Micro-Cheating Juga Bahaya untuk Hubungan, Seperti Ini Bentuk Perselingkuhannya

Micro-cheating tetap dapat melukai pasangan.

www.rawpixel.com
Pasangan suami istri (ilustrasi). Seseorang yang pasangannya melakukan micro-cheating bisa merasa diabaikan, ditolak, atau kebutuhan emosionalnya kurang terpenuhi.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah micro-cheating alias selingkuh kecil-kecilan cukup populer belakangan. Tidak seperti perselingkuhan biasa, micro-cheating menggambarkan perilaku yang tidak dianggap sebagai perselingkuhan sungguhan, tapi ada beberapa "kecurangan".

Indikator serong yang dimaksud seperti ketidakjujuran dan menyimpan rahasia dari pasangan. Meskipun hal itu terkesan sepele, micro-cheating tetap dapat melukai pasangan dan berbahaya bagi kelangsungan hubungan.

Konsultan soal kehidupan dan hubungan, Ekta Dixit, menjelaskan bahwa micro-cheating bisa berawal dari tindakan-tindakan kecil. Sebut saja mengirim teks genit kepada orang lain, menyembunyikan status hubungan, hingga memiliki akun di situs kencan daring.

Bisa juga berbagi nomor dengan orang asing yang dianggap menarik yang ditemui secara acak, bertukar rahasia intim, serta menyembunyikan interaksi atau pertemanan tertentu. Berfantasi tentang orang lain selain pasangan pun termasuk micro-cheating.

"Ini melibatkan perilaku yang mungkin tidak eksplisit secara fisik atau seksual, tetapi masih melibatkan hubungan emosional atau romantis dengan seseorang di luar suatu hubungan," kata Dixit, dikutip dari laman Indian Express, Jumat (7/7/2023).

Meski banyak orang membantah bahwa itu adalah pengkhianatan fisik atau emosional secara langsung, perilaku yang ada tetap dapat melanggar norma, kepercayaan, dan batasan di antara pasangan. Micro-cheating bukan hal baru, namun kini marak seiring perkembangan internet.

Konsultan hubungan Radhika Mohta menyampaikan beberapa pemicu terjadinya micro-cheating. Bisa jadi, seseorang tetap ingin memiliki hubungan monogami dengan satu pasangan, tapi menganggap relasi itu agak monoton atau terlalu rutin.

Baca Juga

"Seseorang jadi mencari sedikit pelarian di sana-sini," ujar Mohta.

Micro-cheating tidak selalu mengarah pada perselingkuhan yang melibatkan aspek seksual, namun hal itu dapat mengakibatkan masalah dalam hubungan di kemudian hari. Kepercayaan pasangan bisa terkikis karena persepsi perselingkuhan setiap individu berbeda.

Ketika energi emosional diarahkan ke luar hubungan, hal itu juga dapat mengurangi keinginan untuk merasa dekat dan intim dengan pasangan dalam komitmen. Alhasil, seseorang yang pasangannya melakukan micro-cheating bisa merasa diabaikan, ditolak, atau kebutuhan emosionalnya kurang terpenuhi.

Harga diri korban micro-cheating pun bisa terimbas. Orang yang pasangannya melakukan micro-cheating bisa merasa tidak mampu, dikhianati, meragukan diri sendiri, atau mungkin mempertanyakan nilai dan keinginan mereka, sehingga kesejahteraan mental terdampak.

Psikolog Aanchal Narang menyebut micro-cheating perlu dihindari sebab menciptakan ruang untuk terjadinya perselingkuhan. Itu juga merugikan karena memberi pelakunya kemungkinan untuk memikirkan godaan di luar hubungan.

Jika merasa selama ini melakoni micro-cheating, Narang menyarankan pelaku menyadari betul dampak tindakannya terhadap hubungan. Sementara, apabila seseorang menduga pasangannya melakukan micro-cheating, ungkapkan kekhawatiran itu.

Pasangan perlu berkomunikasi secara terbuka dan menetapkan batasan sehat tentang apa yang diperbolehkan serta apa yang tidak. Selain itu, pahami alasan mendasar di balik perilaku micro-cheating, baik itu ketidakpuasan dalam hubungan, kebutuhan akan validasi, atau kurangnya keintiman emosional.

"Cara terbaik untuk mengatasi micro-cheating adalah dengan mendiskusikan batasan yang jelas. Penting untuk tahu persis apa yang Anda dan pasangan sepakati sebagai selingkuh karena definisinya bisa berbeda," ucap Narang yang merupakan pendiri Another Light Counselling.

 
Berita Terpopuler