Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh Ditembaki Sniper

Pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh menjadi target serangan

AP
Pasukan penjaga perdamaian Rusia yang ditempatkan di Nagorno-Karabakh menjadi target serangan penembak jitu
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pasukan penjaga perdamaian Rusia yang ditempatkan di Nagorno-Karabakh menjadi target serangan penembak jitu. Tentara Azerbaijan yang turut terlibat dalam patroli bersama pasukan Rusia di wilayah tersebut juga ikut diserang.

“Patroli gabungan Rusia-Azerbaijan ditembak oleh orang tak dikenal menggunakan senjata penembak jitu. Tidak ada korban jiwa. Komando kontingen penjaga perdamaian Rusia, bersama dengan perwakilan pihak Azerbaijan dan Karabakh, sedang menyelidikinya,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Senin (2/10/2023).

Sementara itu, pada Senin lalu, Armenia mengungkapkan, seorang tentaranya tewas ketika pasukan Azerbaijan melepaskan tembakan di wilayah perbatasan. “Pada tanggal 2 Oktober, akibat penembakan yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Azerbaijan terhadap sebuah kendaraan milik Angkatan Bersenjata Armenia yang membawa perbekalan untuk personel. Ada satu orang tewas dan dua orang terluka di pihak Armenia,” ungkap Kementerian Pertahanan Armenia.

Pekan lalu, lebih dari 88 ribu warga dilaporkan telah meninggalkan Nagorno-Karabakh dan mengungsi ke Armenia. Eksodus itu terjadi setelah Azerbaijan melancarkan operasi militer ke Nagorno-Karabakh dan berhasil memukul pasukan etnis Armenia yang sebelumnya mengontrol wilayah tersebut.

Perwakilan UNHCR di Armenia, Kavita Belani, mengungkapkan, banyak dari warga Nagorno-Karabakh yang melarikan diri ke Armenia dalam keadaan letih dan dibekap rasa takut. Mereka berkumpul di pusat pendaftaran.

“Ini adalah situasi di mana mereka telah hidup di bawah blokade selama sembilan bulan. Dan ketika mereka masuk, mereka penuh dengan kecemasan, ketakutan, dan mereka menginginkan jawaban,” ucap Belani dalam konferensi pers virtual, 29 September 2023 lalu.

Dia memprediksi, jumlah warga Nagorno-Karabakh yang memutuskan mengungsi ke Armenia masih bakal bertambah. “Kami siap menangani hingga 120 ribu orang. Sangat sulit untuk memprediksi berapa banyak pengungsi yang akan datang pada saat ini,” ujar Belani ketika ditanya tentang jumlah pengungsi.

Menurut UNHCR, sepertiga dari warga Nagorno-Karabakh yang mengungsi ke Armenia adalah anak-anak.

Baca Juga

Nasib pengungsi dari Nagorno-Karabakh...

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, yang telah menghadapi gelombang protes keras karena dianggap gagal mempertahankan wilayah Nagorno-Karabakh, mengatakan akan menerima warga etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah menyampaikan secara terbuka bahwa dia akan melindungi hak-hak warga etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh. “Ini sekali lagi menunjukkan bahwa penduduk Karabakh, apa pun etnisnya, adalah warga negara Azerbaijan. Hak-hak mereka akan dijamin oleh negara Azerbaijan,” kata Aliyev dalam pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Nakhchivan, 25 September 2023 lalu.

Pada 19 September 2023 lalu, Azerbaijan melancarkan operasi militer terbaru ke wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi “anti-teroris”. Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Menurut Armenia, lebih dari 200 orang tewas dan 400 lainnya mengalami luka-luka dalam operasi militer Azerbaijan.

Pasukan etnis Armenia setuju untuk melucuti senjata mereka berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dicapai pada 20 September 2023. Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Artsakh oleh orang Armenia, terletak di wilayah yang selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Persia, Turki, Rusia, Ottoman, dan Uni Soviet. Persengketaan klaim antara Azerbaijan dan Armenia terkait Nagorno-Karabakh mulai terjadi sejak jatuhnya Kekaisaran Rusia pada 1917. Pada masa Soviet, Nagorno-Karabakh ditetapkan sebagai wilayah otonom di Azerbaijan.

Ketika Uni Soviet runtuh, orang-orang Armenia di Nagorno-Karabakh melepaskan kendali nominal Azeri (etnis Azerbaijan) dan merebut wilayah tersebut. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Perang Karabakh I. Antara 1988-1994, sekitar 30 ribu orang terbunuh dan lebih dari 1 juta orang, sebagian besar warga Azeri, mengungsi.

Sejak saat itu, pertempuran di Nagorno-Karabakh terjadi secara berkala dan berlangsung selama puluhan tahun. Pada 2020 lalu, Azerbaijan dan Armenia kembali terlibat pertempuran sengit di Nagorno-Karabakh. Konfrontasi berlangsung selama 44 hari dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Perang Karabakh II.

Dalam konfrontasi pada 2020, Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong Armenia dan Azerbaijan menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut. Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

 
Berita Terpopuler