Surga Ala Panji Gumilang dan Bintang Daud Sang Aktivis Yahudi di Perayaan Muharram

Panji Gumilang dilaporkan sejumlah pihak atas dugaan penistaan agama

Republika/Thoudy Badai
Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang.
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kontroversi terkait Panji Gumilang seolah tidak ada matinya. Setelah sebelumnya menyebut Indonesia sebagai tanah suci yang sebenarnya, bukan Makkah dan Madinah, kini pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu itu menyebut Indonesia sebagai surga.

Baca Juga

Hal ini disampaikannya dalam unggahan di akun YouTube Al-Zaytun Official pada Ahad (16/7/2023). Dalam unggahan tersebut, mulanya Panji menjelaskan tentang keyakinan masyarakat Muslim selama ini, bahwa surga adalah sesuatu yang abstrak padahal kata dia, surga sangat jelas digambarkan dalam Alquran surat 39 ayat 73.

"Alquran ini petunjuk hidup, jangan sampai kita membicarakan surga, alquran membicarakan surga tapi kita tidak tahu surga. Siapa orang al-ladzinattaqau rabbahum.. itu orang-orang yang punya gagasan sampai berani mengungkapkan saya bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa. Jangan lingkup besar mari lingkup kita yang punya Negara kita tanah air ini," kata Panji.

Menurut Panji dalam tausiahnya, gagasan ini dilahirkan oleh para pemuda-pemuda Indonesia yang ingin mendirikan Indonesia tanpa ada embel-embel Hindia-Belanda. 

Mereka ingin lepas dari Belanda, sehingga mereka berkumpul dan melepaskan identitas-identitas agama mereka, untuk membuat satu harapan bersama, yaitu surga.

"Pada 28 para pemuda berkumpul melepas semua identitas keagamaannya tapi menginginkan satu harapan, barangkali itu yang mereka katakan surga. Maka dibuatlah satu statement satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa ‘Indonesia,’ " kata Panji.

"Itu orang beriman semua yang menggagas satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia, dengan berbagai agama di dalamnya untuk mendirikan tempat yang dijanjikan oleh yang ilahi bahwa barangsiapa yang beriman akan diberikan tempat, digiringlah semuanya ilal-jannati zumarā, berbondong-bondong meyakini bahwa satu nusa, satu bangsa, satu bahasa," kata Panji.

Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun

Indonesia, kata Panji, tanah kita yang kaya, tanah kita yang suci, dan tanah kita yang sakti. Kata-kata itu terus menjadi semangat para pemuda untuk terus bangkit dan memproklamasikan pertama kali untuk menanamkan akidah keindonesiaan. Baru kemudian kita akan memasuki surga, bagaimana mengaturnya? (QS surat 39 ayat 74)

“(Wa qalul hamdu lillahil ladzi) Ya allah terima kasih, Puji Tuhan, Engkau telah menepati janjimu atas cita-citaku, gagasanku, untuk punya tempat, untuk kami jadikan surga. Aurasanal-arda natabawwa’u minal-jannati engkau telah mewariskan kepada kami bumi dan lingkarannya maka disebut tanah air bukan Negara,” kata Panji.

 

 

“Tanahnya sedikit 25 persen saja, lautnya 75 persen. Makanya Alhamdulillah, lillahil-ladzi sadaqana wa’dahu wa auras anal arda  memberikan wariskan bumi tentunya dengan lautnya dan angkasanya, natabawwa’u minal-jannati Kami buat surga, haitsu nasya bagaimana kami mau, maka disusunlah dasar negaranya bagaimana, dasar misi surga seperti apa, keluarlah dasar Negara Ketuhanan Yang Maha-Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia yang sudah menjadi jannah ini, di situ ada kerakyatan, disitu ada mewujudkan keadilan sosial, disitu ada natabawwa’u minal-jannati haitsu nasya, kerakyatan, kebersamaan maka Indonesia ini harus ditata secara nahniya, apa itu? bangsa seluruhnya, ini kalau kita maknai kekinian dan riil, jadilah Indonesia itu surga kita,” tutur Panji.    

Sementara itu, aktivis Pro Israel dan pendiri Hadassah of Indonesia, Monique Rijker hadir dalam peringatan 1 Muharram 1445 H diPesantren Al-Zaytun, Indramayu. Monique datang dengan mengenakan kaus Bintang Daud.

Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko

 

Dalam sambutannya, Monique mengaku sangat berterima kasih kepada Panji Gumilang dan Al-Zaytun karena telah mengundangnya bahkan mengizinkannya memakai kaus bintang daud. Di mana bahkan di Betlehem pun dirinya tidak diizinkan memakai kaus tersebut.

“Saya berkunjung ke kota kelahiran Yesus dan kota kelahiran raja Daud Betlehem dan ketika saya memakai kaos ini tour guide di Betlehem tidak suka dan menyuruh saya ‘kalau bisa saya tidak pakai kaos bintang Daud’ tetapi di sini, di Indramayu, saya bisa masuk dengan kaos bintang Daud terima kasih ini sesuatu yang luar biasa,” ujar Monique.

Monique mengaku senang karena di Indonesia ada seorang pemimpin pesantren yang visior seperti Panji Gumilang. Dalam sudut pandangnya, kapasitas Panji bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga seorang negarawan.

“Karena seorang negarawan itu punya visi ke depan dan berdiri di atas golongan dan kelompok dan kita di Indonesia butuh orang seperti syekh Panji Gumilang dalam hal toleransi dan perdamaian untuk persatuan,” ujar Monique.

Menurut Monique, untuk persatuan tidak pernah ada yang salah dengan perdamaian, tidak pernah ada yang salah dengan toleransi. Ia bahkan dikritik karena membela agamanya, dikritik karena dibilang toleransi ada batasnya, kemudian pada kesempatan ini, dia bertanya langsung pada Panji Gumilang dan disebutka bahwa toleransi tidak ada batasnya.

“Dalam arti kita toleran pada hal-hal yang benar, kita toleran pada hal-hal yang membawa damai, kita toleransi pada hal-hal untuk kebaikan sendiri, kita tidak toleran padahal hal-hal kekerasan, kita tidak toleran pada hal yang radikal,” kata Monique.

 

Selain Monique, masih banyak persatuan dari agama lain yang juga diundang dan hadir dalam perayaan 1 Muharram 1445 H di pesantren Al-Zaytun. Diantaranya Pendeta Daniel gereja pantekosta, Ketua umum persekutuan gereja-gereja di Indonesia Pendeta gomar gultom, rektor sekolah tinggi ilmu teologi Jakarta, ketua Budha prov Banten Romo Nanda Bahrudin, Prof Makrum Kholil guru besar UIN Pekalongan.   

 
Berita Terpopuler