Meskipun Kemarau, DKPP Sragen Sebut Potensi Panen Beras Alami Kenaikan

Hanya enam hektare lahan yang dinyatakan puso.

Edi Yusuf/Republika
Warga memanen padi (ilustrasi)
Rep: Muhammad Noor Alfian Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten (DKPP) Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mengaku meski musim kemarau, potensi panen beras alami kenaikan pada pada musim tanam III.

Kepala DKPP Sragen Eka Rini Mumpuni Titi Lestari menjelaskan ada 25 ribu hektare yang ditanami padi. Ia mengatakan untuk potensi produksi padi per hektare sekirar tujuh ton.

Menurut dia, volume produksi tersebut sedikit lebih banyak dibandingkan di luar musim kemarau.  "Karena ini musim kemarau, produksi di atas tujuh ton per hektare. Kalau bukan musim kemarau rata-rata 6,5 ton/hektar," kata Eka ketika dihubungi, Selasa (3/10/2023).

Kendati demikian, pihaknya mengatakan perlu air untuk mencukupi selama musim tanam ketiga agar potensi tersebut dapat tercapai. "Kalau air nggak cukup ya nggak sampai segitu produksinya," katanya.

Pihaknya juga menyebut beras yang dihasilkan lebih bagus dibanding dengan musim tanam I dan musim tanam II. Ia juga mengatakan harga gabah kering petani dihargai tinggi per kg nya sehingga membuat mereka menjualnya kepada pasar ketimbang Bulog.

"Kualitasnya bagus, bernas, harganya juga bagus. Sekarang untuk gabah kering panen di tingkat petani harganya Rp7.300-7.500 per kg. Ini harganya paling tinggi sekarang," katanya.

"Kalau Bulog kan penyangga, harga jatuh baru ke Bulog. Kalau harganya bagus begini biasanya petani langsung jual ke pasar," ungkapnya menambahkan.

Sementara itu, ia juga mengatakan hanya enam hektare lahan yang dinyatakan puso atau gagal panen. Hal tersebut karena faktor cuaca yang terlalu panas.

"Gagal panen kalau kerusakan padi sampai 75 persen. Kemarin itu gagal panen atau puso karena panas, bukan karena penyakit," katanya.

 
Berita Terpopuler