Musim Kemarau, Kasus ISPA di Bantul Terus Meningkat

Bulan ini saja sejauh ini sudah ada sebanyak 7.768 kasus.

Republika/Wihdan Hidayat
Anak-anak beraktivitas menggunakan masker akibat pekatnya asap di Dusun Jatirejo, Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah, Ahad (17/9/2023).
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mencatat adanya peningkatan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) selama musim kemarau.

Baca Juga

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Bantul, Samsu Aryanto, mengungkapkan, data per Juni 2023 hingga 24 September 2023, kasus ISPA di Bantul terus mengalami peningkatan.

"Musim kemarau cukup panjang, menyebabkan banyak debu sehingga memicu meningkatnya kasus ISPA," ujar Samsu kepada Republika, Senin (25/9/2023).

Samsu memerinci, kasus ISPA pada Juni sebanyak 5.636 kasus, Juli sebanyak 7.079 kasus, dan Agustus sebanyak 10.348 kasus. Memasuki bulan September, kasus ISPA tercatat cukup tinggi, meski bulan September belum berakhir.

"Hingga 24 September ada sebanyak 7.768 kasus. Kami belum bisa memastikan apakah akan bertambah atau turun dari bulan sebelumnya," katanya.

Ia menambahkan, usia produktif menjadi faktor risiko masyarakat terkena ISPA. Ini karena kalangan usia produktif banyak beraktivitas di luar ruangan dengan mobilitas tinggi.

Selama musim kemarau, debu dan polusi akibat pembakaran sampah menjadi pemicu menyebarnya kasus ISPA. Untuk itu, ia menghimbau masyarakat di Bumi Projotamansari untuk lebih menjaga kesehatan.

"Hindari merokok, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, olahraga teratur, konsumsi makanan bergizi dan gunakan masker," ujar Samsu. 

 
Berita Terpopuler