Puluhan Siswa Jalur Zonasi Undur Diri, SMAN 8: Ada yang Kerja Ojol, Mereka Kaget

Gatot mengaku sebagian masyarakat menilai SMAN 8 sekolah unggulan dan menengah atas.

Republika/Eva Rianti
Gedung SMA Negeri 8 di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- SMA Negeri 8 Jakarta telah memberlakukan jalur zonasi sejak 2019 dengan memprioritaskan warga kawasan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. SMAN yang background-nya sebagai sekolah unggulan itu mencatat ada puluhan siswa jalur zonasi yang mengundurkan diri karena berbagai alasan.

"Kisarannya sekitar 20 siswa dengan berbagai macam hal, ada yang karena ingin ke SMK, ada yang juga kerja sambil nyari ojek online sehingga kalau sekolahnya pagi kan enggak bisa bantu orang tua sehingga masuklah ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar)," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 8 Gatot Handoko kepada Republika.co.id, Senin (10/7/2023).

Kawasan Bukit Duri diketahui rerata merupakan warga menengah ke bawah. Gatot mengakui perlunya upaya sosialisasi dan adaptasi yang dilakukan, baik pihak sekolah yang dikenal sebagai sekolah favorit, maupun warga anak usia SMA dengan background SMP-SMP reguler.

Gatot menuturkan, mereka tidak bisa daftar ke SMK karena di SMK justru seleksinya nilai jadi mau tidak mau masuk SMA. "Nah, setelah masuk SMA, karena mereka pada saat di SMP malas-malasan, belajar santai sehingga begitu masuk SMAN 8 akan kaget. Kebanyakan seperti itu. Kaget sehingga banyak yang memutuskan untuk pindah sekolah, padahal bagi kami yang penting rajin belajar dan rajin datang. Kadang sudah dikasih zonasi, masih telat dan jarang masuk juga," tegas dia.

Gatot menjelaskan, SMAN 8 memprioritaskan warga berusia SMA yang ada di sekitar sekolah. Pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada RT-RT di sekitar sekolah untuk memasukkan anak usia SMA ke SMAN 8. Bahkan sosialisasi dilakukan secara door to door ke para RT serta komunikasi yang intens di grup Whatsapp. Pada tahun ini tercatat ada 42 RT yang masuk jalur zonasi.

Sekolah unggulan...

Baca Juga

Gatot mengakui sebagian masyarakat sekitar menilai bahwa SMAN 8 masih dianggap sebagai sekolah unggulan dan prestatif dengan para siswa di dalamnya yang pintar, serta dikenal pula menengah ke atas. Namun, hal itu dianggap wajar karena perlu adaptasi dalam penerapan jalur zonasi. Dia pun mewajari adanya masyarakat sekitar yang masih enggan untuk mendaftar ke SMAN 8.

"Karena memandang SMAN 8 favorit, padahal kita sudah tidak memandang SMAN 8 favorit, sudah sama, sudah reguler karena kan memang tujuan zonasi untuk memeratakan tingkat kualitas pendidikan. Jadi enggak ada sekolah unggulan, hanya masyarakat sendiri yang berpandangan begitu," ujar dia.

Menurut Gatot, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mendidik. SMAN 8 Jakarta diyakini masih terus berprestasi meski sudah menerapkan jalur zonasi. Dia pun menampik adanya sikap eksklusif terhadap siswa jalur zonasi dengan jalur lainnya.

"Prestasi kan bisa dicapai melalui akademik dan non akademik. Banyak kok anak-anak yang dari jalur zonasi masuk ITB (Institut Teknologi Bandung) dan fakultas yang sangat keren Seni Rupa dan Desain, artinya kita tidak membeda-bedakan. Buktinya, tahun ini semua naik (kelas) kok. Jadi itu kan anggapan orang luar yang tidak tahu di dalamnya," ujar Gatot.

Jalur zonasi...

Gatot menegaskan, pihak sekolah tidak terbebani dengan penerapan jalur zonasi. Hanya saja memang diakui butuh waktu untuk sama-sama adaptif antara sekolah dan warga sekitar dengan background masing-masing yang berbeda. Menurutnya, para guru-lah yang menjadi ujung tombak perubahan siswa melalui cara mendidik.

"Itu kan kewajiban guru, memintarkan anak yang kurang atau belum pintar. Jadi semua pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang malas. Kita di SMAN 8 berusaha menggiatkan anak yang malas untuk rajin belajar sehingga di sekolah masih ada KKM (kriteria ketuntasan minimal) untuk memotivasi anak belajar kalau enggak sampai 75 maka akan remedial, nah dengan menghindari remedial kan harus terpacu belajar," tegas dia.

Gatot berharap dengan sosialisasi yang masif, lambat laun warga sekitar yang barangkali minder untuk masuk ke SMAN 8 bisa lebih percaya diri dan memanfaatkan kesempatan menggunakan jalur zonasi. "Nanti dengan berjalannya waktu akan menjadi hal yang biasa," tutur dia.

 
Berita Terpopuler