Silaturahim FPAG: KH Anang Rikza Bicara Kalimatun Sawa Pesantren Alumni Gontor

Pesantren alumni Gontor dibangun dari semangat dan nilai perjuangan.

FPAG
Sarasehan FPAG di Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat NTB
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sarasehan Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) di Kompleks Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat NTB diikuti ratusan santri. Momen tersebut diramaikan dengan pembicaraan tentang kekhasan pesantren alumni Gontor yang disampaikan Sekretaris Jenderal FPAG KH Dr Anang Rikza Masyhadi

Baca Juga

“Meski ada banyak pesantren alumni Gontor dan masing-masing itu punya kekhasan, tapi semuanya punya kalimatun sawa (persamaan),” kata pengasuh Pondok Modern Tazakka tersebut di Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (16/5/2023). Beberapa persamaan itu adalah sebagai berikut.

PERTAMA, berangkat dari nilai perjuangan. Pesantren dibangun dengan perjuangan. “Ada yang bantu alhamdulillah, tak ada pun lanjut terus bangun pondok dengan segala usaha. Prinsipnya fil harokah barokah (di dalam gerakan ada berkah),” kata Kiai Anang.

Prinsipnya bukan mengandalkan bantuan. Tapi kalau ada yang bantu ya tidak jadi masalah. Tidak berpaku kepada bantuan. Kiai Anang mengutip omongan Kiai Abdullah Syukri Zarkasyi (1942-2020), “Yang penting pondok itu maju dulu, maju gagasannya, maju idenya, maju cita-citanya, maju amanahnya,” kata Kiai Anang.

Sungguh-sungguh memajukan semua itu, pasrahkan kepada Allah. Juallah ide, gagasan, cita-cita, amanah, kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam ayat at Taubah 111

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِ ۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

KH Dr Anang Rikza Masyhadi - (Erdy Nasrul/Republika)

Dengan menjual kepada Allah, maka Allah menghargai perjuangan dengan harga yang pantas, bukan harga murah. “Terbukti bantuan yang didapat kiai-kiai kita itu tidak kecil. Mulai ratusan dampai miliaran rupiah, melalui tangan-tangan orang baik,” ujar jebolan Universitas Al Azhar Mesir tersebut.

Halaman berikutnya >>

 

KEDUA, tata letak bangunan pesantren luas. “Antum lihat pesantren-pesantren saudara kita, pasti jarak satu bangunan dan lainnya luas, tidak sempit, membuat kita nyaman melihat satu tempat ke lainnya,” jelas Kiai Anang.

Kiai Syukri pernah bilang, buatlah pesantren yang luas, karena nanti yang datang ke pesantren adalah tokoh tokoh besar, menteri dan presiden. Semuanya akan bawa banyak mobil. Semua mobil mereka akan mudah bermanuver di dalam area pesantren.

KETIGA,  Membangun pesantren dimotivasi keinginan melahirkan generasi berkualitas, orang-orang besar, tokoh. Ketika belajar di Gontor, santri diberi tugas menjadi pemimpin di berbagai sektor. Ketua kelas, ketua kelompok olahraga, ketua kursus, ketua konsulat, ketua panitia, dan banyak lagi. “Pengalaman di Tazakka, dari 800-an santri, ada 603 santri berpengalaman jadi ketua, jadi pemimpin,” ujar Kiai Anang.

KEEMPAT, Santri harus berpakaian rapi. Pakai sarung dengan berikat pinggang itu style dan fashion tokoh. Santri berjas seperti tokoh. Berkemeja dan berpeci seperti tokoh. Bersepatu seperti tokoh. “Jadi sejak kecil santri sudah diajarkan dan dibiasakan menjadi tokoh, berpenampilan seperti pemimpin.”  

KELIMA, pesantren adalah lembaga pendidikan. Meskipun ada unit usaha yang menghasilkan keuntungan, hakikat unit usaha itu adalah untuk pendidikan. Jadi jangan keluar dari pendidikan.

KEENAM, Pancajangka pesantren adalah kaderisasi dulu, baru kemudian pergedungan. Mengapa begitu?

Kiai Anang menjelaskan pernah mendatangi Suriah. Di sana ada prinsip al insan tsumma al bunyan. Artinya orang dulu baru kemudian gedung. Maksudnya, SDM-nya dulu dibentuk. Dimantapkan dengan sekolah yang tinggi. Baru setelah SDM-nya tersedia, dibangunkan gedung yang memadai.

 

Ada empat kata kunci membangun gedung. Pertama adalah kualitas. Bangunannya kokoh. Kedua, bernuansa seni, mengikuti arsitektur berbagai kawasan. Ketiga, efisiensi. Dibangun dengan biaya sehemat mungkin. Keempat, akuntabilitas. Laporan pembangunannya terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.

 
Berita Terpopuler