Reaksi Ganjar dan Anies Setelah Survei Terbaru Hasilkan Elektabilitas Prabowo Teratas

Survei memprediksi Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.

Republika/Thoudy Badai
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto saat menghadiri silaturahmi dan tausiah kebangsaan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (18/5/2023). Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas dan LSI Denny JA, elektabilitas Prabowo saat ini teratas di antara para bakal capres.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Wilda Fizriyani, Wahyu Suryana

Baca Juga

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Prabowo lebih tinggi dibandingkan dengan bakal calon presiden (capres) PDIP Ganjar Pranowo. Hasil survei pada Mei 2023 menunjukkan, Prabowo di tempat pertama dengan 24,5 persen. Sedangkan, Ganjar ditempat kedua 22,8 persen disusul Anies dengan 13,6 persen. 

Sebelumnya, survei LSI Denny JA juga menemukan elektabilitas Prabowo Subianto selama Mei mampu mengungguli Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Simulasi tiga capres, Prabowo jadi yang pertama berpotensi masuk putaran kedua.

Elektabilitas Prabowo selama Mei sendiri mencapai 33,9 persen, disusul Ganjar 31,9 persen dan Anies 20,8 persen. Sisanya, ada 13,4 persen yang belum menentukan pilihan. Hal ini membuat potensi putaran kedua terjadi.

Bakal capres yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo merespons singkat terkait elektabilitas para bakal capres di survei terbaru. Ganjar menanggapi santai hasil survei tersebut.

"Biasa aja," kata Ganjar ditemui Perpustakaan UGM, Kamis (25/5/2023).

Sebelumnya Ganjar sempat unggul di sejumlah survei. Namun dalam survei kali ini elektabilitas dirinya berada di bawah elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. 

Dirinya mengaku tak mempermasalahkan hal tersebut. "Yo nggak apa-apa," ucapnya.

Dirinya juga menanggapi soal isu Prabowo jadi cawapresnya. Ganjar menuturkan hal tersebut masih dibicarakan.

"Enggak, itu masih dibahas, tunggu saja," ucapnya.

 

 

 

Sementara, bakal capres yang diusung Koalisi Perubahan, Anies Baswedan menegaskan tetap memiliki optimisme tinggi dalam memenangkan Pilpres 2024. Hal ini diungkapkannya dalam menanggapi hasil survei dari Litbang Kompas.

 

"Kalau soal optimisme, optimisme tinggi. Bahkan, kami sangat optimis karena kita merasakan aspirasi, keinginan tentang perubahan penomorsatuan itu bergaung di mana-mana jadi kami optimis," jelas Anies seusai menghadiri Istighosah dan Pengajian Umum di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Turen, Kabupaten Malang, Rabu (24/5/2023) sore.

Meskipun demikian, Anies tidak menampik optimis saja tidak cukup memenangkan Pilpres 2024. Hal ini berarti pihaknya harus tetap berusaha semaksimal mungkin. Dia menganggap perolehan survei tersebut sebagai masukan untuknya ke depan.

Pada kesempatan tersebut, dia juga turut menyinggung hasil surveinya saat mengikuti Pilkada DKI Jakarta lalu. Pada proses tersebut, dia tidak pernah menemukan dirinya masuk jajaran urutan pertama di hasil survei manapun. Anies hanya mampu memperoleh posisi kedua dan itu pun hanya satu atau dua hasil survei.

 

Tidak hanya itu, dia juga sempat ditempatkan di urutan tiga pada Litbang yang sama. Perolehan survei tersebut jauh sekali dengan hasil resmi yang didapatkannya pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Jadi kita ingin menyampaikan bahwa masih ada delapan bulan, masih ada potensi fluktuasi dan ini dijadikan masukan," jelasnya.

Sebelumnya, Anies menyampaikan kegelisahan tentang survei-survei menuju Pemilu 2024. Pasalnya, ia merasa, belakangan survei begitu sering bermunculan.

Hal itu diungkapkan tepat setelah menghadiri dan memberi pidato politik di Milad 21 PKS. Tepatnya, ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan awak media tentang lembaga-lembaga yang melakukan survei soal Pilpres 2024. 

"Saya sampai kadang-kadang mikir, ini survei memotret opini atau survei membentuk opini ya," kata Anies di acara Milad 20 Tahun PKS, di Istora Senayan, Sabtu (20/5/2023).

Pasalnya, lanjut Anies, lembaga-lembaga survei semakin sering memberi rilis survei tentang Pilpres 2024, bahkan kadang-kadang setiap pekan sekali. Meski begitu, ia mengaku tidak mau ambil pusing terkait itu.

Ia berpendapat, itu merupakan hak dari orang-orang yang melaksanakan survei tersebut. Bahkan, Anies mengaku melihat rilis-rilis survei itu sebagai pemicu untuk bekerja lebih keras lagi menghadapi 2024 nanti.

"Bekerja lebih keras, menjangkau semua dan mengajak untuk berkompetisi dalam rekam jejak, rekam gagasan dan rekam karya," ujar Anies.

 

Pengamat politik, Aditya Perdana mengatakan, publik berasumsi langkah politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) benar-benar sejalan apa yang diputuskan partainya. Terutama, setelah penetapan capres Ganjar Pranowo oleh PDIP.

Namun, belakangan asumsi ini malah tidak sepenuhnya tepat. Pasalnya, Presiden Jokowi menunjukkan adanya keberpihakan dukungan pilihan politiknya tidak hanya kepada Ganjar, tapi juga ke Prabowo Subianto.

Bahkan, kepada calon wakil presiden potensial lainnya seperti Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Sandiaga Uno dan lain-lain. Artinya, Presiden Jokowi memang sedang menunjukkan kepada elite partai dan kepada publik.

"Bahwa ia memiliki posisi politik di beberapa calon yang perlu dijadikan pertimbangan untuk dapat dipilih," kata Aditya lewat rilis yang diterima Republika, Kamis (25/5/2023).

Direktur Eksekutif Algoritma ini menilai, dalam posisi Presiden Jokowi seperti itu elite partai politik memperhatikan beberapa hal. Satu, restu Jokowi pertimbangan penting dalam rancang bangun arah koalisi partai.

Serta, kaitannya dengan strategi partai dalam kontribusi di pemerintahan berikutnya. Kedua, harapan efek elektoral dari dukungan Jokowi yang bisa dimobilisasi. Berbagai data survei menyebutkan ada potensi tersebut.

Meski begitu, Aditya mengaku masih ragu itu akan sepenuhnya diikuti oleh suara pemilih karena tentu pemilih memperhatikan sosok figur dan partai yang diusung. Sehingga, tidak sepenuhnya akan merespon pilihan Jokowi.

"Apalagi, pilihan tersebut tidak tunggal," ujar Aditya.

Dalam konteks efek dukungan Jokowi, bisa dipahami bila dinamika koalisi pencapresan ternyata tidak mudah ditebak. Tidak cuma soal keterpilihan capres-cawapres yang belum sepenuhnya aman untuk memenangkan pilpres.

Tetapi, dosen Fisip Universitas Indonesia itu menambahkan, bagaimana koalisi parpol sampai hari ini belum menemukan kesepakatan tertentu. Yang mana, dapat menjamin keterpilihan kandidat yang diusungnya.

"Inilah situasi yang rumit dalam koalisi pilpres saat ini," kata Aditya.

 

Infografis Koalisi Perubahan dan Perjalanan Pencapresan Anies Baswedan - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler