Saat Gerhana Matahari Hibrida, BRIN Lakukan Tiga Eksperimen Ini

BRIN akan melakukan kegiatan pengamatan di Pulau Biak, Provinsi Papua pada 20 April.

EPA-EFE/Jonas Ekstrˆmer/TT
Menyambut fenomena gerhana matahari hibrida, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan melakukan tiga eksperimen/ilustrasi.
Rep: Meiliza Laveda Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Pusat Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan dalam menyambut fenomena Gerhana Matahari Hibrida, pihaknya akan melakukan kegiatan pengamatan di Pulau Biak, Provinsi Papua pada 20 April nanti. Kegiatan tersebut terdiri dari tiga eksperimen kecil.

Baca Juga

“Pertama terkait perekaman fenomena korona matahari. Kedua menghitung perubahan gelap, dari terang ke gelap lalu ke terang lagi,” kata Emanuel dalam konferensi pers di Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Jakarta Pusat, pekan lalu.

Kemudian eksperimen terakhir adalah melakukan riset tentang perubahan dinamika ionosfer saat gerhana. Dalam eksperimen ini, BRIN bekerja sama dengan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut.

Emanuel berharap meskipun hanya melakukan tiga eksperimen kecil dapat menghasilkan banyak manfaat ke depannya.

“Kami melakukan tiga eksperimen kecil tetapi harapannya ini bisa berdampak besar untuk riset di tempat kami maupun hal-hal terkait edukasi kerja sama,” ujar dia.

Fenomena tersebut dapat dilihat mulai dari daerah Maluku, Papua Barat, dan Papua. Sedangkan sebagian besar daerah lain, termasuk Jakarta, hanya akan menyaksikan gerhana matahari parsial. Gerhana Matahari di Biak, Provinsi Papua, berlangsung selama 3 jam 5 menit dengan durasi gerhana matahari total hanya 58 detik.

Sedangkan di Jakarta, durasi kontak awal sampai akhir berlangsung selama 2 jam 37 menit dan di Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, durasi gerhana berlangsung selama 2 jam 33 menit.

 

 
Berita Terpopuler