Cegah DBD, Metode Wolbachia akan Diuji Coba di Ujungberung Bandung

Uji coba metode Wolbachia rencananya dimulai Oktober mendatang.

Antara/Andreas Fitri Atmoko
(ILUSTRASI) Petugas menunjukkan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia.
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Jawa Barat, akan mencoba menerapkan metode Wolbachia untuk penanganan demam berdarah dengue (DBD). Metode tersebut ditujukan untuk pengendalian penyebaran virus dengue melalui nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia.

Baca Juga

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung Ira Dewi Jani mengatakan, metode Wolbachia akan mulai diujicobakan pada Oktober mendatang. Kecamatan Ujungberung, sebagai salah satu kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada 2022, akan menjadi proyek percontohan.

“Kita sudah uji coba resistensi juga dengan menangkap nyamuk dan telurnya di Ujungberung. Tahapannya sudah dijalankan,” kata Ira, Selasa (29/8/2023).

Menurut Ira, kepala UPT Puskesmas Ujungberung pun telah mendapat pelatihan mengenai inovasi Wolbachia. “Dukungan lintas sektor kewilayahannya juga bagus. Apalagi ini pilot project, jadi harus ada dukungan juga dari masyarakat. Maka dari itu, Ujungberung dipilih sebagai pilot project Wolbachia,” ujarnya.

Penerapan metode Wolbachia

Ira mengatakan, perantara atau vektor virus dengue, yang menyebabkan penyakit DBD, adalah nyamuk Aedes aegypti. Dengan metode Wolbachia, kata dia, telur nyamuk Aedes aegypti akan disuntikkan bakteri Wolbachia dan dibiarkan menetas hingga menjadi nyamuk dewasa.

Menurut Ira, jika nyamuk dengan Wolbachia itu menggigit pengidap virus dengue, virus yang dihisap nyamuk itu akan dilumpuhkan oleh bakteri tersebut. Dengan begitu, nyamuk tersebut tidak akan bisa menyebarkan virus dengue lagi ke tubuh manusia.

“Jangan takut kalau bakteri Wolbachia akan masuk ke tubuh manusia. Ukuran bakteri tersebut lebih besar daripada moncong nyamuk, sehingga saat nyamuk menggigit manusia bakteri Wolbachia tidak akan masuk ke dalam tubuh,” kata Ira.

 

 

Dalam uji coba Oktober nanti, Ira menjelaskan, pihaknya akan menitipkan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntikkan Wolbachia di dalam ember. Harapannya, nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue akan tergantikan.

Lalu nyamuk-nyamuk tersebut bisa kawin dengan nyamuk lokal untuk menghasilkan nyamuk lain yang otomatis sudah memiliki bakteri Wolbachia. “Telur-telur yang sudah disuntikkan Wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Salatiga,” kata Ira.

Menurut Ira, tantangan dalam menerapkan metode Wolbachia ini ada pada awal penempatan lokasi ember telur nyamuk. Sebab, kata dia, di lokasi tersebut pasti akan menjadi banyak nyamuk.

Jika warga merasa terganggu, kata dia, tidak apa-apa untuk membunuh nyamuk. Namun, kata dia, telur-telur nyamuk yang ada di ember jangan sampai dibuang, hingga menetes.

“Kita cuma minta tolong titip telur di ember ini saja. Telur-telurnya jangan diganggu dulu sampai menetas semuanya dan jadi nyamuk dewasa,” ujar Ira.

Ira mengatakan, ke depannya direncanakan disebar 33 ribu ember berisi telur nyamuk dengan bakteri Wolbachia, yang akan disebar ke berbagai kecamatan di Kota Bandung. Penyebarannya disebut bisa bervariasi di setiap kecamatan, bergantung luas wilayah dan jumlah hunian. 

“Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada,” kata Ira.

Namun, Ira mengingatkan, metode Wolbachia ini bukan berarti menggantikan seluruh upaya pencegahan DBD yang sudah berjalan, seperti gerakan 3M dan Satu Rumah Satu Jumantik (juru pemantau jentik).

“Ini sebagai komplementer karena dengan upaya yang selama ini kita lakukan saja kasus DBD masih belum tuntas hilang. Sedangkan inovasi Wolbachia ini sudah terbukti di Yogyakarta,” kata Ira.

 
Berita Terpopuler