Kisah Manusia Pertama yang Berkurban

Ibadah kurban merupakan syariat yang sudah ada sejak Nabi Adam.

Republika/Yogi Ardhi
Kurban sangat penting untuk menjadi syiar Islam (Ilustrasi)
Rep: Andrian Saputra Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah kurban merupakan syariat yang telah berlangsung sejak zaman nabi Adam Alaihissalam. Karena itu ibadah kurban merupakan syariat yang sangat tua. Jauh sebelum Nabi Ibrahim Alaihissalam diperintahkan Allah SWT untuk mengurbankan putranya, yakni Ismail sebagai ujian keimanan, syariat berkurban telah ada dan diperintahkan kepada anak-anak nabi Adam yakni Qabil dan Habil. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Al Maidah:

Baca Juga

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Alquran surat Al Maidah ayat 27).

Kisah kurban Qabil dan Habil sebagaimana juga menukil riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab tafsir ibn Jarir al Tabari yang menjelaskan bahwa keduanya diperintahkan berkurban. Dikisahkan bahwa sehari-harinya Qabil pergi bertani sedangkan Habil menggembala domba. Kala itu, nabi Adam tidak ada di tempat bersama keluarganya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Adam tengah diperintahkan Allah ke Makkah berziarah ke Baitullah. 

 

Dikutip dalam buku 40 Kisah Akhir Hidup Kezaliman Makhluk-Makhluk Allah yang disadur oleh Kaserun AS Rahman dari sejumlah kitab di antaranya Al Jaza' min Jinsil 'Amal karya Sayyid Husein Affani, Al Qashshah wa Ibrar karya Syekh Abdullah Yusuf Ajlan, At Tahdzir min Su'il Khatimah karya As Subhani dan 100 Qishshah min Nihayah Azh Zhalimin karya Hani al Hajj, disebutkan bahwa Qabil adalah remaja yang egois dan jiwanya dikuasai oleh sikap mementingkan diri sendiri. Hatinya tertutup oleh nafsu dan syahwat. Selain itu Qabil juga seorang petani yang memiliki sifat kikir. Sedangkan Habil adalah saudara kandung Qabil. Dia remaja yang lemah lembut dan saleh.  Seorang yang mencintai kebaikan untuk orang lain, taat beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya. Dia adalah seorang peternak yang dermawan.

Sebelum keduanya diperintahkan berkurban, Allah SWT memerintahkan nabi Adam untuk menikahkan anak-anaknya secara silang. Qabil lahir bersama dengan saudari satu kandung yang bernama Iqlima. Sementara Habil lahir dengan saudari kandungan yang bernama Labudza. Qabil menolak dan menentang nabi Adam. Di tidak rela Habil menikah dengan Iqlima. Qabil iri dengan Habil karena bisa menikahi Iqlima yang berparas cantik.  

Qabil terseret oleh bisikan kejahatan dan kerusakan, dia dipermainkan dan terombang-ambing oleh sifat iri dan hasud yang terus tumbuh di dalam hatinya. Sementara Habil tetap seperti biasa, tenang, dan damai. Habil selalu patuh kepada perintah nabi Adam. 

Hingga Allah SWT menguji kedua anak nabi Adam itu. Keduanya diperintah Nabi Adam untuk berkurban dan meletakan kurbannya di atas bukit. Disebutkan Qabil mengorbankan beberapa helai padi yang tidak berisi. Sedang Habil mengorbankan kambingnya yang paling gemuk.  

Habil mempersembahkan hewan ternak terbaiknya sebagai kurban. Para mufasir berbeda pendapat tentang jenis hewan ternak yang dijadikan oleh Habil untuk berkurban. Ada yang berpendapat bahwa hewan itu adalah unta, ada juga yang berpendapat hewan kurban itu adalah sapi, ada juga yang berpendapat hewan kurban itu adalah domba. 

Namun banyak disebutkan mufasir tentang jenis hewan kurban Habil adalah kambing gibas yang gemuk besar berwarna putih dan memiliki tanduk. Menurut Mujahid yakni murid Ibnu Abbas kambing gibas itu lah yang digunakan malaikat Jibril untuk mengganti nabi Ismail ketika akan dikurbankan oleh nabi Ibrahim.

Sementara itu Qabil memiliki sifat pelit. Ketika datang perintah berkurban Qabil justru mempersembahkan tanaman yang paling busuk. Kurban yang dipersembahkan Habil diterima Allah sedang kurban yang dipersembahkan Qabil tidak diterima Allah. Sebab itulah Qabil semakin membenci Habil.

Qabil semakin marah dan benci pada saudaranya. Hingga kemudian Qabil mengancam membunuh Habil. Tetapi Habil menjawab ancaman Qabil dengan tenang. Jawaban Habil itu diabadikan dalam Alquran.  

لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ # إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ

"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.” (QS Al Maidah 28-29). 

Ibnu Abbas berkata bahwa Habil mencoba mengingatkan Qabil agar takut kepada neraka. Tapi Qabil tidak menghiraukan dan tetap bersikukuh pada sikap kerasnya. Qabil terdorong oleh nafsunya untuk membunuh saudara. Qabil pun benar-benar membunuh Habil menggunakan batu besar. Tindakannya itu membuat dirinya menjadi golongan orang yang merugi.

 

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler