Kasus Arcturus Bertambah Jadi 7 di Indonesia, Perlukah Masyarakat Khawatir?

Arcturus tak memiliki gejala khas, mirip seperti flu biasa seperti batuk dan pilek.

Pixabay
Subvarian Arcturus (ilustrasi). Gejala subvarian Arcturus sama seperti flu biasa. Meski begitu, masyarakat disarankan tetap menerapkan prokes selama Lebaran.
Rep: Desy Susilawati Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat telah mudik ke kampung halaman. Meski pandemi Covid-19 sudah jauh meredak, namun pada momen Hari Raya Idul Fitri tahun ini tetap ada risiko yang mengintai yaitu subvarian Arcturus.

Baca Juga

Bagaimana menghindarinya? Dokter spesialis paru Siloam Hospitals Lippo Village sekaligus Ketua Satgas Covid-19 Siloam Hospitals, Dr dr Allen Widysanto, mengatakan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Selasa (18/4/2023), jumlah kasus terkonfirmasi Arcturus ada tujuh kasus. "Gejalanya ringan, tidak ada gejala khas," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (19/4/2023).

Menurutnya, gejala penyakit ini ringan mirip flu biasa yakni batuk, pilek, radang tenggorokan, dan demam. Walaupun gejala yang muncul ringan, namun subvarian Arcturus mudah sekali menyebar karena ada mutasi tambahan lain di spike protein. Jadi sebaiknya Anda berhati-hati.

Dr Allen menegaskan, sebaiknya tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) selama Lebaran. Menurut dia, prokesnya masih sama dengan varian lainnya yakni menggunakan masker, cuci tangan, hindari kontak, perkuat sistem imun, menjaga jarak, olah raga teratur, dan vaksinasi. "Jika ada gejala, maka lakukan pemeriksaan antigen. Jika ada yg terkena, isolasi lima hari," kata dia.

 

 
Berita Terpopuler