Buya Anwar Juga Tolak Kedatangan Coldplay Sejalan dengan PA 212, Ini Alasannya   

Buya Anwar menilai image yang melekat di Coldplay kerap kampanyekan LGBT

Republika TV/Mauhammad Rizki Triyana
Buya Anwar Abbas menilai image yang melekat di Coldplay kerap kampanyekan LGBT
Rep: Zahrotul Oktaviani, Fuji E Permana  Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyatakan penolakan atas konser band Coldplay di Indonesia. Image grup tersebut sebagai pendukung LGBT disebut bertentangan dengan agama dan dasar negara ini. 

Baca Juga

"Perilaku LGBT itu bertentangan dengan ajaran agama yang ada. Agama yang diakui di Indonesia ini ada enam dan semuanya menolak LGBT," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (18/5/2023). 

Sebagai bangsa yang beragama dan sesuai dengan pasal 29 ayat 1, dinyatakan Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, maka negara dan pemerintah harus memperhatikan nilai dan ajaran agama. 

Jika selanjutnya ada pihak-pihak yang ingin merusak dan melanggar ajaran agama, Buya Anwar menyebut pemerintah harus turun dan tidak mentolerirnya. Kehadiran Coldplay, selaku pendukung LGBT, disebut sama dengan mengundang orang yang terkenal di dunia musik untuk mengkampanyekan hal tersebut. 

"Menurut saya, menjadi kewajiban pemerintah tidak memberi izin penyelenggara untuk menyelenggarakan konser musik yang berbau LGBT ini," lanjut dia. 

Buya Anwar juga menyebut, baginya jangan sampai mengorbankan ideologi dan falsafah bangsa untuk mendapatkan uang. 

Meski nantinya dalam konser tidak ditampilkan atribut-atribut berbau LGBT, dia menyebut hal ini tetap tidak sepatutnya terus berjalan. 

Baca juga: Disebut Pengkhianat, Ini Daftar Santri Alumni Pesantren Sidogiri yang Jadi Tokoh Nasional 

Sebab, kesan atau image dari artis tersebut sudah dikenal luas sebagai pendukung kelompok LGBT. 

"Karena image dia kan sudah ketahuan pendukung LGBT. Carilah pemusik yang tidak bermasalah, kan banyak," ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. 

Di sisi lain, dia menyoroti perilaku beberapa penggemar artis ini yang sampai rela menjual barang-barangnya untuk membeli tiket. 

Tidak hanya itu, kini beredar tiket-tiket yang dijual beberapa kali lipat di atas harga aslinya. 

Menurutnya, hal ini sudah tidak sehat dan tidak baik. Dia pun menyarankan agar uang yang ada dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang lebih maslahat, bermanfaat dan lebih baik. 

"Menurut saya, kehadiran pemusik ini lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya. Oleh karena itu saya tidak setuju," kata Buya Anwar Abbas.  

Sementara itu, Ketua MUI Bidang Ukhuwah dan Dakwah, KH M Cholil Nafis, meminta agar saat berlangsung konser Coldplay tidak ada yang kampanye LGBT. 

"Kebiasaan Coldplay mengibarkan bendera pelangi itu harus disepakati saat konser di Indonesia tidak mengibarkan (bendera pelangi) karena itu bermakna kampanye LGBT," kata dia. 

Kiai Cholil menegaskan, pihak event organizer (EO) atau promotor konser Coldplay harus memastikan agar tidak ada kampanye LGBT. Mereka harus mematuhinya agar tidak jadi masalah di kemudian hari.

Sebelumnya diberitakan, dalam hitungan dua jam, semua kategori tiket konser Coldplay di Jakarta terpantau sudah full booked dan beberapa di antaranya sold out. 

Sejumlah warganet dan akun jasa titip (jastip) tiket turut mengunggah tangkapan layar yang menunjukan pembaruan di situs web pembelian tiket. 

Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan

Sementara itu, sejumlah warganet mengaku sedih karena mereka benar-benar sudah tidak bisa memesan tiket padahal situs prajual baru saja dibuka. 

Di lain pihak, Persaudaraan Alumni (PA) 212 menolak penyelenggaraan konser Coldplay yang direncanakan akan berlangsung pada November 2023. 

Menurut Wakil Sekjen PA 212, Novel Bamukmin, grup band asal London itu bertentangan dengan agama dan nilai Pancasila sebab mendukung LGBT dan ateisme. 

 "Jelas kami dari PA 212 menolak konser Coldplay yang mendukung LGBT, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, dan Coldplay bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila," kata Novel ketika dihubungi Republika.co.id pada Ahad (14/5/2023).      

 
Berita Terpopuler