Demokrat Tafsirkan Mimpi SBY, Setiap Pemimpin Ada Masanya

Demokrat menyebut mimpi SBY sebagai pesan negarawan tentang peralihan kepemipinan.

Republika/Thoudy Badai
Presiden keenam RI yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Rep: Nawir Arsyad Akbar, Febrian Fachri Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Hinca Panjaitan mengatakan, agar mimpi yang disampaikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak ditafsirkan aneh-aneh. Sebab menurutnya, mimpi tersebut adalah pesan dari seorang negarawan yang ingin menunjukkan peralihan kepemimpinan yang baik.

Baca Juga

Tentu akan menjadi baik jika Megawati Soekarnoputri, SBY, dan Joko Widodo (Jokowi) setelah masa kepemimpinannya selesai, mengantar presiden yang terpilih menuju kursi nomor satu di Indonesia. Itu akan menjadi pesan yang baik untuk masyarakat.

"Indah sekali, tiga negarawan kita yang pada waktunya menyampaikan kepada publik, kami pernah menjadi presiden, sekarang menjadi rakyat, dan jika itu terjadi indah sekali, dan saya kira, substansinya itu yang harus diambil," ujar Hinca di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Kata 'mimpi' yang disampaikan SBY tersebut dipandangnya sebagai harapan terhadap Indonesia ke depan. Ketika akhirnya Megawati, SBY, dan Jokowi menjadi rakyat biasa, dan Indonesia periode berikutnya dipimpin oleh sosok yang dipilih rakyat.

"Tafsirkan pesan ini adalah pesan negarawan dari pak SBY yang menyampaikan pesan itu kepada Pak Jokowi, ke Pak Jokowi, dan kemudian ke Bu Mega, dan kalau rakyat ini menyaksikan ketiganya, saya kira luar biasanya pesannya ke generasi muda di Indonesia. Bagaimana pemimpin setelah menjadi rakyat, tetaplah menjadi rakyat yang dicintai rakyat," ujar Hinca.

"Setiap pemimpin ada waktunya atau setiap pemimpin ada masanya, setiap masa ada pemimpinnya. Ketika engkau sudah menaiki puncaknya, pada saatnya turun juga," sambungnya.

Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan, mereka tentu tidak memiliki kemampuan menafsirkan mimpi. Namun, ketika mimpi itu diungkap ke ruang publik tentu ada pesan yang ingin disampaikan.

"Saya pribadi menangkap bahwa semangat dan pesan yang ingin disampaikan Pak SBY dari cerita mimpi tersebut adalah semangat rekonsiliasi dalam bingkai silaturahmi politik kebangsaan," kata Kamhar, Selasa.

Apalagi, dalam kehidupan politik yang masih diwarnai relasi patron klien dan dalam situasi seperti sekarang. Silaturahmi tokoh-tokoh bangsa yang menjadi tokoh kunci dalam politik menjadi sangat penting dan relevan.

Semakin kompleksnya problematika kebangsaan memasuki tahun politik jelang Pilpres 2024, silaturahmi politik di level elit menjadi penting. Hal itu untuk menciptakan suasana yang kondusif, teduh dan membawa ketentraman.

Ia menekankan, masyarakat jangan sampai mengulang lagi dinamika politik dalam tensi tinggi dan panas seperti 2019. Jika kembali berulang, bukan tidak mungkin situasi akan melampaui daya tenggang kita sebagai bangsa.

"Pada gilirannya merobek tenun kebangsaan," ujar Kamhar.

 

In Picture: Momen Puan Bertemu AHY Usai Berolahraga di GBK

 

 

 

 

Presiden ke-6 Republik Indonesia SBY menceritakan mengenai mimpi terbarunya di Twitter resmi pada Senin (19/6/2023). Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu bermimpi pergi bersama naik kereta dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan bertemu Presiden ke-8 RI, yang masih menjadi misteri.

Dalam cuitannya, SBY menceritakan bahwa Jokowi mendatangi kediamannya di Cikeas kemudian keduanya menjemput Megawati. Setelahnya, SBY dan Jokowi serta Megawati bersama menuju Stasiun Gambir dalam mimpi itu.

"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya. Selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir," kata SBY beserta petikan *SBY* yang menandakan cuitan tersebut ditulis langsung olehnya, dikutip Republika di Jakarta pada Senin.

SBY mengatakan, dalam mimpinya di Stasiun Gambir sudah menunggu sang Presiden ke-8 RI. Presiden ke-8 yang bakal dipilih pada 2024 itu berbincang-bincang sebelum memberikan tiket kereta api untuk ketiga sosok tersebut.

"Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 dan beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah & Jawa Timur. Karena masih ada waktu, sejenak kami berempat minum kopi sambil berbincang-bincang santai," kata SBY.

 

 

Cuitan SBY soal mimpinya itu didahului pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang terjadi pada Ahad (18/6/2023). Menurut AHY, SBY mendukung pertemuannya dengan Puan.

"Semangatnya hari ini Pak SBY juga menitipkan semoga pertemuan ini membawa kebaikan dan keberkahan," ujar AHY di Plataran Senayan, Jakarta, Ahad (18/6/2023).

"Sekali lagi jangan hanya pada pembahasan politik praktis, tetapi jauh dari itu karena kita ingin sama-sama punya peran yang baik untuk negeri kita," sambung putra sulung SBY itu.

PDIP dan Partai Demokrat, jelas AHY, memiliki banyak persamaan. Salah satunya, keduanya pernah merasakan menjadi partai pemimpin pemerintahan dan juga sebagai oposisi.

 

Sementara, Puan mengatakan, pertemuan dengan AHY layaknya kakak dan adik yang sedang mengobrol tentang berbagai hal. Salah satunya adalah terkait Pemilu 2024, di mana keduanya bersepakat menghadirkan kontestasi yang aman dan damai.

Jelasnya, pertemuannya dengan AHY tak akan berhenti. Sebab, dinamika jelang kontestasi harus dijaga dan keduanya saling menghormati pilihan politik masing-masing.

"Jadi memang hari ini hari yang sangat baik, hari yang penuh dengan semangat, dan pertemuan ini tentu sudah dinanti-nantikan, bukan cuma oleh media, tapi juga oleh kami. Bahwa membangun bangsa dan negara tidak hanya membicarakan politik praktis, tapi ada sebelumnya, sesudahnya, dan pascanya itu seperti apa," ujar Puan.

Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan pertemuan antara AHY dan Puan bisa berdampak positif terhadap iklim demokrasi di Indonesia. Selama ini, menurut Najmuddin, publik melihat jalinan komunikasi politik antar kedua tokoh ini tidak lancar lantaran pengaruh masa lalu SBY dengan Megawati Soekarnoputri. 

"Saya melihat pertemuan Puan dan AHY bisa berdampak positif bagi demokrasi. Dalam demokrasi tidak ada permusuhan. Yang ada hanya perbedaan pandangan tentang kebijakan. Apa yang terjadi selama bahwa Komunikasi antara Mega dan SBY memang menemui titik ketidaksepahaman. Ini justeru dapat merusak demokrasi," kata Najmuddin, Senin (19/6/2023). 

Najmuddin berharap usai pertemuan AHY dengan Puan ini berlanjut kepada inisiasi pertemuan SBY dan Megawati. 

"Saya berharap pertemuan kedua elite partai itu merupakan bagian dari politik silaturahmi. Karena langkah tersebut dapat menciptakan suasana politik yang damai," ujar Najmuddin. 

 

 

Beda jalur karier anak SBY dan Jokowi - (Republika/berbagai sumber)

 

 

 
Berita Terpopuler