Erdogan Kritik Kemal Kilicdaroglu yang Tuduh Rusia Campuri Pilpres Turki

Erdogan pun mempertanyakan bukti yang dimiliki Kilicdaroglu terkait tuduhannya.

EPA-EFE/ERDEM SAHIN
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara dalam acara kampanye pemilihannya di Istanbul, Turki, Jumat (12/5/2023). Turki akan mengadakan pemilihan umum pada 14 Mei 2023 dengan sistem dua putaran untuk memilih presidennya, sedangkan pemilihan parlemen akan diadakan secara bersamaan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu yang menuduh Rusia berusaha mengintervensi pemilihan presiden (pilpres) di negara tersebut. Kilicdaroglu adalah lawan utama Erdogan dalam pilpres yang bakal digelar pada Ahad (14/5/2023).

Baca Juga

“Apa yang dikatakan juru bicara Kremlin? (Dmitry) Peskov mengatakan: Dia (Kilicdaroglu) berbohong, dia harus menjelaskan, dan dia harus membuktikannya’,” kata Erdogan dalam acara kampanyenya yang digelar di Istanbul, Sabtu (13/5/2023), dikutip laman Anadolu Agency.

Erdogan pun mempertanyakan bukti yang dimiliki Kilicdaroglu terkait tuduhannya terhadap Moskow. “Apakah Anda punya bukti? Tidak! Kemudian, dia mulai bergeser. Dia berkata: 'Kami mendengar seperti itu. Tidak ada bukti tapi (itu) mungkin'. Politik macam apa itu? Bangsa saya tidak akan menyerahkan negara ini kepada Anda," ujar Erdogan.

Erdogan mengatakan, Rusia adalah salah satu sekutu penting Turki di bidang pertanian, industri pertahanan, dan pariwisata. "Dari mana hampir 5,5 juta turis datang kepada kita? Itu berasal dari Rusia. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan melakukannya dengan instruksi yang Anda terima dari Amerika? Apakah Anda akan melakukannya berdasarkan instruksi yang Anda dapatkan dari (Presiden AS Joe) Biden?” ucapnya.

"Biden menginstruksikan bahwa 'Kita harus menjatuhkan Erdogan'. Saya tahu ini. Semua orang-orang saya tahu ini. Sekarang, besok, kotak suara akan memberikan jawaban kepada Biden juga," kata Erdogan.

Sebelumnya Kemal Kilicdaroglu mengatakan, partainya memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pilpres di negara tersebut yang diagendakan digelar pada 14 Mei 2023. “Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, Jumat (12/5/2023).

 

Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow kemudian segera membantah tuduhan Kilicdaroglu. 

"Kami sangat menolak pernyataan seperti itu, kami secara resmi menyatakan tidak ada campur tangan. Jika seseorang memberikan informasi seperti itu kepada Tuan Kilicdaroglu, maka mereka pembohong, hanya itu yang bisa saya katakan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Dia mengungkapkan, secara umum, Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki. Sebab sejauh ini Turki telah mengambil posisi sangat bertanggung jawab, berdaulat, dan bijaksana dalam berbagai masalah regional serta global yang dihadapi Moskow. “Dan posisi (Turki) ini sangat kami sukai. Sebagai negara yang menghargai hubungan bilateral, ia akan memastikan tidak melakukan apa pun yang menentang mitranya," ujar Peskov.

Peskov menekankan, Rusia telah berulang kali menyatakan dan menegaskan tidak mencampuri urusan dalam negeri serta proses pemilu negara lain. Menurutnya, Kemal Kilicdaroglu harus mengingat bagaimana AS menuduh Rusia mencampuri pilpresnya pada 2020. “Mereka (AS) menghabiskan puluhan juta dolar untuk penyelidikan dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada campur tangan," ucap Peskov.

Pernyataan Kilicdaroglu perihal konten palsu dibuat sehari setelah kandidat lainnya dalam pilpres Turki, yakni Muharrem Ince, memutuskan tak melanjutkan pencalonannya pada Kamis (11/5/2023). “Saya mundur dari pencalonan. Saya melakukan ini untuk negara saya,” kata Ince kepada awak media di depan markas partainya, yakni Partai Tanah Air.

Ince mengambil keputusan tersebut setelah dirinya menjadi sasaran “pembunuhan karakter” secara daring. Gambar palsu dirinya bertemu wanita dan berkeliling menggunakan mobil mewah beredar di internet.

 

 

 
Berita Terpopuler