Ngambek Hajji, Tradisi Sambut Kepulangan Jamaah Haji di Pulau Bawean

Warga Bawean menyambut jamaah haji dengan sholawat Thola'al Badru Alaina.

network /Muhyiddin Yamin
.
Rep: Muhyiddin Yamin Red: Partner

Ilustrasi jamaah haji asal Indonesia tiba di Tanah Air. Foto: Republika/Wihdan Hidayat

BOYANESIA -- Jamaah haji asal Indonesia sudah mulai pulang ke Indonesia secara bertahap sejak Selasa (4/7/2023) kemarin. Mereka akan disambut oleh warga kampungnya masing-masing, termasuk di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur.

Pulau Bawean adalah salah satu pulau yang terletak di Laut Jawa, tepatnya di sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Meskipun Bawean merupakan pulau terpencil, di sini juga terdapat tradisi menyambut jamaah haji yang kenal dengan tradisi "Ngambek Hajji" (Menyambut Haji).

Tradisi menyambut jamaah haji di Pulau Bawean bisa berbeda-beda di setiap desa atau kampung. Namun, umumnya tradisi Ngambek Hajji ini melibatkan partisipasi masyarakat dalam bentuk perayaan dan penghormatan terhadap para jamaah haji yang telah menunaikan ibadah haji.

Dalam menjalankan tradisi ini, warga Bawean biasanya melakukan penyambutan di pelabuhan yang berada di Kecamatan Sangkapura. Masyarakat setempat berkumpul di dermaga untuk menyambut jamaah haji sembari membawa spanduk ucapan selamat datang.

“Kalau orang dulu biasanya akan menyambut haji mulai dari dermaga,” ujar salah seorang warga Bawean, Rifda kepada Boyanesia, Rabu (5/7/2023).

Setelah menjemput jamaah haji di pelabuhan, menurut dia, warga kemudian akan melakukan pawai menuju desa asal jamaah haji dengan menggunakan mobil maupun motor. Ada juga mobil pickup yang biasanya diisi oleh para penabuh rebana dan penyanyi.

Salah satu mobil rombongan yang dinaiki jamaah haji. Di bagian depan mobil juga ada spanduk ucapan selamat datang.

Di sepanjang perjalanan, mereka akan terus melantunkan lagu-lagu sholawat atau syair-syair bahasa Bawean. Dalam syairnya, mereka juga memberikan informasi kepada masyarakat Bawean tentang rangkaian ibadah haji maupun tentang makam Nabi Muhammad SAW. Sehingga, hal itu dapat memotivasi warga Bawean lainnya untuk melaksanakan ibadah haji.

Setelah rombongan sampai ke kampung asal jamaah haji, warga kemudian akan mengiringi jamaah haji dengan berjalan kaki sembari melantunkan sholawat “Thola'al Badru Alaina”. Pada zaman Nabi, lagu ini juga dilantukan sebagai bentuk kegembiraan menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah ke Madinah pada 622 Masehi.

“Kalau di desa saya ini (Dusun Daun Timur, Desa Daun), jamaah yang baru datang haji akan diturunkan di gapura, kemudian berjalan kaki menuju masjid. Setelah berdoa di masjid, baru jamaah pulang ke rumahnya,” kata Rifda.

Setelah berdoa di masjid, barulah diadakan acara syukuran di rumah orang yang sudah berhaji tersebut. Di sana, masyarakat berkumpul untuk mendoakan dan memberikan selamat kepada jamaah haji yang telah menyelesaikan ibadah haji.

“Di rumah orang yang sudah haji itu kita juga makan bersama, waktu itu kita makan rawon kalau gak salah. Selain itu, warga yang menyambut tadi juga dibagikan air zam-zam,” jelas Rifda.

Tidak hanya itu, makanan khas daerah Bawean juga disajikan dalam acara tersebut sebagai bagian dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para jamaah haji untuk berbagi pengalaman dan cerita tentang perjalanan mereka ke tanah suci.

Sementara itu, salah satu tokoh pemuda Bawean, Suhufi menjelaskan bahwa berbagai tradisi tersebut mencerminkan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat Pulau Bawean atas keberhasilan jamaah haji dalam menunaikan ibadah haji.

Menurut dia, tradisi-tradisi tersebut juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan sosial antara jamaah haji dan masyarakat setempat. “Saat mengantarkan ke dermaga, warga biasanya juga akan dikasih nasi bungkus oleh orang yang berhaji,” ujar Suhufi.

Namun, menurut Suhufi, tradisi Ngambek Hajji tersebut kini sudah mulai terlupakan oleh warga Bawean. Karena itu, dia pun bertekad untuk menghidupkan lagi tradisi tersebut, khususnya pada saat menunaikan ibadah haji pada 2028 mendatang.

“Insyaallah antrean saya masih 2028, mudah-mudahan nanti bisa menghidupkan lagi tradisi Ngambek Hajji ini, karena ini merupakan warisan nenek moyang yang harus tetap dilestarikan,” kata dia.

 
Berita Terpopuler