Kemenkes: Kasus ISPA Meningkat Seiring Naiknya Kadar Polusi Udara

"Mulai Senin (4/9/2023) meningkat dibandingkan dengan minggu lalu," kata Imran.

Antara/Auliya Rahman
Dokter memeriksa kesehatan pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kelurahan Pahandut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (4/9/2023). Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya mencatat kasus penyakit ISPA dalam dua bulan terakhir meningkat dari 629 kasus pada Juli 2023 menjadi 901 kasus pada Agustus 2023, peningkatan kasus tersebut diduga akibat pencemaran udara karena kebakaran hutan dan lahan yang meluas di Palangka Raya.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi memaparkan kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Jabodetabek meningkat. Peningkatan itu terjadi seiring dengan kenaikan kadar polusi udara.

Baca Juga

“Kita tidak bisa bilang cuaca berpengaruh berapa persen, tetapi kita bisa melihat bahwa tren kenaikan kasus ISPA seiring dengan kenaikan kadar polusinya, kalau secara umum, kita punya tren seminggu, mulai Senin (4/9/2023) meningkat dibandingkan dengan minggu lalu,” kata Imran saat ditemui di Jakarta, Jumat (8/9/2023).

Berdasarkan data yang disampaikan Imran, kasus ISPA non-pneumonia (menyerang saluran pernafasan dari tenggorokan hingga ke atas. Misalnya, batuk) tercatat paling banyak terjadi di Jakarta Timur, mencapai 3.115 kasus pada Selasa (5/9/2023), melonjak dibandingkan Rabu (30/8/2023) yakni 2.419 kasus. 

“Hingga saat ini, proporsi kasus ISPA secara keseluruhan masih didominasi usia produktif (17-50 tahun), tetapi kalau masalah pneumonia (menyerang saluran pernafasan hingga ke paru-paru, misalnya sesak nafas) itu lebih banyak balita, karena balita kan pendek saluran pernafasannya, jadi dia lebih rentan terkena ISPA pneumonia,” katanya.

Data kasus pneumonia menunjukkan Jakarta Barat dengan kasus paling tinggi per Rabu (6/9/2023) yakni sebanyak 84 kasus, disusul Kota Bogor 79 kasus, dan Kabupaten Tangerang 36 kasus. Kabupaten Bogor sempat mencatat kenaikan kasus pneumonia tertinggi pada Senin (4/9) yakni sebanyak 192 kasus.

Persentase kasus ISPA non-pneumonia yakni 55 persen pada penduduk usia produktif, sedangkan untuk kasus ISPA pneumonia yakni 55 persen pada balita. Untuk mengatasi kualitas udara yang memburuk, Kemenkes telah melakukan upaya di sektor kesehatan, meliputi pemantauan kualitas udara dan penurunan risiko serta dampak kesehatan.

Upaya pemantauan kualitas udara diantaranya melengkapi 674 puskesmas di Jabodetabek dengan perangkat Air Quality Monitoring System (AQMS), melengkapi laboratorium rujukan, serta menyiapkan mobile lab untuk identifikasi jenis dan sumber polutan.

 

Sedangkan upaya penurunan risiko dan dampak kesehatan, diantaranya dengan mengedukasi masyarakat, merekomendasikan masker KF94, KN95 dan masker kain dengan filter particulate matter (PM) 2,5, surveilans penyakit, dan kesiapan fasilitas kesehatan. 

“Kami sudah memberikan surat edaran kepada puskesmas se-Jabodetabek, kita ingatkan bahwa mereka harus bersiap menerima keluhan penyakit yang terkait dengan polusi udara. Mempersiapkan itu, termasuk masalah logistik hingga pelaporannya. Untuk pelaporan sekarang sudah bisa harian,” tuturnya.

Ia juga menegaskan puskesmas bisa segera merespons surat edaran yang sudah diberikan oleh Kemenkes.

 “Di beberapa puskesmas, yang saya tahu di Cilandak, Jakarta Selatan, itu ada pojok polusi, yang memfasilitasi masyarakat untuk konseling, memberikan informasi apakah penyakit-penyakit terkait pernapasan yang dialami oleh warga sekitar itu muncul akibat polusi. Jadi itu saya rasa tergantung dari inovasi dari masing-masing puskesmas dan dinas untuk merespons kondisi yang terjadi,” kata Imran.

Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta memaparkan, kualitas udara di Jakarta pada Jumat (8/9/2023) dalam kategori tidak sehat. Angka partikel (particulate matter/PM) 2,5 berdasarkan indeks standar pencemar udara (ISPU) mencapai 121 pada Jumat (8/9/2023) pagi hingga pukul 08.00 WIB.

Laman resmi Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, menyebutkan di antara lima wilayah, Lubang Buaya Jakarta Timur memiliki angka PM2,5 sebesar 121 atau berada di antara patokan 101-199. Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat karena dapat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50. Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Selain Jakarta Timur, ISPU di wilayah kota Jakarta lainnya terpantau sedang, yakni Bunderan HI Jakarta Pusat (95), Kelapa Gading Jakarta Utara (96), Jagakarsa Jakarta Selatan (93) dan Kebon Jeruk Jakarta Barat (90). Sementara itu, pada situs pemantauan IQ Air pada Jumat pukul 07.00 WIB, Jakarta diklasifikasikan sebagai kota nomor empat dengan pencemaran udara tertinggi di dunia, dengan nomor satu tercemar, yakni pertama Kuwait City, Kuwait (179), kedua Lahore, Pakistan (169), ketiga Beijing, Cina (168).

IKU di Jakarta tinggi karena konsentrasi PM2.5 saat ini sudah 17 kali lebih tinggi dari nilai panduan kualitas udara Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 166 AQI US. Data kualitas udara diperoleh berdasarkan pantauan di 20 stasiun pemantau, di antaranya berada di Layar Permai (PIK), Jalan Raya Perjuangan (Kebon Jeruk) dan Jimbaran (Ancol).

 

Tiga Opsi Solusi Atasi Polusi Udara Jakarta - (Infografis Republika)

 
Berita Terpopuler