AS Terancam Gagal Bayar Utang, BI Perkuat Nilai Tukar Rupiah

Kondisi AS tersebut akan berdampak kepada seluruh dunia.

dok. Republika
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan sambutan dalam pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2023, Senin (8/5/2023).
Rep: Rahayu Subekti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negosiasi kenaikan plafon utang Amerika Serikat (AS) masih berjalan alot dan mengancam adanya default atau gagal bayar utang. Merespons hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan tetap mewaspadai respons pasar yang akan terjadi.

"Kami fokus kebijakan saat ini BI memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Perry dalam konferensi pers RDG bulanan BI Mei 2023, Kamis (25/5/2023).

Selain itu, Perry mengatakan, BI juga akan mengantisipasi dampak rambatannya. Beberapa hal yang juga harus diantisipasi, yaitu imported inflation.

Perry menilai, kondisi AS tersebut akan berdampak kepada seluruh dunia. Selain itu, juga dengan meningkatnya ketidakpastian pasar dan keuangan global.

"Respons kami bagaimana memperkuat stabilisasi rupiah dengan dua cara yaitu triple intervention dan twist operation," ujar Perry.

Saat ini, Amerika Serikat berpotensi mengalami gagal bayar utang. Hal tersebut dikarenakan utang AS sudah melebihi ambang batas 31,4 triliun dolar AS.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler