Bawa Anak Imunisasi Polio, Warga Tasik: Ikhtiar untuk Kesehatan

Ada sekitar 51 ribu balita di Kota Tasikmalaya yang menjadi sasaran imunisasi polio.

Republika/Bayu Adji P
Pelaksanaan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Puskesmas Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (3/4/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio mulai dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Kegiatan imunisasi polio ini secara simbolis dibuka Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah di Puskesmas Mangkubumi.

Salah seorang warga Tasikmalaya, Siti Nurbayanti (34 tahun), membawa anaknya ke Puskesmas Mangkubumi untuk imunisasi polio. “Ini kan untuk kesehatan, ikhtiar. Jadi, saya bawa ke sini, sebagai ikhtiar,” ujar Siti.

Warga lainnya, Zakiyah Ulfah (29), mengaku khawatir dengan munculnya kasus polio. Meskipun belum ada di Kota Tasikmalaya, kasus polio sudah ditemukan di wilayah Provinsi Jawa Barat (Jabar). 

“Sebagai orang tua, saya pasti khawatir. Orang tua pasti ingin yang terbaik buat anaknya, agar anak tidak tertular. Soalnya, kalau sudah kena polio, tidak bisa disembuhkan,” kata ibu yang anaknya masih berusia tiga tahun itu.

Karena itu, Zakiyah tak ragu untuk membawa anaknya menjalani imunisasi polio ke Puskesmas Mangkubumi. “Jadi, ada program pemerintah yang cukup bagus nih, gratis. Hanya kita meluangkan waktu saja untuk datang ke puskesmas. Anak mendapatkan imunisasi juga untuk pencegahan polio,” kata dia.

Berdasarkan pantauan Republika, warga yang membawa anak untuk imunisasi polio terlebih dulu melakukan pendaftaran, kemudian menunggu antrean. Setelah itu, berat badan anak ditimbang dan tingginya diukur. Baru kemudian anak mendapatkan imunisasi.

Imunisasi polio itu dilakukan dengan cara ditetes. Setelah anak diimunisasi, orang tua atau warga diminta menunggu selama sekitar 15 menit untuk memastikan tak ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) pada anak.

Sasaran Imunisasi

Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah mengatakan, polio sebenarnya dinyatakan lenyap di Indonesia sembilan tahun silam. Namun, kasus polio ditemukan di Pidie, Aceh, pada November 2022.

Kemudian ada satu kasus polio juga di Purwakarta, Jabar, pada Maret 2023. “Kemenkes (Kementerian Kesehatan) menetapkan ini sebagai kejadian luar biasa (KLB),” kata Cheka.

Dengan status KLB, kabupaten/kota di wilayah Jabar diminta melaksanakan Sub-PIN Polio. Imunisasi ini menyasar anak atau balita berusia 0-59 bulan. Di Kota Tasikmalaya sasaran imunisasi ini disebut mencapai sekitar 51 ribu balita.

Imunisasi polio kali ini dibagi dalam dua putaran. Putaran pertama dimulai 3 April 2023. Kemudian putaran kedua dimulai 15 Mei 2023. Cheka mengajak para warga yang memiliki balita usia 0-59 bulan untuk membawanya imunisasi ke puskesmas, posyandu, atau pos imunisasi yang ada di sekitar lingkungan masing-masing. 

Dengan imunisasi ini, diharapkan dapat meminimalkan penularan polio. Menurut Cheka, tahun ini belum ada laporan soal kasus polio di Kota Tasikmalaya. “Mudah-mudahan jangan sampai ada. Tapi, setidaknya kita melindungi warga dengan melakukan vaksinasi,” katanya.

Sanitasi

Selain imunisasi, Cheka menilai, perlu ada upaya lebih lanjut untuk pencegahan penularan polio. “Polio ini kan menyebar melalui mulut. Itu biasanya menjadi masalah di usus. Ketika dia keluar melalui feses, itu bisa menjadi sumber penularan,” kata Cheka.

 

 

Dalam kasus polio, menurut Cheka, kondisi lingkungan sangat memengaruhi potensi penyebaran virus. Jika tingkat sanitasi lingkungan buruk, kata dia, potensi penyebaran virus bisa lebih tinggi.

Karena itu, Cheka mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya berencana menyusun langkah jangka panjang untuk menguatkan sanitasi lingkungan.

Termasuk kaitannya dengan mengentaskan persoalan masyarakat buang air besar sembarangan atau open defecation free (ODF). “Kami juga sudah komunikasi dengan DPRD agar memastikan penanganan ODF,” kata dia.

Menurut Cheka, dari total 69 kelurahan di Kota Tasikmalaya, baru 12 kelurahan yang dinyatakan ODF. “Di Kota Tasikmalaya baru 17 persen ODF. Masih banyak PR-nya,” kata dia.

 
Berita Terpopuler