Perang Rebut Kehidupan di Perbatasan Rusia-Ukraina

Warga Rusia harus menyesuaikan diri menjadi pengungsi di dalam negaranya sendiri.

AP Photo/Vadim Belikov
Roket Rusia diluncurkan melawan Ukraina dari wilayah Belgorod Rusia, terlihat dari Kharkiv, Ukraina, Rabu, 7 Juni 2023.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BELGOROD -- Irina Shevtsova melarikan diri dari rumahnya di Rusia selatan untuk menghindari penembakan lintas batas dari Ukraina. Sepekan kemudian, dia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai pengungsi di dalam negaranya sendiri.

Baca Juga

Shevtsova adalah satu dari ribuan orang Rusia yang telah meninggalkan rumahnya dan berlindung di Belgorod, kota besar Rusia terdekat yang berbatasan dengan Ukraina. Mereka menghabiskan waktu dengan minum kopi, bermalas-malasan di tempat tidur, memilah-milah tumpukan pakaian sumbangan, dan bertanya-tanya kapan mereka bisa pulang dari tempat penampungan sementar.

"Ini sangat menakutkan, kami takut, kami tidak percaya pada apa pun, akhir-akhir ini kami berhenti percaya. Kami melompat setiap kali mendengar suara. Anak-anak dan orang tua kami sangat ketakutan," kata perempuan berusia 62 tahun.

Jumlah orang Rusia yang mengungsi adalah sebagian kecil dari jutaan orang Ukraina yang telah menjadi pengungsi dan melihat kota-kota mereka hancur dalam konflik. Namun lebih dari 15 bulan setelah Presiden Vladimir Putin mengirim pasukannya ke Ukraina, Belgorod dan wilayah sekitarnya merasakan pukulan balik dari operasi militer khusus lebih menyakitkan daripada bagian lain Rusia.

Pada akhir Mei, dua kelompok milisi yang terdiri dari orang-orang Rusia yang bertempur di pihak Ukraina menyeberang dari Ukraina. Mereka menggunakan kendaraan lapis baja dalam serangan terbesar ke Rusia sejak konflik dimulai, melakukan pertempuran dua hari dengan pasukan Rusia.

 

Seorang petugas penjaga perbatasan Rusia memeriksa sebuah mobil di titik penyeberangan perbatasan Pelkola di Imatra, Finlandia tenggara, Jumat, 14 April 2023. - (AP Photo/Sergei Grits)

Rusia mengatakan, telah membunuh lebih dari 70 dari mereka dan mendorong sisanya kembali melintasi perbatasan. Ukraina menyatakan tidak ada hubungannya dengan serangan itu yang dianggapnya sebagai perselisihan internal Rusia.

Baca Juga: Perkuat Pertahanan Ukraina, AS Kirim Bantuan Tambahan Rp 31 Triliun

Penggerebekan itu mendorong pemimpin tentara bayaran Rusia Yevgeny Prigozhin mencemooh militer Rusia. Dia menilai, Moskow gagal mempertahankan Belgorod dan melontarkan kemungkinan bahwa para pasukan Wagner akan datang membantu wilayah tersebut.

Lyudmila Rumyantseva mengatakan, bantuan dari Prigozhin atau pemimpin wilayah Chechnya selatan Rusia yang juga mengendalikan pasukannya sendiri Ramzan Kadyrov mungkin tidak akan salah. Dia melarikan diri dari kota Shebekino dekat perbatasan Ukraina pada awal Juni.

"Saya pikir mereka memiliki sikap yang lebih ketat, lebih bertanggung jawab, mungkin. Kami akan senang melihat salah satu dari mereka jika mereka dapat mengembalikan rumah kami kepada kami," kata Rumyantseva.

 

Empat Wilayah Ukraina Dicaplok Rusia - (Aljazirah/bbc)

Kehidupan di Belgorod sebagian besar tampak normal di awal musim panas yang hangat. Anak-anak mengendarai skuter dan mobil mainan di Victory Park, sementara musik pop menggelegar dari pengeras suara.

Tapi pengingat terhadap adanya konflik tidak jauh. Tanda yang mengarahkan orang ke tempat penampungan terdekat adalah pemandangan umum. Helikopter militer kadang-kadang terlihat di atas kepala.

Baca Juga: Gedung Putih: Rusia Gunakan Ratusan Drone Iran Serang Ukraina

Gubernur Vyacheslav Gladkov merasa perlu untuk menerbitkan video yang meyakinkan warga bahwa tidak ada kehadiran musuh di wilayah tersebut. Namun akun Telegramnya setiap akhir pekan ini mencatat puluhan serangan di desa-desa dekat perbatasan.

Serangan mortir, tembakan artileri, atau bom yang dijatuhkan dari pesawat tak berawak memang tidak menimbulkan korban jiwa. Namun itu menyebabkan kerusakan pada bangunan, kendaraan, dan infrastruktur.

Penduduk Shebekino lainnya yang tergusur Alexandra Bespalova mengatakan, dia masih mendukung tindakan Moskow di Ukraina. Namun dia menilai Rusia perlu melakukan sesuatu untuk melindungi wilayahnya sendiri.

"Saya selalu percaya bahwa kami benar, bahwa pemerintah kami benar mengambil Luhansk, wilayah Donbas, rakyat Rusia kami di bawah sayapnya. Namun saya juga percaya, sangat yakin, bahwa Anda harus membela diri terlebih dahulu," ujarnya.

Manfaatkan Telegram

Perang Ukraina Rusia juga menyebabkan bencana baru yaitu hancurnya bendungan besar. Kerabat dan teman-teman warga yang terdampak banjir di Kota Kherson akibat kebocoran Bendungan Nova Kakhovka mengajukan permintaan bantuan dengan mengunggah nama, foto, dan lokasi GPS warga. Koordinator grup sukarelawan di aplikasi kirim-pesan Telegram mengatakan permintaan semakin mendesak karena warga kehabisan air minum.

Salah seorang pria bernama Sergei mengatakan, terakhir kali ia berbicara dengan ayah mertuanya yang berusia 83 tahun di wilayah Oleshky beberapa hari sebelum bendungan rusak.

"Informasi terakhir terdapat banyak air di jalan, setinggi orang, rumah-rumah ambruk dan kemasukan air," kata Sergei, Kamis (8/6/2023).

Ukraina mengatakan, banjir mengakibatkan ratusan ribuan orang kehilangan akses air minum, merendam puluhan ribu hektare lahan pertanian, dan mengubah setidaknya 500 ribu hektare lahan tanpa irigasi menjadi "gurun."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta bantuan internasional yang "jelas dan cepat" untuk membantu korban banjir. Ia menggelar rapat darurat di Kherson, satu dari lima wilayah yang dianeksasi, tapi hanya sebagian yang dikuasai Rusia.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan, lembaga bantuan itu telah mengirimkan botol-botol air minum, tablet pemurni air, peralatan higienis, dan jeriken. "Air minum masih menjadi yang paling dibutuhkan," kata OCHA.

Kremlin mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin belum memiliki rencana mengunjungi wilayah terdampak banjir, tapi terus mengawasi situasinya. Tanpa memberikan bukti Putin menuduh Ukraina menghancurkan bendungan yang terletak di wilayah yang dikuasai Rusia.

Kiev mengatakan, beberapa bulan yang lalu pasukan Rusia meletakkan ranjau di bendungan itu di awal invasi. Mereka menuduh Rusia sengaja meledakkannya untuk mencegah pasukan Ukraina menyeberangi Sungai Dnipro untuk menggelar serangan balik.

Belum diketahui jumlah korban tewas akibat banjir. Wali Kota Nova Kakhovka yang ditempatkan Rusia mengatakan setidaknya lima orang meninggal dunia tapi kemungkinan total korban jiwa jauh lebih tinggi.

Gubernur Kherson, Ukraina, Oleksandr Prokudin mengatakan 68 persen daerah yang terdampak banjir terletak di tepi Sungai Dnipro yang dikuasai Rusia. Ia mengatakan "rata-rata tinggi permukaan banjir" di wilayah Kherson pada Kamis pagi sekitar 5,61 meter.

 
Berita Terpopuler