Pangeran Wiraguna dari Banten, Benarkah Ia Seorang Belanda yang Memberi Nama Ragunan?

Gelar Pangeran Wiraguna diberikan oleh Sultan Banten.

network /Ani Nursalikah
.
Rep: Ani Nursalikah Red: Partner

Papan petunjuk lokasi Makam Pangeran Wiraguna (kiri atas) yang berada di Jalan Pejaten Barat Raya, Jakarta Selatan. Pangeran Wiraguna dari Banten, Benarkah Ia Seorang Belanda yang Memberi Nama Ragunan? Foto: Google Maps Maret 2023

MAGENTA -- Ragunan adalah nama sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya Jakarta Selatan. Nama Ragunan menjadi populer karena di kawasan itu terdapat sebuah Taman Margasatwa alias Kebun Binatang Ragunan.

Saban Lebaran, kawasan Ragunan menjadi macet. Banyak warga Jakarta yang berpelesiran bersama keluarga ke Kebun Binatang Ragunan. Pada hari kedua Idul Fitri 1444 H (23 April 2023) pengunjung Ragunan tembus di angka 100 ribu orang.

Banyak pengunjung rela tumplek berdesak-desakan di Kebun Binatang Ragunan ketimbang pelesiran ke destinasi lain karena tiket masuknya murah. Satu orang dewasa hanya diganjar Rp 4.000 dan Rp 3.000 untuk anak-anak.

.

.

Tapi, bukan itu yang ingin dibahas di sini. Magenta ingin mengulas asal-usul nama Ragunan. Siapa yang memberi nama kawasan yang banyak pepohonan itu dengan nama Ragunan?

BACA JUGA: Daftar Lengkap Pemenang Baeksang Arts Awards 2023

Menurut Ensiklopedia Jakarta Jilid I cetakan 2009 terbitan Lentera Abadi, nama Ragunan diberikan oleh seorang juru bangunan asal Belanda bernama Hendrik Lucaasz Cardeel. Saat itu, Cardeel adalah seorang tuan tanah di Batavia yang mendapat gelar Pangeran Wiraguna dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar atau Sultan Haji, putra Sultan Ageng Tirtaya.

Kok bisa, seorang Belanda dianugerahi gelar begitu tinggi oleh Sultan Banten, musuh bebuyutan Belanda? Begini ceritanya. Pada 1675, dari Banten tersiar kabar bahwa sebagian dari keraton Surasowan, tempat bertakhta Sultan Ageng Tirtayasa, terbakar.

Gang Wiraguna yang terletak persis di samping Mal Pejaten Village, Jakarta Selatan. Foto: Google Maps Agustus 2022

Dua bulan setelah peristiwa itu, datang Hendrik Lucaasz Cardeel ke Banten. Ia mengaku sebagai seorang juru bangunan yang lari dari Batavia karena ingin memeluk Islam dan mengabdi pada Sultan Banten.

"Bak dicinta ulam tiba, Sultan menyambutnya dengan gembira karena memang sedang membutuhkan seorang juru bangunan berpengalaman," tulis Ensiklopedia Jakarta Jilid I yang diterbitkan oleh PT Lentera Abadi Jakarta.

BACA JUGA: On This Day: 28 April 1945 Benito Mussolini Ditembak Mati, Jenazahnya Digantung dan Diludahi

Kagak pake lama, Cardeel pun segera ditugasi memimpin pembangunan istana dan juga bangunan-bangunan lain, seperti bendungan dan tempat istirahat raja. Atas jasanya dan karena masuk Islam, Cardeel dianugerahi gelar Kiai Aria Wiraguna. Saat itu, tak terbersit sedikit pun di benak raja bahwa itu merupakan tipuan Belanda semata.

Kemudian, ketika terjadi sengketa antara Sultan Haji dan ayahandanya soal penobatannya menjadi sultan, Sultan Haji meminta bantuan Belanda melalui perantara Cardeel. Dengan bantuan kompeni itu, akhirnya Sultan Haji berhasil menduduki takhta Banten.

Pengunjung mengamati burung pelican di kawasan Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Ahad (23/4/2023).Foto: Republika/Thoudy Badai

Untuk membalas jasa Cardeel itulah, Sultan Banten menaikkan gelar kehormatannya menjadi Pangeran Wiraguna. Beberapa tahun kemudian, Cardeel merasa tidak betah lagi tinggal di Banten karena banyak yang memusuhinya.

Pada 1689, Cardeel pamit kepada Sultan akan menengok Batavia dalam waktu yang tidak lama. Sekembalinya ke Batavia, Cardeel alias Pangeran Wiraguna membuka lahan yang sangat luas di daerah yang sekarang disebut Ragunan.

Dan, Cardeel tidak kembali lagi ke Banten. Cardeel memilih menetap di Batavia seterusnya dan kembali memeluk ajaran Kristen. (MHD)

BACA JUGA:

Orang Betawi Sakit Obatnya Cuma Dedaunan: Resep Ramuan Tradisional, dari Borok Hingga Keremian

Mengenal Sabeni, Jawara Betawi dari Tanah Abang

Asal-usul Nama Betawi: Dari Pelesetan Batavia Hingga Kotoran Manusia

Sejarah Halal Bihalal Idul Fitri di Indonesia, Lengkap dengan Doa Silaturahim

Sejarah dan Filosofi Anyaman Ketupat, Sudah Ada Sejak Masa Kerajaan Demak

Asal-usul Tempe: Sudah Ada Sejak Zaman Sultan Agung, Tertulis di Serat Centhini

Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka

 
Berita Terpopuler