Voice of Baceprot Ungkap Tudingan Paling Keterlaluan yang Pernah Diterima Bandnya

Sembilan tahun berkarya, Voice of Baceprot sudah terkenal hingga ranah musik global.

Republika/Shelbi Asrianti
Personel Voice of Baceprot (VOB), Siti (drum), Marsya (vokal/gitar), dan Widi (bas), (dari kiri) pada peluncuran varian terbaru Softex Daun Sirih, Jakarta, Kamis (6/7/2023). VOB masih hadapi cibiran.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembilan tahun berkiprah di ranah musik, band metal Voice of Baceprot (VOB) mengaku masih mendapat cibiran dari berbagai pihak. Grup musik asal Garut beranggotakan Marsya (vokal/gitar), Widi (bas), dan Siti (drum) itu berusaha menanggapi dengan kepala dingin.

"Dulu, halangannya izin orang tua. Jadi pro-kontra, karena cewek, berhijab, tapi main musik metal. Dianggap belagu, cari sensasi, apalagi di kampung kami profesi musisi, anak band, masih jarang dan dianggap tidak punya masa depan," kata pemain bas VOB, Widi Rahmawati.

Saat awal terbentuk di tahun 2014, semula VOB beranggotakan 15 personel. Lantas, jumlahnya menyusut menjadi tujuh, dan kini hanya bertiga, yakni Widi bersama Firda Marsya Kurnia sebagai vokalis sekaligus gitaris, dan penabuh drum Euis Siti Aisyah.

Meski banyak menjumpai halangan, VOB tetap bersemangat mengejar mimpi. VOB mengawali band tanpa instrumen musik yang memadai, lantas mereka terus memperbaiki skill musik hingga sejumlah pihak mengapresiasi dan memfasilitasi.

Kini, VOB telah membuktikan diri mereka bisa dikenal hingga ranah musik global. Setelah melangsungkan tur Eropa beberapa waktu silam, Agustus 2023 mendatang VOB akan menggelar tur musik di 11 kota di Amerika.

Baca Juga

"Kami ingin membuktikan bahwa anak band juga bisa punya masa depan cemerlang," ungkap Widi saat dijumpai di momen peluncuran varian baru Softex Daun Sirih di Jakarta, Kamis (6/7/2023).

VOB mengungkap bahwa pandangan miring terhadap mereka tak sepenuhnya surut. Vokalis dan gitaris VOB, Marsya, menyebut sejumlah cibiran itu pun terkadang mengusik mereka.

Salah satunya, tudingan bahwa VOB memanfaatkan keperempuanan dan hijab mereka yang kontras dengan musik metal untuk menarik perhatian. Menurut Marsya, anggapan itu cukup keterlaluan. Namun, VOB ingin membuktikan sebaliknya lewat karya.

Mereka pun terus mendukung perempuan lain, yang tecermin melalui karya musiknya. "Selama ini, berusaha konsisten dilakukan VOB, bicara tentang pemberdayaan perempuan," ujar Marsya.

Selepas lulus SMU beberapa tahun silam, para personel VOB memilih untuk fokus di musik dan tidak melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi untuk sementara waktu. Namun, nantinya mereka juga mempertimbangkan lanjut berkuliah saat waktunya dirasa tepat.

Di ranah musik, VOB yakin bisa terus meraih dan menjalani mimpi. Pemain drum VOB, Siti, memberikan pesan untuk banyak perempuan muda Indonesia untuk memiliki semangat sama. Meski mungkin masih dibatasi berbagai stigma, mimpinya dikekang, atau merasa terbentur "usia ideal" pernikahan, Siti berpesan agar jangan menyerah.

"Bagi kami, perempuan berhak bermimpi setinggi-tingginya. Dengan tekad dan dukungan orang terdekat, itu bisa menjadi amunisi mengatasi halangan. Keep going, tetap jadi diri sendiri, percaya pada kemampuan diri sendiri," tutur Siti.

 
Berita Terpopuler