Buntut Tawuran PSHT dan Brajamusti, Aktivitas Belajar Sekolah Dilakukan di Rumah

Sisa-sisa tawuran seperti batu dan pecahan kaca masih berserakan di sekitar lokasi.

Republika/Wihdan Hidayat
Benda-benda yang digunakan saat tawuran di Komplek Perguruan Tamansiswa, Yogyakarta, Senin (5/6/2023). Komplek Perguruan Tamansiswa menjadi lokasi evakuasi anggota PSHT saat tawuran dengan warga pada Ahad (4/6/2023) malam. Imbasnya salah satu bangunan yakni Museum Dewantara Kirti Griya ditutup sementara karena mengalami sedikit kerusakan.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kerusuhan yang terjadi di Jalan Tamansiswa, Mergangsan, Kota Yogyakarta, menjadikan aktivitas belajar sekolah di kawasan tersebut dilakukan di rumah. Seperti di sekolah Ibu Pawiyatan Taman Siswa Bagian Taman Muda (SD).

"Sekolah bukan diliburkan, tapi belajar dari rumah," kata Ketua Bagian Ibu Pawiyatan Taman Siswa Bagian Taman Muda (SD), Anastasia Riya Triasih, saat ditemui di ruangannya, Senin (5/6/2023).

SD tersebut terletak di belakang Pendopo Tamansiswa. Pendopo tersebut juga terkena imbas atas kerusuhan yang terjadi pada Ahad (4/6/2023) di Tamansiswa.

Anastasia mengatakan, pekan ini merupakan waktu dilaksanakannya ujian bagi para pelajar. Mengingat Senin (5/6/2023) ini kegiatan pembelajaran dilakukan dari rumah, pelaksanaan ujian pun harus diundur.

"Ujian hari ini kita mundurkan dan sepakat kepada orang tua lewat WA (WhatsApp) dan juga ada orang tua yang datang ke sekolah, pelaksanaan ujian mundur di lain waktu," ujar Anastasia.

Ia menyebut, dijadikannya pembelajaran dari rumah buntut dari kerusuhan tersebut hanya dilakukan satu hari. Dengan begitu, mulai Selasa (6/6/2023) besok aktivitas pembelajaran akan kembali dilakukan dengan normal.

"Kita belajar dari rumah satu hari saja karena kondisi hari (Senin) ini sudah enggak apa-apa. Besok mulai masuk seperti biasa," jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa keputusan untuk dilakukannya pembelajaran dari rumah karena masih ada anak-anak yang trauma atas kerusuhan tersebut. Terlebih, ketika Senin (5/6/2023) masih terdapat sisa-sisa kerusuhan, seperti batu hingga pecahan kaca yang berserakan di sekitar lokasi.

"Semua orang tua merasa ketakutan dan sekolah kita adalah anak dasar, jadi kalau ada sesuatu belum bisa lari kencang seperti anak-anak lain. Anak-anak itu kalau melihat bekasnya (kerusuhan) saja sudah merasa trauma, ketika masih ada beling, masih ada sandal-sandal berserakan, yang kita datang jam 6.15 WIB saja masih ada polisi, otomatis anak-anak akan merasa ketakutan," ucap Anastasia.

"Daripada kita membuat anak-anak panik, kita koordinasikan dan sudah ada izin dari yayasan, disuruh untuk koordinasi dengan orang tua bahwa boleh untuk belajar dari rumah," kata dia menambahkan.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler