Prabowo dan Anies Bersaing Ketat di Peta Preferensi Pemilih NU dan Muhammadiyah

Survei LSI Denny JA digelar 18 Agustus 2023 terhadap 1.200 responden.

Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) dan Anies Rasyid Baswedan.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Wilda Fizriyani, Antara

Baca Juga

Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny J.A. mengungkapkan hasil survei terbaru terkait dengan preferensi bakal capres dari pemilih ormas Islam. Hasilnya, Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan bersaing ketat di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

"Di NU Prabowo bersaing dengan Ganjar, unggul sangat tipis, sedangkan di Muhammadiyah, Anies unggul," kata Peneliti LSI Ardian Sopa di Kantor LSI Denny J.A., Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (19/9/2023).

Ardian Sopa menjelaskan bahwa 36,2 persen pemilih berlatar belakang NU memilih Prabowo dan 35,5 persen memilih Ganjar, serta 17,9 persen memilih Anies. Untuk pemilih dari Muhammadiyah, sebanyak 20,8 memilih Prabowo, 33 persen memilih Ganjar, dan 45,2 persen memilih Anies.

"Sebanyak 98 persen dari responden warga NU mengaku mengenal sosok Prabowo Subianto, 85,9 persen responden NU mengenal Ganjar Pranowo, dan 87,4 persen mengenal Anies Baswedan," katanya.

Selain itu, LSI Denny J.A. juga menyurvei pemilih dari ormas Islam lain dan non-ormas dengan 29,8 persen memilih Prabowo, 14,5 persen memilih Ganjar, dan 19,9 persen memilih Anies. Hasil survei dari non-ormas menunjukkan, bahwa Prabowo memiliki presentasi tertinggi dengan 43,1 persen, diikuti Ganjar dengan 35,8 persen, dan 18,2 persen memilih Anies.

Survei tersebut pada tanggal 1—8 Agustus 2023 terhadap 1.200 responden. Penelitian ini dengan metodologi multistage random sampling yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Responden diwawancarai secara tatap muka dari rumah ke rumah. Penelitian ini menggunakan margin of error 2,9 persen.

"Dari responden itu, sebanyak 56,9 pemilih menyatakan bagian dari NU dan 5,7 persen bagian dari Muhammadiyah. Tiga persen menyatakan mereka merupakan pemilih dari ormas-ormas Islam lain dan 33,8 persen tidak tergabung dalam ormas apa pun," ujar Ardian.

Ardian menilai survei itu penting, mengingat lebih dari 60 persen muslim merupakan bagian organisasi terbesar Islam di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Namun, persepsi politiknya belum banyak ditangkap.

Pascadeklarasi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, beberapa lembaga survei menggelar survei terbaru mereka. Saiful Mujani Reserach Center (SMRC) misalnya, segera mengukur reaksi pemilih terhadap pasangan Anies-Muhaimin.

Peneliti utama SMRC, Saiful Mujani mengatakan, survei dilakukan terhadap tiga pasangan yang sudah dideklarasi dan banyak dibicarakan. Anies-Muhaimin, Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil dan Prabowo Subianto-Erick Thohir.

"Anies-Muhaimin 16,5 persen, Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil 35,4 persen, Prabowo Subianto-Erick Thohir 31,7 persen," kata Saiful, Kamis (14/9/2023).

Survei SMRC dilaksanakan dengan metode sambungan telepon pada periode 5-8 September 2023 dan margin of error 2,9 persen dari 1.212 responden. Tetapi, dalam survei ada sebanyak 16,38 persen yang menjawab tidak tahu.

Saiful mengakui, SMRC belum pernah membuat simulasi Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar. Jadi, SMRC tidak bisa bandingkan sentimen pemilih positif atau negatif, menguat, melemah atau stabil. 

"Setidaknya, ini jadi benchmark untuk survei-survei yang akan datang," ujar Saiful.

Menurut Saiful, ekspektasi terhadap Anies-Muhaimin belum terlihat. Tetapi, ia menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan seperti butuh waktu untuk sosialisasi dan mesin politik PKB yang mungkin masih belum panas.

"Kita berpikir positif, butuh waktu, antre untuk masuk ke kotak Anies," kata Saiful.

Adapun, berdasarkan survei Voxpopuli Research Center, elektabilitas capres tertinggi masih dikuasai oleh Prabowo Subianto mencapai 26,2 persen. Ganjar Pranowo menyusul pada peringkat kedua dengan tingkat elektabilitas saat ini sebesar 24,3 persen. Sementara, Anies Baswedan konsisten bertahan pada peringkat ketiga, dengan sedikit kenaikan elektabilitas dibanding survei terakhir pada bulan Juni 2023 sekitar 16,1 persen.

"Prabowo masih unggul dalam bursa Pilpres 2024, disusul oleh Ganjar yang mengalami rebound dan Anies naik tipis pada peringkat ketiga," kata peneliti senior Voxpopuli Research Center, Prijo Wasono di Jakarta, Jumat (15/9/2023).

Menurut Prijo, pertarungan sengit kini terfokus oleh Prabowo dan Ganjar. Pada awal tahun Ganjar masih memimpin, tetapi kemudian merosot hingga tersalip oleh Prabowo. Sejak itu Prabowo terus memimpin dengan tren kenaikan elektabilitas secara terus-menerus.

"Menguatnya Prabowo diikuti dengan bergabungnya partai-partai Senayan yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yakni Partai Golkar dan PAN, melebur dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR)," ujar Prijo.

Meskipun diwarnai dengan keluarnya PKB, koalisi partai-partai pengusung Prabowo masih memiliki kekuatan yang terbesar jika menghitung perolehan kursi di parlemen. Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini juga ditopang oleh Partai Gerindra yang merupakan partai politik terbesar kedua. 

Sedangkan Kubu Ganjar hanya didukung oleh dua partai parlemen, yaitu PDIP dan PPP, sedangkan sisanya partai-partai non-parlemen. Peristiwa menarik terjadi di kubu Anies, di mana Demokrat memutuskan keluar dari Koalisi Perubahan.

"Masuknya PKB ke koalisi pengusung Anies dan deklarasi Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies juga menimbulkan gesekan dengan PKS," ujarnya.

Sementara, hasil survei teranyar dari Politika Research & Consulting (PRC) pada September menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo unggul di antara tiga nama potensial pada Pilpres 2024. Disusul Prabowo Subianto di urutan kedua, kemudian Anies Baswedan di urutan ketiga.

“Ganjar Pranowo masih mengungguli dua di antaranya, pertama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan,” kata Direktur Eksekutif PRC Rio Prayogo dalam rilis survei "Peta Politik Jawa Timur Pasca-Deklarasi AMIN", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube Politika Research & Consulting, di Jakarta, Ahad (17/9/2023).

Hasil survei menunjukkan bahwa Ganjar Pranowo meraih elektabilitas sebesar 40,4 persen, disusul Prabowo Subianto sebesar 32,3 persen, dan Anies Baswedan sebesar 18,3 persen.

“Sementara yang (responden) belum menyatakan pendapatnya atau mungkin merahasiakan pada angka sembilan persen,” ucapnya.

Meskipun elektabilitas Anies berada di urutan ketiga, dia menyebut terjadi peningkatan tren elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu usai dirinya mendeklarasikan berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024.

“(Elektabilitas) Anies Baswedan yang di bulan April itu di angka 14 persen menjadi 18,3 persen dalam waktu kami melakukan survei tanggal 7 (September), berarti dalam waktu seminggu sudah ada perubahan di angka 4,3 persen,” ujarnya.

Sementara itu, survei menunjukkan tren elektabilitas Ganjar Pranowo cenderung stagnan pada kisaran angka 40 persen. Yakni, sebesar 40,8 persen berdasarkan survei bulan April 2023 menjadi 40,4 persen pada September 2023.

“Dari bulan April Ganjar pranowo itu masih stabil di angka 40, nyaris tidak berubah,” katanya.

Adapun tren elektabilitas Prabowo Subianto mengalami penurunan sebesar 8,2 persen, dari yang sebelumnya 40,5 persen pada April menjadi 32,3 persen pada September 2023

Survei dilakukan PRC pada 7 - 12 September 2023 itu dilakukan dengan populasi survei yang terdiri atas warga negara Indonesia berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 1.200 responden melalui wawancara tatap muka, dengan margin of error sekitar 2,7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Karikatur Opini Republika : Musim Tanam Janji - (Republika/Daan Yahya)

Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama BRIN Profesor R. Siti Zuhro menegaskan, semua survei termasuk survei politik boleh salah. Namun, survei tidak boleh bohong. 

Zuhro menegaskan ia sebenarnya tidak begitu menyukai survei politik. Apalagi lembaga-lembaga survei seringkali tidak transparan dengan siapa yang mendanai.

Ia justru tertarik dengan hasil hasil survei laboratorium politik UMM karena ternyata korespondennya didominasi oleh warga Nahdlaul Ulama (NU). Sebagian besar koresponden seakan ingin mengatakan agar Muhammadiyah juga harus turun gunung dan seharusnya bisa tampil di wilayah politik.

Selain itu, berdasarkan data hasil survei, suara calon presiden nyatanya tidak ditentukan oleh partai. Namun tergantung sosok yang bersangkutan. Menurut Zuhro, dalam sistem pemilihan langsung, popularitas masih menjadi hal yang sangat mempengaruhi pilihan.

 

Sementara itu, pengamat politik dan Guru Besar Ilmu Politik Unair, Profesor Kacung Marijan mengatakan bahwa seringkali muncul fenomena split ticket voting pada pemilu. Itu artinya konsep perilaku pemilih ketika dihadapkan pada pilihan yang beragam dalam suatu pemilihan. 

Kondisi itu biasanya terjadi saat tidak ada titik sambung antara partai dan pilihan presiden. Kemungkinan hal ini kembali terjadi saat pemilu 2024 nanti. 

Dia mencontohkan ketika momentum Pilpres pilpres 2019 lalu. Masyarakat bisa melihat bahwa tidak semua anggota PDIP waktu itu memilih Jokowi. "Begitupun dengan Prabowo yang tidak semua gen Z memilihnya,” ungkapnya.

 

 

Peta koalisi usai Partai Demokrat menyatakan mendukung Prabowo Subianto. - (Republika)

 
Berita Terpopuler