El Nino Berpotensi Kerek Inflasi Pertengahan Tahun Depan

Tahun depan inflasi diperkirakan pada kisaran tiga persen sampai 3,5 persen.

Republika/ Rahayu Subekti
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede dalam diskusi di Hotel Grand Aston Puncak Bogor, Senin (25/9/2023).
Rep: Rahayu Subekti Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan pergerakan inflasi pada tahun depan perlu diwaspadai. Khususnya peningkatan tren inflasi akibat fenomena el nino.

Baca Juga

"Menurut kajian kami, ada kecenderungan inflasi pangan itu di level tertinggi enam sampai sembilan bulan dari puncak El Nino terjadi," kata Josua dalam media gathering Kementerian Keuangan di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/9/2023).

Dia menuturkan, pengamatan tersebut muncul dari sejumlah pengamatan di beberapa komoditas. Beberapa di antaranya komoditas pangan seperti beras, gula, gandum, dan lainnya yang cukup bervariasi.

Khususnya untuk beras, Josua menyebut jika dilihat rata-rata dari puncak El Nino akan ada puncak dari inflasi beras. "Inflasi ini akan meningkat enam sampai sembilan bulan ke depan setelah puncak El Nino. Artinya kemungkinan besar kita bisa lihat ada tren inflasi meningkat di pertengahan tahun depan," jelas Josua.

Dia menuturkan hal tersebut bisa terjadi karena akan ada penyesuaian waktu dari puncak El Nino kepada inflasi pangan. Josua menyebut tren tersebut terlihat dari beberapa kali fenomena El Nino sebelumnya.

"Tahun depan kemungkinan sedikit di atas tiga persen. Ada pada kisaran tiga persen sampai 3,5 persen," ucap Josua.

Dalam RAPBN 2024, pemerintah menargetkan inflasi Indonesia sebesar 2,8 persen. Inflasi saat ini juga masih terkendali sebab berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada Agustus 2023 mencapai 3,27 persen.

 

 
Berita Terpopuler