangan umat Islam. Jami' Al Aqsa diubah menjadi istana dan dinamakan Templum Solomonis atau Kuil Sulaiman (Salomo), sedangkan Qubah Shakhrah diubah menjadi gereja dan dinamakan Templum Domini atau Kuil Tuhan. Masjid Al Aqsa menjadi salah satu lambang penting di Yerusalem dan gambar Kubah Batu tercetak dalam koin yang dikeluarkan oleh Kerajaan Kristen Yerusalem. 

Masjid Al Aqsa dikembalikan fungsinya seperti semula setelah umat Islam berhasil mengambil alih kepemimpinan kompleks ini pada masa Shalahuddin Al Ayyubi. Setelah itu, umat Islam mengelola Masjid Al Aqsa sebagai wakaf tanpa gangguan hingga pendudukan Israel atas Yerusalem pada 1967.

Setelah memenangkan perang, Israel menyerahkan kekuasaan Masjid Al Aqsa kepada lembaga wakaf Islam yang mandiri dari pemerintahan Israel. Namun, Angkatan Pertahanan Israel diperbolehkan berpatroli dan melakukan pengawasan ketat atas Al-Quds (Baitul Maqdis) itu.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Kepemilikan Masjid Al Aqsa merupakan salah satu isu dalam konflik Israel-Palestina. Israel mengklaim kekuasaan atas masjid tersebut dan juga seluruh Bukit Bait Suci, tetapi Palestina memegang perwalian secara tak resmi melalui lembaga wakaf. Selama negosiasi di Pertemuan Camp David 2000, Palestina meminta kepemilikan penuh masjid ini serta situs-situs suci Islam lainnya yang berada di Yerusalem Timur.

Masjid Al Aqsa akan berhasil dibebaskan dari kekuasaan represif Israel seperti halnya Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dari kekuasaan Salib Kristen di Abad Tengah bila rakyat Palestina dan umat Islam bersatu melawan pendudukan Israel. Persatuan rakyat Palestina dan umat Islam sangat penting guna mengusir penaklukan Yahudi atas Yerusalem Timur. 

 

Semoga Masjid Al Aqsa yang digambarkan dalam Al-Quran sebagai masjid yang memiliki keberkahan di sekitarnya akan kembali dalam kuasa umat Islam, sehingga keberkahannya meliputi umat Islam seluruh dunia.

 
Berita Terpopuler