Pasta Gigi Bukan Obat Jerawat, Malah Bisa Merusak Kulit

Kemanjuran pasta gigi untuk obati jerawat hanyalah mitos.

Wikipedia
Pasta gigi (ilustrasi). Menurut mitos, pasta gigi dapat obati jerawat.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun pasta gigi mint memiliki sifat antibakteri, itu dapat merusak jika dipakai di kulit. Seorang konsultan kulit dan ahli jerawat dari Harley Street di Inggris, dr Anjali Mahto, menjelaskan pasta gigi mengandung zat yang dapat mengiritasi dan merusak kulit.

"Seperti banyak 'pengobatan rumahan' lainnya, menggunakan pasta gigi dengan cara ini tidak dianjurkan oleh dokter kulit," ungkap dr Mahto, dikutip dari The Sun, Ahad (4/6/2023).

Ada perawatan yang jauh lebih efektif dan lebih aman untuk mengobati jerawat. Obatnya bisa dibeli tanpa resep di apoteker atau dokter umum.

Seorang konsultan dermatologis di GetHarley, dr Zainab, juga sepakat soal ini. Dia mengatakan, pasta gigi mungkin terdengar seperti solusi sederhana, tetapi ini menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikannya.

"Pasta gigi mengandung bahan yang bisa menyebabkan kulit kemerahan, gatal, radang dan terbakar. Sayangnya, keefektifannya melawan jerawat hanyalah mitos," tutur Dr Zainab.

Pasta gigi memiliki tingkat pH (derajat keasaman) yang lebih tinggi daripada produk yang dirancang khusus untuk jerawat. Ini berarti bahwa pasta gigi dapat menyebabkan kulit kering, sensasi terbakar, dan menyumbat pori-pori.

Dokter Mahto justru merekomendasikan mereka yang berjerawat untuk mencoba perawatan topikal. Ada beberapa bahan aktif yang harus ada produk, yakni benzoil peroksida dan niacinamide.

"Anda dapat memasukkannya ke dalam rutinitas perawatan kulit sehari-hari," kata dr Mahto yang juga mengajar di London, Inggris.

Perawatan yang menggunakan 5 persen benzoil peroksida membantu membunuh hingga 95 persen bakteri jerawat dalam satu pekan. Benzoil peroksida memiliki efek membuka pori-pori untuk mengurangi pori-pori tersumbat yang didorong oleh efek genetika dan hormon.

Dokter Mahto juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan krim tabir surya setiap hari. Selain itu, hindari terlalu sering mencuci muka.

Sebagian besar reaksi biologis pemicu jerawat terjadi di bawah kulit, bukan di permukaan. Itu artinya, kebersihan kulit tidak banyak berpengaruh pada jerawat.

Baca Juga

"Mencuci wajah lebih dari dua kali sehari hanya bisa memperparah kulit dan memperburuknya," kata dr Mahto.

Jerawat utamanya terbentuk akibat peningkatan atau perubahan hormon selama masa remaja. Ini menyebabkan kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak minyak sehingga menyumbat pori-pori.

Bakteri yang hidup di kulit dapat bertindak pada pori yang tersumbat ini, sehingga menyebabkan peradangan yang lebih dalam. Siapa pun yang berjuang dengan jerawat dalam jangka panjan, harus berbicara dengan dokter karena penyebab utama dari kondisi ini adalah hormon.

 

"Jangan takut berkonsultasi dengan dokter mengenai pilihan resep jika keadaan tidak membaik dan berdampak pada kesehatan mental," kata dr Mahto.

 

Seorang profesional perawatan kesehatan dapat memberi rekomendasi tentang langkah selanjutnya, tergantung pada luas dan tingkat keparahan jerawat. Dokter juga akan mempertimbangkan kesehatan mental dan bagaimana perasaan pasien terhadap tumbuhnya jerawat.

 

Penelitian menunjukkan 95 persen orang berusia 11 hingga 30 tahun di Inggris dipengaruhi oleh jerawat sampai batas tertentu. Ini paling sering terjadi pada anak perempuan berusia 14 hingga 17 tahun, dan anak laki-laki berusia 16 hingga 19 tahun.

 

 
Berita Terpopuler