Kebakaran di Jakarta Meningkat, Dipicu Bakar Sampah dan Puntung Rokok

Sebanyak 556 kasus kebakaran di DKI terjadi sepanjang Agustus-September 2023.

Republika/Thoudy Badai
Warga membantu petugas Dinas Gulkarmat DKI saat memadamkan api di Jalan Anyer Nomor 15, RT 06, RW 09, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/9/2023).
Rep: Eva Rianti Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyampaikan adanya tren peningkatan kebakaran yang disebabkan oleh pembakaran sampah dan puntung rokok. Tren kebakaran itu terjadi sejalan dengan berlangsungnya Fenomena El Nino.
 
Kepala Dinas Gulkarmat DKI, Satriadi Gunawan mencatat, sebanyak 556 kasus kebakaran terjadi sepanjang Agustus-September 2023 atau selama berlangsungnya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Gulkarmat DKI mencatat, ada beberapa faktor dugaan penyebab terjadinya ratusan kebakaran pada musim ekstrem tersebut.
 
Di antaranya, karena listrik sebanyak 225 kasus, membakar sampah 143 kasus, rokok 53 kasus, gas 32 kasus, dan lainnya 100 kasus. Satriadi menyoroti tren pada faktor pembakaran sampah dan rokok yang mengalami peningkatan.
 
"Penggunaan listrik masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran di DKI Jakarta. Namun, tren faktor membakar sampah dan rokok juga mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya disebabkan  kegiatan pembakaran terus meningkat di musim kemarau ekstrem 2023," kata Satriadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Ahad (8/10/2023).

Satriadi menerangkan, selama periode Juli 2023, tercatat ada 25 kasus kebakaran yang disebabkan membakar sampah. Kemudian meningkat menjadi 64 kejadian pada Agustus dan pada September naik menjadi 79 kasus.

Adanya kenaikan jumlah kasus kebakaran yang disebabkan oleh kegiatan membakar sampah ataupun puntung rokok, lanjut Satriadi, karena pada musim kemarau ekstrem banyak material kering mudah terbakar. Seperti material kertas, karton, plastik, dan material organik.

"Saat sampah dibakar, kertas dan karton cepat menghasilkan api yang besar, ditambah kondisi angin kencang yang berpotensi merambat ke permukiman penduduk," terang Satriadi.

Menurut dia, musim kemarau juga berdampak berkurangnya sumber air untuk proses pemadaman api di lokasi kebakaran. "Oleh karena itu, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mengimbau masyarakat tidak membakar sampah di situasi kemarau ekstrem ini," ujar Satriadi.

Dia menyebut, jajarannya telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Gulkarmat di tingkat kelurahan. Satgas itu bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran. Satriadi menganggap, partisipasi dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk bersama mencegah terjadinya kebakaran.

"Apabila terjadi kebakaran, masyarakat segera melapor dengan menghubungi layanan Jakarta Siaga 112 yang dapat diakses 24 jam dan gratis atau mendatangi pos pemadam kebakaran terdekat," kata Satriadi.

Ada ratusan kasus kebakaran...

Dinas Gulkarmat DKI mencatat ada sebanyak 556 kasus kebakaran pada sepanjang Agustus hingga September 2023 atau selama berlangsungnya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Fenomena El Nino dan IOD positif disebut telah memicu peningkatan suhu udara ekstrem.

Adapun berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino dan IOD positif mengakibatkan musim kemarau 2023 menjadi lebih kering. "BMKG memprediksi kemarau ekstrem yang berlangsung sejak di bulan Agustus dan akan berakhir pada Oktober 2023," kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI, Satriadi Gunawan.

Satriadi menuturkan, dengan kondisi cuaca ekstrem dan kekeringan yang parah itu, ada ratusan kebakaran terjadi di wilayah Jakarta. Kebakaran itu dialami mulai dari beragam jenis bangunan, sampah, hingga tumbuhan.
 
"Tercatat telah terjadi 556 kasus kebakaran selama periode Agustus hingga September 2023," tutur Satriadi.

Perinciannya, objek yang terbakar, yaitu bangunan perumahan sebanyak 131 kejadian, sampah 118 kejadian, tumbuhan 88 kejadian, bangunan umum dan perdagangan 71, instalasi luar gedung 69 kejadian, kendaraan 21 kejadian, lapak sembilan kasus, bangunan industri lima insiden, dan lainnya 39 kejadian.

Dia menuturkan, ada beberapa faktor dugaan penyebab terjadinya ratusan kebakaran pada musim ekstrem 2023 tersebut. Diantaranya karena listrik sebanyak 225 kasus, membakar sampah 143 kasus, rokok 53 kasus, gas 32 kasus, dan lainnya 100 kasus.
 
"Penggunaan listrik masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran di DKI Jakarta," ujar Satriadi. Dia melanjutkan, musim kemarau juga berdampak berkurangnya sumber air untuk proses pemadaman api di lokasi kebakaran.

 
Berita Terpopuler