ESDM: Masyarakat yang Ingin Beli Elpiji Melon Wajib Registrasi

Masyarakat dapat melakukan registrasi hingga 31 Desember 2023.

ANTARA FOTO/Rahmad
Petugas melayani pembeli gas elpiji saat Operasi Pasar elpiji 3 kilogram bersubsidi di halaman kantor camat Meurah Mulia, Aceh Utara, Aceh, Rabu (31/5/2023). Operasi pasar elpiji yang digelar Disperindagkop UKM tersebut sebagai upaya penanggulangan inflasi dan penyimpangan distribusi elpiji serta tingginya harga elpiji di pasaran yaitu di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah Rp18 ribu per tabung 3 kilogram.
Rep: Intan pratiwi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mewajibkan masyarakat yang ingin membeli elpiji tiga kilogram atau elpiji subsidi melakukan registrasi ke Pertamina. Pemerintah memberikan batas waktu hingga 31 Desember 2023.'

Baca Juga

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan siapapun masyarakat diharapkan untuk registrasi. Registrasi ini berfungsi untuk pendataan masyarakat yang memang merasa membutuhkan elpiji subsidi.

"Ini kami dorong buat masyarakat registrasi saja dulu. Kami kasih waktu targetnya akhir tahun ini selesai," ujar Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (31/7/2023).

Tutuka menjelaskan, nantinya pemerintah secara paralel juga melakukan pencocokan data dengan data P3KE maupun DTKS yang sedang dilakukan pemutakhiran data. Nantinya, dari data registrasi dari masyarakat dan data P3KE baru ditentukan mana mana saja masyarakat yang membutuhkan.

"Karena nanti, ini semua harus subsidi tepat sasaran. Subsidinya ini nanti bentuknya ke orang. Agar gak bocor terus subsidinya," kata Tutuka.

Anggota Komisi VI DPR RI I Nyoman Parta menyebutkan ada warga negara asing (WNA) ikut membeli elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram di Bali. “Orang asing yang punya rumah sendiri, vila, pondok sendiri ternyata mereka memanfaatkan. Saya lihat sendiri di lapangan,” kata Parta ketika meninjau distribusi elpiji subsidi, di Denpasar, Ahad (30/7/2023).

Menurut dia, WNA yang ikut membeli elpiji subsidi itu diperkirakan karena penjual enggan berdebat dengan orang asing tersebut.

“Iya dia ambil juga kan dikasih juga. Orang juga tidak bisa berdebat dia (WNA) boleh atau tidak (membeli),” ujarnya pula.

Sementara, produk elpiji menyerupai melon itu diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia yang masih miskin.

Politikus asal Kabupaten Gianyar, Bali, itu tidak memberikan detail apakah WNA itu berbelanja elpiji subsidi di pangkalan atau di pengecer. Adapun harga elpiji subsidi ukuran tiga kilogram di Bali mencapai Rp 18 ribu per tabung sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 63 Tahun 2022.

“Ini kan butuh ada ketegasan juga siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak,” katanya lagi.

 Salah satu penyebab kelangkaan....

Salah distribusi

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menjelaskan salah satu penyebab adanya isu kelangkaan LPG subsidi tiga kilogram karena memang ada persoalan distribusi. Skema penataan distribusi yang diterapkan Pertamina tak tersosialisasi secara penuh ke masyarakat sehingga masyarakat tak dapat akses elpiji subsidi.

"Pertamina kan bikin aturan dan kebijakan. Untuk pengecer ini akses jualnya hanya 20 persen saja. Tampaknya ini ada sosialisasi yang kurang kenceng lah," ujar Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (31/7/2023).

 

Tutuka menjelaskan untuk di beberapa daerah pengenaan skema 80 persen penjualan elpiji di pangkalan 20 persen di pengecer bisa saja berjalan dengan baik. Namun, untuk di daerah remote dan pelosok tentu ini menjadi persoalan.

"Gak banyak masyarakat yang bisa ke pangkalan. Mereka aja gak ada duit buat ke pangkalan. Harusnya ya Pertamina gak bisa paksakan kalau di daerah tertentu," ujar Tutuka.

Tutuka memastikan pemerintah tidak memangkas kuota. Bahkan, di tahun ini pemerintah telah menambah kuota elpiji.

"Bukan jumlah LPG nya yang kurang ya. Kita aja nambah kuota kok buat tahun ini. Ini soal distribusinya aja yang bermasalah. LPG nya ada. Pengambilannya yang butuh waktu. Masyarakat jauh kalau harus ke pangkalan. Antri dan jadi susah," tegas Tutuka.

Tutuka meminta Pertamina untuk mengevaluasi mekanisme ini. Kata dia, kalau memang jarak antara pangkalan dan masyarakat jauh, Pertamina harus terjun langsung bahkan sampai harus door to door ke masyarakat. "Ya harus door to door. Pertamina harus turun langsung," tegas Tutuka.

Pertamina Patra Niaga mencatat terjadi peningkatan konsumsi LPG 3 kg di bulan Juli 2023 sekitar 2 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi di atas rata-rata ini terjadi sejak beberapa kali perayaan hari besar dan libur panjang, sehingga penyaluran LPG subsidi per Juli sudah mendekati dua persen lebih besar dibandingkan kuota.

Perlu diketahui, saat ini kuota LPG subsidi 3 kg yang telah ditetapkan untuk tahun 2023 adalah sekitar 8 juta metrik ton (MT). Jumlah ini dikhususkan bagi rumah tangga kurang mampu dan usaha mikro.

 
Berita Terpopuler