Dokter: Jangan Perah ASI di Toilet

Ibu menyusui memerlukan ruang laktasi untuk memerah ASI di kantor.

www.freepik.com
Botol susu anak (ilustrasi). Memerah air susu ibu (ASI) di toilet sangat tidak dianjurkan.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu menyusui yang memutuskan kembali bekerja setelah cuti melahirkan perlu didukung melanjutkan pemberian ASI kepada bayi sampai setidaknya dua tahun. Namun terkadang di tempat bekerja, ibu terkendala tempat, sehingga tak jarang harus memerah ASI di toilet.
 
Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr dr Naomi Esthernita SpA(K) mengingatkan memerah air susu ibu (ASI) di toilet sangat tidak dianjurkan. Aktivitas itu seharusnya dilakukan di ruang steril dan idealnya di ruang laktasi di tempat bekerja.

"Harusnya ada wastafel, sabun, tisu, penerangan yang cukup, berusahalah mendekati itu, seideal mungkin walaupun disesuaikan kondisi masing-masing, yang penting bersih, tidak harus mewah," kata dr Naomi dalam seminar daring bertema "Persiapan Menyusui Bagi Orang tua yang Bekerja", Senin (7/8/2023).
 
Dokter Naomi menjelaskan standar ruang laktasi yang ideal itu berdasarkan panduan Unicef. Ruangnya harus bersih, nyaman, aman, privat (bisa dikunci), layak, dan mudah dijangkau ibu menyusui.

Ruang laktasi dianjurkan menyediakan kursi yang nyaman, ada setop kontak untuk perangkat pompa ASI elektrik, meja, dan lampu penerangan yang baik. Selain itu, perlu ada kulkas untuk menyimpan ASI dan ventilasi yang cukup.

Baca Juga

Menurut dr Naomi, banyak laporan pekerja wanita harus memerah ASI di toilet. Itu sebenarnya tidak manusiawi karena makanan anak disiapkan di tempat tidak layak.

Untuk memerah ASI, menurut dr Naomi, diperlukan waktu kira-kira 30 menit atau setengah jam untuk pengosongan kedua payudara. Jika satu-satu, bisa dilakukan lima hingga 10 menit bergantian payudara kanan dan kiri.

Ibu yang kembali bekerja perlu menyiapkan perlengkapan yang sangat berhubungan dengan kegiatan perah ASI. Dianjurkan pula agar ibu menyiapkan stok ASI di kulkas tidak terlalu lama sebelum kembali bekerja.

"Misalnya dua pekan sebelum kerja, nabung ASI, jadi jangan terlalu lama. Di kantor juga disiplin, setiap tiga jam misalnya pompa ASI," ujarnya.

Jika ibu selalu menunda memerah ASI di tempat bekerja, risikonya bisa mengurangi stok ASIP (ASI perah). Dari yang seharusnya membawa tiga botol, misalnya, menjadi satu botol saja. Sebaiknya, ibu juga menyiapkan cool box atau tas khusus untuk menyimpan ASIP.

Dokter Naomi juga tidak menyarankan ibu mudah tergiur oleh donor ASI yang kian marak di media sosial. Sebab, menurut dia, hal itu juga belum jelas asal-usul dan pemeriksaan keamanannya.

Keberhasilan menyusui merupakan kerja sama tim, bukan hanya tugas ibu. Sang ibu perlu didukung, baik dari pihak keluarga, pekerjaan, sektor kesehatan, maupun komunitas.

 
Berita Terpopuler