Penobatan Raja Charles III, Harapan Islam di Inggris Raya

Charles kerap memuji Islam dan menentang islamofobia.

AP/Alastair Grant
Raja Charles III dari Inggris. Penobatan Raja Charles III, Harapan Islam di Inggris Raya
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kerajaan Inggris dan masyarakatnya saat ini tengah menantikan pelantikan Raja Charles III. Pemimpin baru ini menyimpan banyak harapan dan impian dari rakyat-rakyatnya.

Baca Juga

Raja baru ini, meskipun tidak memiliki kekuasaan eksekutif, menyandang gelar pembela iman dan gubernur tertinggi Gereja Inggris. Bagi banyak orang, minat dan pandangannya yang hangat tentang Islam adalah sebuah tanda harapan.

Setelah serangan 9/11 di AS, Charles, yang lama membenamkan dirinya dalam Islam, berupaya mempelajari tekstil, taman dan arsitektur agama. Hal-hal ini membantunya mengukuhkan pandangannya yang menentang Islamofobia.

Bahkan, Charles pernah mengutip ayat Alquran selama kunjungannya ke Pakistan pada 2006. "Hanya mereka yang memiliki hati yang memperhatikan; hanya mereka yang percaya atau melihat tanda-tanda yang memiliki hati," kata dia dikutip di Arab News, Sabtu (6/5/2023).

Charles, yang juga menjabat sebagai pelindung Pusat Studi Islam Oxford, pernah belajar bahasa Arab selama enam bulan sebelum tur Teluknya pada 2016. Di 2020, dia mengunjungi wilayah Palestina untuk pertama kalinya dan mendoakan kebebasan, keadilan dan kesetaraan bagi warga Palestina.

Berulang kali ia mendesak pemerintah Inggris untuk berbuat lebih banyak, guna  memperbaiki kondisi dan standar hidup warga Palestina. Meski dengan naik takhta berarti dia tidak lagi dapat mengekspresikan pandangannya dengan bebas, tetapi sejauh ini ia telah membuat pendapatnya tentang Timur Tengah dan Islam menjadi jelas.

Dengan lebih dari tiga juta Muslim di Inggris Raya, Islam adalah agama terbesar kedua di negara ini. Pandangan raja baru tentang agama ini sudah diketahui dengan baik.

 

Menyusul berita kematian Ratu Elizabeth pada 8 September, doa dan khutbah diadakan di seluruh negeri untuk menghormatinya. Khutbah Jumat diadakan di Masjid Pusat Cambridge di mana cendekiawan Islam Abdul Hakim Murad mengulangi dan membacakan beberapa baris dari salah satu pidato Charles.

"Apakah kita monarki atau bukan monarki, peduli tentang ini atau tidak, tidak masalah bahwa di saat meningkatnya Islamofobia ada beberapa orang yang ingin berdiri bersama kita," ucap dia.

Charles pernah dikutip mengatakan, “Islam dapat mengajari kita hari ini cara memahami dan hidup di dunia yang Kristen sendiri lebih miskin karena telah hilang. Inti dari Islam adalah pelestarian pandangan integral tentang alam semesta.”

Pada 2006, di Al-Azhar Mesir selaku universitas terkemuka untuk pengajaran Islam, Pangeran Wales saat menyebut mereka yang tinggal di Barat berutang kepada para cendekiawan Islam. Berkat mereka, selama Abad Kegelapan di Eropa bendaharawan pembelajaran klasik tetap hidup.

Tidak berhenti di situ, komentarnya tentang Islam juga sempat terdengar dalam pidatonya di Universitas Oxford pada 2010. Ia menyebut dunia Islam adalah penjaga salah satu harta terbesar dari akumulasi kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual, yang tersedia bagi umat manusia.

Pada saat Islamofobia dan xenofobia sedang meningkat di seluruh Barat, monarki Inggris yang baru berupaya memberdayakan komunitas Muslim, yang mana pendiriannya tak tertandingi oleh tokoh politik Barat lainnya. Charles juga menjadi salah satu dari segelintir orang yang secara terbuka menentang larangan burqa di Eropa dan mengutuk kartun Denmark yang menghina Nabi Muhammad. 

 
Berita Terpopuler