Mengapa Islam Memandang Penting Ketahanan Keluarga?

Nilai keagamaan adalah pondasi dalam membangun ketahanan keluarga.

AP/Manish Swarup
Seorang gadis Muslim India berpakaian peri bermain dengan keluarganya setelah berbuka puasa pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Jama di New Delhi, India, Ahad, 3 April 2021. Mengapa Islam Memandang Penting Ketahanan Keluarga?
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari seluruh lembaga sosial yang berkembang di masyarakat. Sebagai pusat terpenting dari kehidupan individu, keluarga berperan pertama dan utama dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai.

Hal tersebut disampaikan Penghulu Ahli Muda dan Kepala KUA Kecamatan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya, Ustadz Roni Haldi Menurutnya, keluarga merupakan lembaga paling efektif menanamkan nilai awal pada generasi penerus bangsa.

Ia menerangkan, jika sebuah generasi sejak awal terbiasa melakukan hal-hal baik berdasarkan pemahaman yang benar maka akan terbentuklah sebuah ketahanan yang kuat dalam dirinya. Ketahanan individu inilah yang nantinya menjadi bekal untuk siap menghadapi setiap tantangan dalam kehidupannya dimanapun dia berada.

"Ketahanan yang lahir dari penanaman pendidikan dan nilai-nilai mulia, ditanam dirawat dan dijaga dalam sebuah lembaga bernama keluarga," kata Roni kepada Republika.co.id, Ahad (21/5/2023).

Ia menyampaikan, dalam perspektif Islam, keluarga sebagai tumpuan utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Setiap keluarga berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya dengan landasan keimanan dan ketaqwaan, serta kepatuhan dalam menjalankan nilai-nilai ajaran agamanya. Jauh dari penyimpangan nilai, baik nilai ilahiyah maupun nilai insaniyah.

Nilai ilahiyah tercermin pada kuatnya keyakinan diri yang merasa selalu diawasi oleh Allah. Sehingga komitmen untuk membina ikatan suci semakin kuat terjaga, karena sebuah keluarga diikat dalam mitsaqan ghaliza. Sedangkan nilai insaniyah akan menenggangkan rasa menghormati kedudukan wanita sebagai pendamping hidup dan menyemangati jiwa untuk menata kehidupan meniti surga.

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tahrim: 6).

Baca Juga

Nilai Keagamaan Pondasi Membangun Ketahanan Keluarga

Ustadz Roni menyampaikan, rekonstruksi pondasi ketahanan melalui perwujudan ketahanan keluarga sangat penting dilakukan.

Ia mengatakan, jika komitmen individu terhadap nilai-nilai ajaran agama lemah dan pengetahuan akan nilai-nilai agama rendah. Maka membuat komitmen terhadap implementasi nilai-nilai keagamaan menjadi rendah. Akibatnya ketahanan keluarga akan mudah rapuh dan goyah.

"Padahal nilai-nilai keagamaan adalah pondasi dalam membangun ketahanan keluarga," ujar Ustadz Roni.

Ia menerangkan gaya hidup hedonis dan materialistis, dan kehidupan yang lebih mementingkan materi membuat orang tua hanya berpikir untuk mencari uang yang banyak. Selain itu, anak hanya dicukupi secara materi namun mengabaikan aspek kasih sayang dan perhatian.

Akibatnya anak-anak banyak mencari perhatian di luar rumah. Sehingga cenderung melakukan perilaku menyimpang seperti ikut paham radikal, pelaku kekerasan, narkoba dan sebagainya.

"Minimnya komunikasi antar anggota keluarga, tuntutan ekonomi terkadang membuat kedua orang tua harus bekerja, kesibukan dalam bekerja seringkali membuat komunikasi antar anggota keluarga menjadi terhambat," jelas Ustadz Roni.

Menurutnya, pembinaan keluarga yang dimaksud adalah memperhatikan setiap hal yang terjadi pada anak dan memahami arahan apa saja yang harus diberikan kepada mereka sesuai kapasitasnya. Jika pembinaan keluarga ini lemah bahkan tidak berjalan maka ketahanan keluarga mustahil akan tercapai.

Syarat Tercapainya Ketahanan Keluarga

Ustaz Roni menjelaskan, ketahanan keluarga dapat dicapai bila mampu memenuhi beberapa aspek. Pertama, kemandirian nilai, khususnya nilai-nilai agama akan mampu membentengi anggota keluarga dari perilaku hedonis atau materialistis dan bahkan ideologi radikal.

"Orang tua menjalankan fungsi sosialisasi berdasarkan nilai-nilai keagamaan. Jika anak sudah memiliki pondasi nilai-nilai agama yang kuat, maka ia tidak akan mudah terpengaruh oleh nilai-nilai menyimpang yang datang akibat teknologi dan globalisasi," jelas Ustaz Roni.

Kedua, kemandirian ekonomi baik dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam Islam, seorang ayah berkewajiban untuk mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, sebab nafkah yang haram bisa memberikan dampak yang negatif bagi anak.

Orang tua harus benar-benar menjamin bahwa makanan yang dia berikan kepada anaknya 100 persen halal. Sedikit saja tercampur dengan yang syubhat atau bahkan haram, maka anak akan merasakan akibat buruknya. Darahnya terkontaminasi, dagingnya tersusun dari zat haram maka hatinya akan tertutup dari rahmat Allah.

"Kalau terjadi seperti ini biasanya anak suka membantah nasehat orang tua, tidak taat dan patuh, terlibat narkoba, menjadi anak nakal dan sebagainya," kata Ustadz Roni

Ia mengatakan, yang ketiga, kepekaan sosial yang tinggi. Berlandaskan ketaqwaan kepada Allah, pembentukan karakter yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah dilakukan. Dimulai dengan melatih sikap santun pada orang lain, suka menolong, sangat perhatian terhadap masalah-masalah sosial, memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya.

"Keempat, pembinaan ketahanan keluarga yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembinaan tak hanya dicukupkan pada saat sebelum menikah atau yang dikenal dengan bimbingan pra nikah. Tapi diperlukan keseriusan dalam bentuk program peneguhan ketahanan keluarga secara berkelanjutan dan berkesinambungan agar ketahanan keluarga terjaga dalam kehidupan," kata Ustadz Roni.

 
Berita Terpopuler